Suara Merdeka, Jumat, 20 Januari 2006
Pencari Dana Teroris Diringkus
Anggota MMI Solo Juga Ditangkap
[PHOTO: BARANG BUKTI: Sejumlah petugas bergegas meninggalkan rumah Joko
Wibowo (25) alias Abu Sayaf, di Kampung Grumbulrejo RT 03/RW 01, Desa Bulurejo,
Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, sambil membawa barang yang
dimasukkan dalam karung dan kardus, Kamis (19/1). (30a)]
SEMARANG- Dua warga Semarang kembali ditangkap Tim Detasemen Khusus
(Densus) 88 Antiteror Mabes Polri yang bekerja sama dengan tim dari Polda Jateng,
selama kurun waktu dua hari terakhir ini. Polisi menduga, dua warga itu terlibat dalam
aksi-aksi terorisme yang dimotori Dr Azahari dan Noordin M Top.
Penangkapan itu merupakan pengembangan dari penangkapan terhadap Subur
Sugiarto alias Abu Mujahid (32). Mereka yang ditangkap adalah Ibnu Pramono (40),
warga Pedurungan Kidul RT 3 RW 1, Pedurungan. Dia ditangkap Densus 88 Antiteror
Mabes Polri di rumahnya, Rabu (18/1) dini hari.
Selanjutnya Wawan Suprihatin (35), warga Jl Widuri III RT 4 RW 5, Bangetayu Kulon,
Genuk. Wawan diringkus di rumahnya, Kamis (19/1) dini hari. Diduga Wawan
berperan membantu mencarikan dana bagi aksi terorisme.
Sementara itu, Joko Wibowo alias Abu Sayaf (25) ditangkap Densus 88 Antiteror di
Kampung Grumbulrejo, Desa Bulurejo, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar. Polisi
juga menyita pistol revolver dan 30 peluru di rumahnya.
Ibnu Pramono dan Wawan Suprihatin saat ini masih menjalani pemeriksaan secara
intensif Densus 88 Antiteror Mabes Polri di suatu tempat yang dirahasiakan.
Keterangan mereka akan dicek silang dengan keterangan sejumlah tersangka lainnya
yang ditangkap terlebih dahulu.
Ibnu Pramono yang berstatus sebagai guru di SD Pedurungan 1 Semarang itu diduga
telah ikut membantu kegiatan Subur. Menurut sumber di kepolisian, Subur pernah
manginap di rumah Ibnu Pramono dan meminjamkan sepeda motor Honda GL kepada
Subur beberapa waktu lalu.
Karena itu, polisi tidak hanya memeriksa Ibnu Pramono, tetapi juga menyita Honda
GL yang diduga pernah dipinjamkan kepada Subur. Bahkan, motor itu beberapa kali
pula dipakai Subur untuk berbelanja di sebuah toko swalayan di Jl Brigjen Soediarto.
Kakak ipar Ibnu Pramono, Sugeng Romandon, membenarkan bahwa adik iparnya
telah ditangkap Densus 88 Antiteror Mabes Polri, Rabu (18/1) pukul 00.30. Saat itu
polisi hanya menyerahkan surat penangkapan sebagai tersangka kasus teroris, yang
ditulis dengan tangan. Dalam surat itu tertulis sebagai tersangka Ipnu Pramono.
Sejam kemudian polisi kembali memberikan surat penangkapan yang sudah diketik
rapi. Namun polisi kembali mengirimkan surat penangkapan yang diketik rapi pukul
03.00 atas nama Ipnu Pramono. Karena ejaan Ipnu keliru, polisi kembali mengirim
surat penangkapan koreksi atas nama Ibnu Pramono, Kamis (18/1) malam.
Sugeng mengatakan, Ibnu pernah kedatangan seorang tamu. Tamu itu disebut-sebut
oleh Ibnu sebagai kiainya. Bahkan kiainya itu sempat meminjam motor milik adik
iparnya itu. ''Hanya saya tidak tahu, apakah kiai yang dimaksud itu Subur atau
bukan,'' katanya kepada wartawan, Kamis (19/1).
Carikan Dana
Wawan Suprihatin juga ditangkap karena diduga terlibat kasus yang sama.
Penangkapan tukang kaca hias itu diduga terkait dengan hasil pemeriksaan Subur
Sugiarto.
Ketua RT 4 RW 5 Jl Widuri, Bangetayu Kulon, Jumiran (40), mengemukakan, dalam
penangkapan itu Tim Densus 88 Antiteror bersama anggota Polda Jateng sempat
mengalami salah sasaran kali kedua.
Dua rumah warga yang tidak tahu apa-apa digedor pintunya. Namun yang kali ketiga
penggerebekan dan penggeledahan tepat sasaran.
''Rupanya Wawan tidak menduga dirinya akan ditangkap. Kalau saja Wawan tahu ada
penggerebekan salah sasaran, pasti sudah kabur,'' katanya.
Salah sasaran itu terjadi, karena rumah Wawan terletak di pelosok kebun pisang
yang cukup terpencil. Rumah Wawan menyendiri tanpa ada rumah tetangga di
kanan-kirinya.
Saat penangkapan dan penggeledahan, kata Jumiran, dirinya diminta polisi untuk
menyaksikan. Penangkapan dan penggeledahan dilakukan aparat dari Polda Jateng,
Kamis (19/1) pukul 02.30 sampai 04.00. Ada beberapa buku dan majalah bernuansa
religius milik Wawan yang disita polisi. Selain itu, sebuah sangkur, dua kartu ponsel,
sebuah Honda Grand, dan kliping-kliping tentang berita penangkapan para tersangka
teroris juga disita.
Jumiran sempat bertanya kepada salah seorang polisi mengenai keterlibatan
warganya itu. Polisi memberitahukan bahwa Wawan diduga terlibat dalam aksi
teroris, terutama hubungannya dengan Subur alias Abu Mujahid.
Lebih lanjut Jumiran mengemukakan, saat dia hadir di rumah Wawan, polisi sudah
menginterogasinya di teras rumah.
Pertanyaan polisi saat itu berkisar soal senjata api. Tak lama kemudian polisi
membawa Wawan menggunakan tiga mobil.
Seperti diketahui, Subur Sugiarto, warga Blok C7-20 RT 4 RW 11, Perumahan
Kaliwungu Indah, diringkus polisi di sebuah agen bus di kawasan Terminal Boyolali.
Perekrut Pelaku Teroris
Subur Sugiarto alias Abu Mujahid (32) yang tertangkap di kawasan Terminal Boyolali
diduga mempunyai peran besar sebagai perekrut para pelaku teroris. Lelaki yang
menjadi tangan kanan Noordin M Top tersebut sedang di Cemani, Grogol, Sukoharjo,
sejak Senin (16/1) lalu.
Begitu tertangkap oleh petugas kepolisian Kartasura, terkuak bahwa Subur Sugiarto
yang memiliki dua kartu tanda penduduk (KTP) di Perum Kaliwungu Indah,
Protomulyo, Kendal, Semarang, dan Kampung Tegalasem, Kertasari,
Rengasdengklok, Karawang, itu sebagai pelindung Noordin M Top.
Bahkan, dia juga disebut-sebut sebagai perekrut para pelaku teror yang melakukan
bom bunuh diri di Bali awal Oktober 2005.
Subur saat tertangkap di Terminal Boyolali semula mengaku bernama Marwan
Hidayat bin Usman dan tidak membeberkan aktivitasnya. Namun begitu, polisi dapat
mengidentifikasi bahwa dia tidak lain juga bernama Subur Sugiarto. Pencocokan
identitas itu membuat dia tidak bisa lagi mengelak.
Pengakuannya di hadapan penyidik, dia mengenal sejumlah tersangka lainnya yang
tertangkap di Semarang dan Klaten.
Tidak begitu banyak yang dapat dikorek dari petugas yang menginterogasi Subur di
Polsek Kartasura, karena penyidikannya sudah ditangani Tim Densus 88. Begitu pula
tujuan Subur selama di Sukoharjo, tidak diketahui persis. Yang mereka bicarakan di
tempat tinggal Yamarul adalah pekerjaan dan kondisi keluarga masing-masing.
Dia mengaku berangkat dari Karawang menuju Cemani karena diajak temannya
bernama Kentit untuk bersilaturahmi di rumah Yamarul. Subur mengaku kenal Kentit
dua bulan lalu di tempat kerja Kentit di Dusun Jati, Rengasdengklok.
Berdasarkan pengakuan Subur saat diinterogasi petugas, Minggu (15/1) pukul 09.00,
dia bersama Kentit berangkat dari Karawang menuju tempat tinggal Yamarul di
Cemani, Grogol. Saat di Sukoharjo selama beberapa hari, tidak ada aktivitas yang
dilakukan Subur Sugiarto, meski sempat berpindah tempat losmen belakang SMU Al
Islam I Serengan, Solo.
Pada Selasa (17/1) sore, buronan Tim Densus 88 Antiteror itu, bersama Kentit,
meninggalkan losmen menuju agen bus Rosalia Indah di Kartasura, Sukoharjo, untuk
mencari tiket ke Karawang. Keberangkatan Subur ke tempat persembunyian di
Karawang tidak berjalan mulus. Sebab ada salah seorang mahasiswa berinisial EH
yang mengenali ciri khas Subur, langsung melaporkan ke Polsek Kartasura.
Begitu ada informasi itu, petugas mengejar bus yang ditumpangi Subur. Sesampai di
Terminal Boyolali, Subur ditangkap setelah bus yang ditumpangi disergap petugas.
Dalam penangkapan itu, Kentit sudah tidak diketahui keberadaannya.
Tangkap Anggota MMI
Sementara itu, situasi Kampung Grumbulrejo, Desa Bulurejo, Kecamatan
Gondangrejo, Karanganyar, yang biasanya tenang, kemarin sekitar pukul 05.30
terusik. Joko Wibowo (25), salah seorang warganya yang sehari-hari berjualan mainan
anak-anak, tiba-tiba harus berurusan dengan aparat yang berwajib. Dia ditangkap di
rumahnya oleh Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror (Densus 88/AT).
Kehadiran tujuh anggota tim khusus Polri yang mengepung rumah berdinding kayu
serta beralaskan tanah liat milik keluarga janda tua, Ny Suparmi (60), itu awalnya
tanpa diketahui banyak warga. Selain Suparmi, tinggal pula di rumah itu pasangan
Joko Wibowo dan istrinya, Ny Murowati, serta anak lelakinya yang baru berumur dua
bulan.
Joko yang diincar polisi itu tak lain adalah anak angkat Ny Suparmi. Tersangka
diangkat anak, karena selama pernikahannya dengan Sidi, yang kini sudah
almarhum, tidak dikaruniai keturunan. Sepeninggal petugas yang juga membawa
serta Joko, keributan kecil pun pecah. Deru mobil petugas yang membawa tersangka
tentu saja memancing keingintahuan warga kampung yang biasanya sunyi itu.
Terlebih lagi aparat kepolisian pada pukul 10.00-12.00 kembali lagi untuk mengambil
sisa barang bukti yang masih tertinggal pada penggerebekan pertama. Namun
mereka bukan lagi anggota Tim Densus 88/AT, melainkan petugas kepolisian
Karanganyar. Dua mobil jenis Toyota Kijang merah AD-9090-PQ dan Isuzu Panther
T-164-CE disiapkan untuk mengangkut kardus yang berisi barang bukti itu.
Penangkapan bapak satu anak itu diduga terkait dengan tertangkapnya tersangka
teroris sebelumnya, Subur Sugiarto alias Marwan, di agen bus Rosalia Indah,
Boyolali. Kedua orang itu dituduh sebagai anggota jaringan teroris Noordin M Top.
Namun hingga sore kemarin belum diketahui secara pasti dibawa ke mana Joko yang
juga memiliki panggilan Abu Sayaf itu. Selain menangkap pelaku, polisi juga menyita
sebuah pistol jenis revolver berikut 30 pelurunya. Orang tua angkatnya, Ny Suparmi
(60), dan istri tersangka, Muroati (23), sejauh ini belum menerima surat resmi
penangkapan Joko.
Dia menyatakan, Joko adalah anggota laskar Majelis Mujahidin Indonesia (MMI)
Cabang Surakarta. Namun pihaknya tidak begitu paham atas sepak terjang lelaki
yang dikenal pendiam itu, terlebih bila dikait-kaitkan dengan jaringan teroris. ''Kami
hanya ingin melakukan pendampingan, sebab hukum juga harus ditegakkan. Kami
juga ingin tahu alasan dari penangkapan anggota MMI itu,'' katanya.
Di Kendal, perburuan terhadap gembong teroris Noordin M Top dan kaki tangannya
terus dilakukan. Setelah beberapa waktu lalu melakukan penggerebekan sebuah
rumah di kompleks Kaliwungu Indah, Kendal, Kamis (19/1) pukul 01.00 dini hari
sejumlah anggota Densus 88 Mabes Polri ganti menggerebek sebuah rumah di
Dukuh/Desa Kalibagor RT 1 RW 2 Kecamatan Sukorejo, Kendal.
Kedatangan satu regu kecil Densus 88 ke rumah Mudrik (60) tersebut untuk mencari
keberadaan menantunya, Abu Sayaf (30). Hanya saja, saat petugas datang ke
tempat itu, Abu Sayaf tidak berada di tempat. Polisi juga tidak mendapatkan sesuatu
yang penting dari rumah Mudrik.(G5,G11,san,G18,G15-41t)
Copyright© 1996-2004 SUARA MERDEKA
|