SINAR HARAPAN, Selasa, 11 Januari 2006
Aparat di Poso Tak Ciptakan Keamanan
Oleh Erna Dwi Lidiawati/Web Warouw
Palu – Teror bom yang masih terus terjadi di Poso, termasuk bom di depan Kantor
Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Poso dan peristiwa membuang tembakan
beruntun ke udara oleh Satuan Brigade Mobil (Brimbob) Kelapa Dua dan Batalyon
Kavaleri TNI Angkatan Darat, menunjukkan keberadaan aparat keamanan di Poso
tidak menciptakan keamanan, tapi justru sebaliknya.
Ulah itu dinilai oleh Poso Center, aliansi dari 25 organisasi nonpemerintah, sebagai
tindakan keterlaluan. Karena itu mereka meminta TNI ditarik dari Poso dan anggota
Brimob yang terlibat aksi itu ditindak.
"Aparat telah menjadi bagian konflik yang justru mendestabilitasi situasi, mengancam
keselamatan masyarakat, menciptakan ketakutan dan keresahan yang meluas,"
tegas Koordinator Poso Center, Yusuf Lakaseng kepada SH, Rabu (11/1).
Menurutnya, keberadaan pasukan TNI di Poso sangat tidak tepat sebagai pasukan
yang diperbantukan, karena Poso tidaklah dalam situasi ancaman kerusuhan apalagi
terjadi perang. Lakaseng meminta keamanan Poso sepenuhnya ditangani Polri yang
profesional dan berkualitas sebagai penjaga keamanan, mengungkapkan serta
mencegah teror.
Jangan Terprovokasi
Kepada masyarakat, ia meminta tetap tenang dan tidak terprovokasi oleh
upaya-upaya sistematis yang terus digalakkan untuk memprovokasi masyarakat.
Kapolres Poso, AKBP Rudi Sufahriadi menyatakan telah melakukan pembinaan
terhadap anggota polisi yang terlibat aksi itu, dan telah mengadakan pertemuan
dengan pimpinan TNI AD. "Jadi ini hanya masalah kesalapahaman antaroknum aparat
keamanan dan kami sudah selesaikan masalahnya," kata Rudi.
Senin (9/1) pukul 18.30, Batalyon Kavaleri yang di bawah kendali operasi (BKO) di
Kodim 1307 Poso menggelar razia di pertigaan Tugu Kota, Jalan Pulau Sumatera,
Poso Kota. Tiba-tiba datang seorang anggota Brimob mengendarai sepeda motor dan
tak berseragam. Karena tidak tahu itu anggota Brimob, mereka pun menahannya.
Anggota Brimob marah dan terjadilah cekcok.
Lalu, anggota Yonkav tadi melaporkan hal itu ke komandannya. Dan terjadilah aksi
saling membuang tembakan itu, saat sekitar 10 anggota Yonkav mendatangi
Mapolres dan Hotel Alamanda.
Selain itu, terjadi pula ledakan di depan Kantor Satgas Penanganan Poso di Jalan
Pulau Timor, Kelurahan Gebang Redjo, Poso Kota, di depan Kantor Bupati Poso.
Kejadian ini tidak menimbulkan korban jiwa dan kerusakan material. Dari saksi mata
diperoleh keterangan sebelum peledakan bom, dua orang mengendarai motor terlihat
berhenti, lalu tak lama kemudian setelah mereka meninggalkan tempat itu sebuah
bom meledak. Ledakan ini meninggalkan lubang berdiameter sekitar 15 centimeter.
Tak berapa lama kemudian, tim Penjinak Bahan Peledak (Jihandak) Kepolisian
Daerah Sulawesi Tengah datang ke lokasi dan melakukan penyisiran. Mereka
menemukan sebuah botol minuman energi merek Supradyn dan uang logam pecahan
Rp 200. Diduga kedua benda itu merupakan wadah dan penyumbat wadah bom ini.
Selasa (10/1) malam, Kapolda Sulteng, Brigjen Oegroseno terlihat bersama Kapolres
Poso AKBP, Rudi Sufahriadi. Kapolda Oegroseno memang berada di Poso sehari
sebelum peledakan bom itu.
Gerak Pelaku
Kepala Divisi Humas Mabes Polri yang juga Komandan Komando Operasi Keamanan
Sulawesi Tengah, Irjen Paulus Purwoko, di Palu mengatakan polisi tengah
menyelidiki apakah ledakan itu bom atau mercon. Meski demikian, pihaknya telah
memerintahkan polisi menggelar razia untuk mempersempit ruang gerak pelaku.
Sumber SH di kepolisian menyatakan pelaku teror itu memanfaatkan situasi karena
pembentukan Satgas Poso mendapat penolakan dari masyarakat Poso karena dinilai
tidak efektif.
Pada Selasa (10/1) malam, teror bom mengejutkan warga di sekitar Kelurahan
Besusu Barat, Palu Timur. Sebuah rangkaian kabel dengan lampu LED yang
berkedip-kedip dan diletakkan di tepi Pantai Talise membuat warga ketakutan. Namun
setelah diselidiki oleh Tim Jihandak, lampu LED yang berkedip-kedip itu adalah
rangkaian PCB walkman yang disambung dengan adaptor listrik 220 Volt.
Tak Bisa Ditoleransi
Koordinator Poso Center, Yusuf Lakaseng, mengungkapkan masyarakat Sulawesi
Tengah khususnya Poso mengecam keras terjadinya peristiwa membuang tembakan
ke udara secara beruntun oleh Brimbob Kelapa Dua dan Batalyon Kavaleri TNI
Angkatan Darat. Tindakan itu tidak bisa ditoleransi karena menyebarkan ketakutan
pada masyarakat.
"Masyarakat menuntut penarikan semua pasukan TNI dari Poso. Keberadaan
Pasukan TNI di Poso sangatlah tidak tepat sebagai pasukan yang diperbantukan
karena Poso tidaklah dalam situasi ancaman kerusuhan apalagi terjadinya perang,"
lanjutnya.
"Kami juga mendesak untuk menyelidiki dan menindak semua aparat Polri yang
nakal dan terlibat tindak kekerasan dan tidak profesional sehingga meresahkan
ketenteraman warga," ujarnya.
Direktur Yayasan Tanah Merdeka (YTM), Arianto Sangadji juga menegaskan kepada
SH secara objektif pengungkapan kekerasan di Poso tidak berhasil dilakukan oleh
aparat keamanan, bahkan aparat keamanan menjadi bagian pencipta kekerasan.
"Kami minta presiden segera membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF)
independen sebagai badan yang bertugas mengungkap fakta objektif atas berbagai
aksi teror yang telah terjadi," tegasnya. (*)
Copyright © Sinar Harapan 2003
|