SINAR HARAPAN, Sabtu, 08 April 2006
Kapolda Sulteng: Sulit Buktikan Keterlibatan 16 Tokoh
Kerusuhan Poso
Palu-Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah (Polda Sulteng) mengaku kesulitan
mengungkap keterlibatan 16 tokoh yang disebut-sebut tiga terpidana mati Poso,
Fabianus Tibo, Dominggus da Silva, dan Marinus Riwu sebagai dalang kerusuhan
Poso. Meski pihaknya telah memeriksa beberapa nama di antara ke-16 tokoh itu.
Hal itu dikatakan Kapolda Sulteng Brigjen Oegroseno kepada SH, Sabtu (8/4) pagi ini.
Dia menyatakan hingga kini pihaknya belum menemukan bukti apakah 16 nama itu
bersama-sama Tibo Cs sewaktu melakukan tindak pidana. Meski demikian, ia
mengaku tetap akan menindaklanjuti pengakuan Tibo Cs dan melakukan pendalaman
penyelidikan.
Menurut Oegroseno, pihaknya juga belum menerima laporan secara resmi yang
menyatakan keterlibatan ke-16 nama tersebut. Pasalnya, semua itu hanya sebatas
pernyataan dari Tibo Cs."Kalau memang Tibo bisa membuat laporan Polisi silakan
saja," katanya.
Ke-16 tokoh yang disebut Tibo Cs ini adalah Janis Simangunsong, Paulus
Tungkanan, Theo Mandayo, Son Ruagadi, Bate Lateka. Angky Tungkanan, Lempa
Delly, Erik Rombot, Yahya Pattiro, Sigilipu, Ladue, Obed, Sarjun, Herry Banibi,
Guntur Taridji dan Ventje Angkaw. Seorang di antaranya, yakni Sarjun diketahui
beragama Islam.
Terkait hal itu, Yahya Pattiro yang sudah menyampaikan bantahannya terlibat dengan
Tibo Cs. Ia menyatakan tidak mengenal ketiga terpidana mati itu dan menampik
disebut-sebut sebagai dalang kerusuhan Poso.
Dalam kesempatan itu, Kapolda juga menegaskan bahwa terus tertundanya eksekusi
terhadap Tibo Cs tidak ada kaitannya dengan pemeriksaan 16 nama tersebut. Tapi,
itu lebih disebabkan alasan kemanusian.
Dia menegaskan pihaknya siap melaksanakan eksekusi atas Tibo Cs. Saat ini Polda
Sulteng telah mempersiapkan 49 personel penembak jitu dari Satuan Brimob.
Rapat Mendadak
Menyusul rencana eksekusi terhadap tiga terpidana mati Poso Fabianus Tibo,
Dominggus da Silva dan Marinus Riwu, April ini, pihak Kejaksaan Negeri (Kejari) Palu,
Jumat (7/4) menggelar pertemuan tertutup dengan berbagai pihak.
Hadir dalam pertemuan tersebut Kapolresta Palu Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP)
Sunarto, Kepala Lembaga Pemasyarakatan (LP) Petobo Jhoni Prayitno, Kasat
Brimob Sulteng AKBP DR Djarot SAN, Pastor Jimmy Tubelaka dan Aspidum Kejati
Sulteng I Putu Gede Djeladha SH.
Hadir juga jaksa fungsional La Anatara SH dan Kejari Donggala Hi Iskandar Sukirman
SH. Kedua jaksa ini adalah bekas Jaksa Penuntut umum pada perkara Tibo Cs 2001
lalu. Hadir juga juru bicara Kejati Hasman AH SH dan DR Esther dari RSU Undata
Palu serta Kajari Palu Muh Basri Akib SH.
Sumber di Kejaksaan memberikan keterangan bahwa pertemuan tersebut membahas
teknis pelaksanaan eksekusi tiga terpidana mati Poso Tibo Cs.
Sementara itu, Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh membantah tudingan banyak pihak
yang menyebutkan pihaknya ngotot segera mengeksekusi mati terpidana kasus
kerusuhan Poso, yaitu Fabianus Tibo, Dominggus Da Silva dan Marinus Riwu.
Eksekusi terhadap Tibo Cs ini harus segera dilaksanakan karena seluruh aspek
hukum atau hak hukum Tibo Cs sudah selesai.
Rapat terbatas politik dan keamanan yang dihadiri Menko Polhukkam (Menteri
Kordinator Politik Hukum dan Keamanan) Widodo AS juga membahas penolakan
grasi kedua oleh Presiden Yudhoyono dan finalisasi eksekusi. Namun, Jaksa Agung
menolak menyebutkan tenggat waktu eksekusi yang menjadi kerahasiaan eksekutor.
"Tibo Cs itu sudah mengajukan PK dan ditolak tanggal 31 Maret 2005. Lalu mereka
mengajukan grasi, ditolak tanggal 10 November 2005. Dengan demikian Kejaksaan
dan Kepolisian melakukan tahapan-tahapan proses menuju eksekusi. Proses ini
sampai sekarang sedang berjalan," ujar Jaksa Agung di sela-sela jumpa pers di
Kejagung, Jakarta, Jumat (7/4).
Aksi Protes
Sementara itu, sebanyak 18 elemen masyarakat di Sulawesi Utara (Sulut) di Manado,
Jumat (7/4) siang, menyatakan protes dan menilai putusan eksekusi mati terhadap
Fabinus Tibo, Dominggus Da Silva, dan Marianus Riwu di Poso untuk menghilangkan
jejak agar aktor pelaku intelektual kerusuhan yang sebenarnya tidak terungkap.
Protes itu diwujudkan dengan melakukan longmarch di sepanjang jalur jalan protokol
seperti Sam Ratulangi, A Yani Manado, dan diakhiri di patung Sam Ratulangi Wanea
Manado.
Elemen masyarakat yang turun ke jalan di antaranya Brigade Manguni, Barisan Muda
Damai Sejahtera (BMDS) Sulut, BMDS Manado, SPI Manado, Komunitas
Masyarakat Poso di Manado, Komunitas Masyarakat Talaud di Manado, GP Ansor
Sulut, Forum Pemuda GMIM, KSBSI Sulut, Waraney Sulut, Pemuda Katolik Komda
Sulut, KNPI Sulut, PMKRI Sulut, GAMKI Sulut, GAMKI Manado, GAMKI Minahasa,
dan Pria Kaum Bapa GMIM. (dina sasti damayanti/novie waladow)
Copyright © Sinar Harapan 2003
|