Qaris Tajudin
Koran Tempo, minggu 30 April 2006
View Scanned News Images: page1, page2
Kisah Jin Gaul
Ternyata, jin juga suka menulis buku diary, belanja di mal, nonton gossip selebritas bangsa manusia ditelevisi, dan main Terorist Hunter 3 di Gamestation (plesetan dari Playstation). Hei, bukan cuma itu, mereka juga bisa jatuh cinta dan menangis karenanya.
Alkisah, pada tanggal 60 jalemar tahun 666.231.655, sama dengan 27 Oktober 2006, seekor jin (karena mereka memang punya ekor) bernama Nar'Kobar menulis diary . Ia adalah jin pertama yang menulis diary . Menurut sobatnya, si Grewok yang tukang ngorok, Kobar hanya buang-buang waktu saja. Bagaimana nggak buang-buang waktu, wong otak jin itu lebih canggih dari hard disk mutakhir.
Tapi Kobar nggak peduli. Dengan lincah jin remaja berusia 150 tahun ini (bukan salah ketik lho, tapi memang seratus lima puluh tahun), mengisi diary-nya. Ini ia lakukuan setelah Lena, cewek nipingannya (manusia yang digoda), melakukan kebiasaan ini. Selanjutnya adalah lika-liku kisah si Kobar yang suka menggaruk-garuk tanduknya itu me-niniping Lena.
Kisah jin yang sedikit nyeleneh ini dapat dibaca dalam novel 600 halaman berjudul Nar'Kobar: The Motivator karya Andhika Pramajaya. Tidak seperti kisah-kisah jin yang menyeramkan, novel ini benar-benar segar, kocak, dan tidak membosankan. Tapi penggambarannya begitu detail, lengkap dengan istilah dan segala tetek bengeknya , hingga kita hampir percaya bahwa Andhika memang pernah ke alam jin (entahlah, mungkin jga dia pernah kesana).
Lewat novel ini Andhika sebenarnya telah membuat terobosan baru dalam menceritakan alam jin di negara yang mayoritas penduduknya masih percaya pada klenik ini. Membuat jin tidak lagi menyeramkan, tapi tampil lebih “manusiawi” dan memiliki banyak dimensi yang menarik. Ya, mungkin seperti bagaimana J.K. Rowling menceritakan tukang sihir yang menggemaskan bernama Harry Potter.
“Ini satu terobosan baru, ternyata alam lain yang konon dihuni oleh makhluk yang seram itu tidak harus selalu menakutkan,” kata Leo Lumanto, pemandu acara mistik ditelevisi yang mirip dengan salah satu karakter tokoh novel ini.”Dan yang saya suka, Andhika juga tidak lupa info-info umum tentang alam jin. Misalnya jin terbuat dari api dan lain-lain.”
Pak Leo ada benarnya. Bayangkan saja, jin dalam novel ini ternyata juga suka belanja di mal, nonton gossip selebritis bangsa manusia di televisi, dan main game. Mereka juga bisa jatuh cinta dan menangis karenanya.
Bahasa percakapan mereka, terutama jin-jin muda seperti Kobar dan Grewok adalah bahasa gaul, ber-lu-gue, dengan diseling-selingi kata-kata inggris. Ini contoh percakapan antara Nar'Hilmaar dengan Jar'Samiir tentang cowok-cowok gampusan (yang sudah berhasil digoda=bejat),Gugun dan Aming:
“Baru pulang nih?”
“Ya …begitulah. Kayaknya elu bakalan beruntung malam ini, Maar.”
“Emang kenapa?”
“Si Gugun bakalan ketemuan sama cewek bule gampusan.”
“Oh ya? Cakep-cakep nggak?”
“Gue juga belum liat. Elu cepet temuin dia. Ntar keburu keduluan ama si Aming tuh.”
“ Ok . Thanks , Miir, good night .”
Yang lebih menarik adalah bagaimana penulis menceritakan dengan lengkap alam jin itu seperti apa, tingkatan atau jabatan profesi mereka, keragaman bangsa jin yang bentuknya amat berbeda-beda, bahkan seperti halnya Charles Darwin, Andhika menceritakan sejarah asal-usul penciptaan jin dan evolusi mereka. Semuanya dituturkan dalam cerita yang mengalir.
Di alam jin sana ada banyak Negara (peta lengkapnya bisa dilihat), sejumlah istana, keraton dan keputren, sekolah tinggi, pasar, laboratorium seperti milik Q dalam James Bond, dan pabrik pembuat alat semacam telepon genggam atau android.
Untuk penamaan dan istilah, Andhika banyak memakai pelesetan dari bahasa arab. Seperti Nar (nama yang banyak dipakai bangsa jin) berarti api, zat asal jin, Al` jahiir untuk alam manusia adalah berarti alam nyata, atau Jiinatul awaluun untuk alam jin yang pertama. Dan karena Andhika dari Sunda, maka ungkapan-ungkapan sunda juga mewarnai buku ini.
Meski terkesan main-main dan ringan, namun novel ini memiliki alur yang cukup menarik. Kisahnya memang sederhana, bagaimana membuat Lena menjadi cewek gampusan.
Sayangnya Andhika, kedodoran saat menutup. Akhir dari cerita itu tidak klimaks, terlalu datar dan masih membuka celah untuk dinaikan ke puncak klimaks. Memang, ada rencana penulis untuk membuatnnya jadi serial, tapi sebuah serial yang baik tetap harus membuat kilmaks disetiap serinya. Ada puncak-puncak kecil sebelum mencapai klimaks diakhir novel terakhir.
View Scanned News Images: page1, page2