Radio Vox Populi [Ambon], 22-Mar-2006
Sebelum Tsunami 'Kecil', Air Sumur dan Sungai di Pela Mendidih
Jossy & Taufik - Harian Suara Maluku, Ambon
BENCANA gempa bumi dan air pasang atau disebut Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) sebagai 'tsunami kecil' yang melanda desa Pela kecamatan
Batubual kabupaten Buru, menyimpan kisah yang beraroma magis. Adalah Ismail
Kelidupa, saksi mata kejadian tersebut, yang saat terjadinya bencana tidak ikut pergi
mengungsi ke hutan, kepada Suara Maluku mengisahkan hal tersebut Minggu (19/3).
Ismail yang ditemui di Desa Pela menceritakan, gempa yang mengguncang desanya
terjadi sebanyak dua kali. "Gempa pertama tidak terlalu dirasakan. Namun gempa
susulan kedua yang terjadi beberapa detik sesudah gempa pertama, getarannya
sangat kuat," terang Ismail.
Saat terjadi gempa pertama, masyarakat desa langsung berhamburan keluar rumah
dan berbondong bondong meninggalkan desa menuju ke dalam hutan. "Beberapa
detik setelah terjadi gempa kedua, saya langsung keluar rumah. Pada saat itu, saya
melihat air laut di depan kampung kering. Bahkan ikan banyak yang mati dalam
kampung," kisahnya.
Yang aneh, menurutnya, pada saat itu, air di semua sumur yang ada di dalam desa
serta air sungai mendidih. ''Seperti ada yang merebusnya," ungkapnya. Tidak lama
berselang, guru mengaji itu mengungkapkan, tiba-tiba terdengar seperti bunyi suara
ribuan tawon. Dan suara tersebut dari waktu ke waktu semakin dekat. Pada saat
itulah seketika datang ombak besar menghantam dan menghancurkan rumah-rumah
warga yang terletak di pesisir pantai.
"Ombak yang datang pada saat itu hanya dua ombak. Ombak pertama langsung
menghantam deretan rumah penduduk yang terdapat di pesisir pantai serta perahu
warga yang tengah berlabuh di depan pantai.dan ombak kedua yang tidak kalah
besarnya juga menghancurkan pagar pembatas antara halaman rumah warga dengan
jalan dalam desa," ujar pria tua. Yang paling aneh, menurut Ismail, saat gelombang
kedua usai, dirinya mendapatkan perahu-perahu warga, ternyata terkumpul pada satu
tempat, seperti ada yang meletakannya. Pada saat air laut mulai menggenangi desa
tersebut, Ismail mengaku langsung berdiri di tengah-tengah desa.
''Air yang sudah membanjiri dalam desa itu, seakan takut melihat saya. Dan hanya
sampai di tempat dimana saya berdiri," tuturnya. Saat berdiri di tengah kampung itu,
dirinya sama sekali tidak takut. Dengan berbekal tasbih lantas menaikan doa kepada
Tuhan. Dengan membacakan doa memuji asma Allah, dirinya merasa yakin ombak
dan gempa yang terjadi tidak akan menyebabkannya menjadi celaka.
''Benar saja. Belum sampai habis saya menghitung tasbih yang keseluruhannya
berjumlah 33 butir itu. Air itu telah surut," jelas Ismail. Dikisahkannya lagi, beberapa
hari sebelum terjadinya gempa dan gelombang pasang yang menghancurkan
sebagian besar desa Pela, dirinya telah mendapatkan wangsit tentang kejadian
tersebut.
"Beberapa hari sebelum terjadinya gempa dan gelombang pasang, saya diberikan
wangsit. Itu terjadi pada malam hari sekitar pukul 05.00 WIT," ujarnya. Dalam wangsit
itu, menurut Ismail, dirinya diberitahukan akan terjadi gempa bumi dan gelombang
pasang.
Ditambahkan, wangsit itu juga menyebutkan bahwa dirinya dapat melindungi desanya
dari kehancuran total. "Saya sebenarnya ingin memberitahukan hal tersebut kepada
warga desa, namun saya ragu. Karena nanti masyarakat desa mengira dirinya kurang
waras.
Ismail mengaku bahwa gelombang pasang yang terjadi disertai gempa, tidak dapat
melewati lokasi dirinya berdiri bukan karena kekuatannya. "Semua itu, karena
kekuatan Allah," imbuh Ismail, di ujung kisahnya.(**)
Copyright © 2005 RadioVoxPopuli.com. All right reserved.
|