Situs  Rumah “PenA”

Rumah singgah untuk para aktivis Pelayanan Anak

 

 

Kembali ke halaman utama

 

Kembali ke Ruang Sekolah Minggu

 

 

Halo,

Selamat datang di  Ruang Sekolah Minggu

 

Kelas bayi

Kelas balita

Kelas pra-remaja

 Milis Diskusi

e-BinaGuru

Milis Publikasi

e-BinaAnak

 

ANAK LAKI & PEREMPUAN

 

Putra dan Putri-1                  Putra dan Putri-2            Putra dan Putri-3

Pengantar: Gay–Lesbi          

Gay-Lesbi –1                          Gay-Lesbi –2                    Gay-Lesbi –3

 

Arsip: e-BinaGuru Oktober 2003

Oleh: meilania

 

 Kalo di tayangan pertama aku cerita ttg figur laki-laki yg mulai "memudar" ... dan digantikan oleh figur perempuan yg "serba oke punya" ... tentu tidak berlebihan bila James Dobson (Focus on The Family) mengatakan bahwa pria sedang berada dalam KRISIS, terutama anak-anak laki-laki kita!

 

Lha kalo semua peran bisa dijalankan oleh perempuan, ngapain butuh laki-laki? Demikian kata penganut gerakan feminist radikal. Dan perkataan ini tepat kena sasaran buat kedua belah pihak, laki-laki maupun perempuan.

 

Kaum pergerakan kesetaraan jender di Indo, (ato aktivis Studi Jender / Studi Wanita) biasanya akan menengahi dengan mengatakan bahwa yg lebih penting bukan soal jenis kelamin pria dan wanitanya, melainkan PERAN apa yg dimainkannya. Jadi, dalam sebuah rumah tangga bila perempuan lebih oke otaknya, dialah yg cari duit, bila perempuan lebih sip gaya kepemimpinannya, dialah yg ngatur cem macem kebutuhan rumah tangga, bila perempuan lebih berani spt Michelle Yeoh, dialah yg mbetulin genting kalo bocor.

 

Pandangan ini juga meluas hingga ke isu pasangan homo ato lesbi. Kan mesti ada yg memerankan si "pria" dan si "wanita". Karena jenis kelamin udah enggak bisa jadi patokan, ya PERAN itulah yg kemudian membedakan keduanya.

 

Dalam dunia anak-anak, pandangan kesetaraan jender ini pun sudah mulai di-promosi-kan. Biarkan anak laki-laki main boneka dan masak-masakan. Ajari anak perempuan pegang senapan dan main mobil-mobilan. Yah, enggak ada salahnya sih memang ... wong namanya anak-anak, biar aja mereka main semuanya. TAPI, filosofi di balik semangat kesetaraan jender ini yg berbahaya. Karena dibalik ini, masih ada tambahan satu kalimat lagi: "dan biarlah anak-anak ini nantinya (bila dewasa) memilih sendiri peran apa yg ingin dimainkannya." Dengan kata lain, pandangan ini terbuka untuk pilihan hidup sbg homoseks atau lesbian.

 

Daku tidak mengatakan kalo aktivis kesetaraan jender pro homoseks ato lesbi, lho ya! Wong dulu aku ya ikutan cem macem program ini. Tapi, menurut pengamatanku, pandangan ini terbuka bagi kehidupan homoseks dan lesbian. Kebetulan dulu pas aku ikut pelatihan jender ... yg mimpin di kelompokku adalah seorang homoseks ;-) ... oops.

 

Balik ke masalah semula.

Soal beda PERAN dan beda JENIS KELAMIN, bisakah di-PISAH-kan?

Apakah jenis kelamin tertentu harus memainkan peran tertentu? bolehkah peran tsb ditukar, sesuai sikon yg ada?

 

Kalo menurut Oomku, DR. James Dobson, ehm , ehm ... ;-)

doi bilang, udah dari sononya (dari Tuhan) kaum Adam diberi PERAN khoesoes, yaitu:

[1] melayani sebagai pencari nafkah keluarga

[2] melayani sebagai seorang pemimpin keluarga

[3] melayani sebagai pelindung

[4] memberikan pengarahan rohani dalam keluarga

 

Boleh saja kita pikir ini kuno ... biarin, emang Alkitab itu buku kuno kok ;-) tapi tetap relevan hingga kapan pun.

 

 

 

 

 

 

ARTIKEL

Perkembangan Anak

Gaya Belajar Anak

Anak laki & perempuan

Lainnya

 

 

Hubungi saya di: meilania@telkom.net

meilania90@yahoo.com