Jia

http://aphrodhitetemple.multiply.com/

Jin dari ras Naarut ini telah meniping Lena sejak umur Lena delapan tahun. Sebelumnya, dia meniping ibunya yang meninggal karena kecelakaan lalu lintas. Meski Nar’Kobar termasuk jin motivator berpengalaman, namun selama sembilan tahun meniping Lena belum berhasil membuatnya jadi cewek gampusan. Lena cewek yang kuat, rajin berdoa. Mau nyonglep dia pas tidur, biar bisa ngebisikin dia sambil menghadirkan mimpi-mimpi indah di tidurnya juga nggak bisa karena Lena tak pernah lupa berdoa sebelum tidur. Usahanya jadi semakin berat saat ada cowok bernama Ipung yang gencar PDKT sama Lena.

Entah kenapa, Nar’Kobar dan Jin-jin lain jadi tak bisa mendekati Lena kalau ada Ipung disekitarnya. Ada aura yang tak bisa ditembus. Jadi misi sampingannya adalah membuat Ipung jauh-jauh dari Lena. Dengan berbagai cara, termasuk nyonglep Gugun dan Aming, sobat-sobatnya Ipung, biar mereka tergila-gila sama Lena.

Sumpah! Kobar dendam banget sama Ipung. Mulai dengan proses PDKTnya sama Lena yang menghalangi tugas narkobar sebagai jin motivator, yang juga akan menghalangi kariernya untuk terus maju jadi jin provokator. Trus Ipung dengan pukulan jarak jauhnya yang nggak banget itu udah bikin Nyi Endeh, kuntilanak sobat Nar’Kobar yang menempati patung penari Bali di rumahnya Lena, terluka parah sampai harus dibawa ke istana Nyi Kunti untuk diobati.

Dan yang paling parah lagi, Ipung dan bokapnya yang sok itu udah mempermalukan Nar’Kobar di seantero jagat. Ih…please deh….nyebelin banget sih. Manusia-manusia sok. Kenapa sih harus ada acara reality show yang judulnya Tabir Dimensi Live? Trus kenapa juga Dr. Kenjiro Shimada menciptakan kamera Kirlianic Imaging System (KIS 3000) yang bisa merekam citra video dari jin? Semua orang di seluruh dunia menyaksikan Nar’Kobar dipermalukan, dicolek-colek sama manusia. Yang lebih parahnya lagi, Nar’Kobar dipanggil Ratu Nagini dan di buang di sebuah sumur tua, dan turun pangkat jadi ririwa.

Untungnya, Putri Larasati (pewaris takhta Madanglaya, putri pertama Ratu Nagini dan Raja Mephisto dari Sildavinia), yang mengangkat Nar’kobar menjadi mentakirnya, memohonkan pembebasan bagi Nar’kobar. Ratu Nagini meluluskan permintaan putrinya, dengan syarat, Nar’kobar harus berhasil membuat Lena jadi cewek gampusan dalam waktu satu bulan, kalo nggak, Nar’kobar akan dihukum mati.

Sampai di situ, cukup mengerti? Pasti bingung dengan istilah gampusan, nipingan, mentakir, atau ras Naarut, atau nyonglep. Andhika memang kreatif menciptakan kosa kata baru. Dari 601 halaman plus 15 halaman pengantar, sepuluh halamannya adalah daftar istilah. Setengah dari daftar istilah itu adalah kata-kata baru yang diciptakan Andhika untuk memanusiawikan bahasa jin agar para pembaca Nar’kobar bisa mengerti. (Hehehehe…memangnya bagaimana jin berbicara?).

Sepertinya Andhika melakukan riset yang cukup memadai ketika menulis ini. Dalam wawancara yang dimuat dalam sebuah blog ( http://ceritaceritaku.blogspot.com/2006_03_01_ceritaceritaku_archive.html ), penulis novel ini mengaku bahwa ia mengambil basic tentang jin dari Alquran dan Alhadist, selain membaca buku-buku tentang jin seperti karya Abu Aqila (Kesaksian tentang Jin) dan Muh. Isa Dwud (dialog dengan Jin), dll. Ia juga mendapatkan referensi dari pengalaman teman-temannya yang pernah bersinggungan dengan dunia gaib.

Cukup banyak hal positif yang bisa didapatkan dengan membaca novel ini. Gaya bahasanya yang gaul mudah sekali dicerna hingga kita tak kesulitan mengikuti alur cerita (yah...kecuali ketika kita dipaksa untuk menghapalkan istilah-istilah tertentu). Dan sepertinya, ada misi terselubung untuk meluruskan pandangan umum terhadap dunia gaib, misalnya tentang roh-roh gentayangan yang seharusnya tidak ada, tapi hanya perbuatan jin yang berpura-pura menjadi hantu penasaran (pocong, kuntilanak, arwah penasaran, dll) untuk menakut-nakuti manusia. Selain itu, yang sangat kental terbaca, penulisnya ingin memperlihatkan bagaimana kekuatan doa bekerja. Tampak dari beberapa tokohnya yang sulit didekati karena memiliki aura positif yang kuat dari rajinnya berdoa.

Saya melahap buku ini habis dalam satu hari. Sempat lupa ngapa-ngapain…(mungkin karena sebelum saya membaca buku ini saya lupa berdoa, hingga ninipingan saya nyonglep di telinga saya. Hehehe)

Daftar istilah:

Naarut : Ras jin generasi keempat sejak ras Jah’luun menempati Al’m sidjiin. Jin dari ras ini memiliki intelegensi yang tinggi dan memiliki kekuatan dasar aura lembut yang sedang. Umumnya mereka memiliki bentuk alami mirip manusia terutama di bagian matanya. Memiliki warna kulit kemerahan, dua buah tanduk kecil, dan berekor pendek.
Mentakir : Guru/ mentor/ pembimbing (Bahasa jin dialek Madanglaya. Takir: murid
Jiinayil Aq’lun : Jin mitra/ pendamping manusia. Konsep ini mulai dicetuskan oleh Ki Reyamani dari ras Jah’luun. Tujuan utamanya untuk memanfaatkan kerativitas, imajinasi, kecerdasan, dan energi hidup manusia demi kepentingan bangsa jin. Jiinayil Aq’lun terdiri atas empat tingkatan yaitu: Ririwa, J’mar Khadum, J’mar Kha’riin, J’mat Khafziir.
J’mar Kha’dum : jin dengan tingkatan ini berfungsi sebagai motivator manusia
Gampusan : keadaan mental dan spiritual seorang manusia yang sudah dianggap terbuka (tidak memiliki resistensi terhadap sugesti negatif) dan memiliki aura positif yang lemah sehingga sudah tidak diperluakn lagi jin pendamping khusus untuk memotivasinya karena jin mana pun sudah bisa memanipulasi alam pikirannya setiap saat dengan mudah.
Niniping : memata-matai, membuntuti manusia. Nipingan: manusia yang sedang diamati/dipengaruhi.
Nyonglep : ‘nongkrong’ di dalam telinga manusia
[daftar istilah selengkapnya, baca aja bukunya…!]