JAWA POS, Selasa, 27 Apr 2004
Konflik Ambon Memanas
AMBON - Konflik antarmassa di Ambon terus berlanjut. Sedikitnya, 14 orang
dilaporkan tewas dan 42 lainnya luka-luka dalam insiden terbaru yang berlangsung
sejak pagi hingga tadi malam. Konsentrasi bentrokan terjadi di Kawasan Tanah
Lapang Kecil, Talake, Kota Ambon.
Ditambah dengan 12 korban tewas sehari sebelumnya, berarti sudah 26 yang tewas.
Sementara itu, total 145 lainnya luka-luka. Selain mengakibatkan nyawa melayang,
ratusan rumah warga dan kampus Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM)
menjadi sasaran amukan massa. Bahkan, sejumlah rumah dibakar. Tidak jelas siapa
yang memulai konflik di Talake.
Dentuman bom dan letusan senjata api menyalak sepanjang hari. Situasi Kota
Ambon hingga berita ini diturunkan tetap mencekam. Korban yang berjatuhan
membanjiri rumah sakit-rumah sakit yang sudah mulai kekurangan suplai medis.
Aksi kekerasan itu dimulai sejak pukul 3 dini hari. Mulanya terjadi konsentrasi massa
di Jalan Dr Sitanala, Talake, Ambon. Dengan meletusnya insiden lanjutan tersebut,
pernyataan Gubernur Karel Ralahalu yang menyebut konflik sudah diatasi pukul 18.00
hari Minggu terbantah.
Selain di Talake, kebakaran rumah ternyata juga merembes ke kawasan Manggadua
Bawah, Kecamatan Nusaniwe. Upaya pembakaran juga terjadi di Urimseng,
Kecamatan Sirimau, namum dapat dipadamkan.
Hingga malam tadi, konsentrasi massa dari dua kelompok masih berkerumun di
beberapa tempat, terutama di Jalan Dr Sitanala. Gumpalan asap hitam masih terlihat
di sejumlah tempat. Rentetan tembakan dan ledakan bom pun masih terdengar. Aksi
pembakaran dan peledakan terus terjadi meskipun telah tiba bantuan aparat Brimob
dari Resimen Kelapa Dua yang menyekat kedua kelompok.
Ratusan warga terpaksa mengungsi di beberapa tempat yang dianggap aman dari
amukan massa. Kondisi mereka memprihatinkan karena hanya membawa buntalan
bekal seadanya. Belum ada bantuan pemerintah. Baru terlihat Pos Keadilan Peduli
Umat dan Pos Kemanusiaan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang mulai
menurunkan relawannya membantu para korban.
Kondisi yang sama tampak pada korban luka-luka yang dirawat di beberapa rumah
sakit. Minimnya persediaan obat, peralatan medis, dan tenaga dokter mulai terasa.
Sebagian korban yang dirawat di RS Al Fatah Ambon, misalnya, terpaksa dievakuasi
ke Gedung Ashari karena kapasitas rumah sakit tidak lagi mampu menampung
korban yang terus bertambah.
Hingga pukul 18.40 kemarin, korban menjadi 156 orang yang dirawat di beberapa
rumah sakit di kota itu. Korban yang dirawat di RSU dr Haulussy empat orang. Satu
di antaranya tewas. Di RS Bakti Rahayu tercatat tiga orang, dua di antaranya tewas;
di RS GPM satu orang luka, dan RS Al Mukadam empat orang luka.
Korban terbanyak insiden Talake dirawat di RS Al-Fatah, yakni 40 orang, 10 di
antaranya tewas. Identitas satu korban tewas lainnya belum diketahui.
Kekerasan terbaru tersebut menyebabkan seluruh aktivitas perkantoran, baik
pemerintahan maupun swasta, di Kota Ambon lumpuh total. Di Kantor Pemprov
Maluku, Pemkot Ambon, kejaksaan tinggi, kejaksaan negeri, dan sejumlah kantor
pemerintahan lainnya tak ada aktivitas.
Selain itu, sejak pagi, jalan-jalan di kota tersebut sepi dari lalu lalang kendaraan.
Kebanyakan warga di kota itu lebih memilih berada di rumah daripada beraktivitas.
Karena itu, situasi Kota Ambon yang baru sembuh dari konflik antarwarga yang
berkepanjangan tersebut tampak sepi bak kota mati.
Pasar swalayan satu-satunya di kota itu dan sejumlah pertokoan lainnya memilih
tidak buka. Sebab, dentuman bom dan letusan senjata api terus menyalak sepanjang
hari hingga tadi malam. "Saat ini kami diliburkan karena situasi," kata Marni,
karyawati Matahari.
Senada dengan Marni, Markus Lisapaly, salah seorang PNS di pemerintahan Kota
Ambon, mengaku tak tahu sampai kapan kantornya tutup. "Libur" tersebut dilakukan
atas inisiatif masing-masing PNS. "Yang tidak (punya) nyali tidak masuk kantor.
Begitu juga sebaliknya, yang bernyali silakan masuk kantor. Dan, ini saya anggap
sebagai libur darurat," ungkapnya.
RMS, Bukan Agama
Apa tindakan pemerintah? Pemerintah pusat mulai memberikan perhatian atas konflik
terbaru ini. Gubernur Maluku Karel Ralahalu kemarin melakukan telekonferensi
dengan Menko Polkam Hari Sabarno, Menkes Achmad Sujudi, dan Mensos Bachtiar
Chamsyah. Pemerintah pusat menjanjikan bantuan secepatnya.
Setelah berdialog dengan pusat, Karel menyatakan akan memberikan bantuan
obat-obatan kepada beberapa rumah sakit di daerah itu. "Bagi saudara kita yang
sedang dirawat di RS, kami akan segera memberikan bantuan obat-obatan. Saya
meminta agar masyarakat tidak terprovokasi kondisi ini," ujarnya.
Sementara itu, Kapolda Maluku Brigjen Polisi Bambang Sutrisno terus berkoordinasi
dengan gubernur dan panglima daerah yang langsung melakukan rapat koordinasi.
Kapolda menjelaskan soal langkah antisipatif, termasuk meminta bantuan pasukan
Mabes Polri.
"Pasukan yang sudah masuk adalah dua SSK Brimob dari Kelapa Dua. Aparat BKO
yang ada tersebut akan ditempatkan di lokasi-lokasi yang dikategorikan rawan
konflik," ungkap Sutrisno. Selain itu, ada bantuan satu batalyon Kostrad dari Jawa
Tengah.
Di sisi lain, Karel secara tegas menyatakan bahwa konflik yang terjadi bukan
masalah agama. Tapi, itu merupakan upaya-upaya kelompok separatis yang ingin
memisahkan diri dari NKRI. "Konflik tersebut bukan konflik agama dan bukan konflik
antara sesama kita. Tapi, konflik ini terjadi akibat FKM/RMS (Front Kedaulatan
Maluku/Republik Maluku Selatan, Red) yang ingin memisahkan diri dari NKRI,"
tegasnya.
Penegasan yang sama juga diungkapkan Kapolda Bambang. Menurut jenderal
berbintang satu itu, insiden 25 April tersebut bukan disebabkan masalah agama, tapi
masalah penanggulangan separatis FKM/RMS. "Ini bukan masalah agama, tapi
masalah penanggulangan separatis FKM/RMS," tukasnya.
Polisi kemarin juga mengamankan delapan orang simpatisan RMS asal Desa Aboru,
Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah, yang diduga memiliki bendera "benang
raja" milik RMS.
Sebelumnya, polisi telah menangkap 24 aktivis, termasuk Sekjen FKM Moses
Tuanakotta. Penangkapan terhadap Moses yang dilakukan seusai upacara peringatan
HUT RMS pada Minggu lalu itulah yang menyebabkan konflik. Massa pembela Moses
yang dikawal polisi datang ke polda menyusul Moses. Di tengah jalan, pembela
Moses itu membesar menjadi sekitar seribu orang. Kelompok pro-NKRI
menandinginya sehingga terjadilah bentrokan itu.
Aparat Kurang Tegas
Meski begitu, ada yang menganggap tindakan pemerintah dan aparat keamanan
kepada FKM/RMS kurang tegas. Ketua Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Maluku
Sudarmo S.P. menyatakan kekecewaannya kepada Pangdam XVI/Pattimura Mayjen
TNI Syarifuddin Sumah yang tidak konsisten terhadap pernyataannya. Dia tidak
berani bertindak tegas saat terjadi aksi pengibaran bendera separatis RMS pada 25
April lalu sehingga berbuntut tewasnya sejumlah warga di kota itu.
Sudarmo juga meminta pertanggungjawaban Polda Maluku yang akomodatif terhadap
kelompok separatis dengan mengamankan pawai ratusan pengikut separatis dengan
hanya menangkap 25 anggota FKM/RMS dan melepaskan ratusan lainnya. "Polri
ternyata memberikan kelonggaran dan akomodatif terhadap kegiatan separatis
FKM/RMS untuk menampakkan keberadaannya," ujar Sudarmo yang menyesalkan
jatuhnya korban besar.
Sudarmo juga meminta agar aparat yang menembak warga sipil antiseparatis ditindak
secara tegas dan berat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
tanpa pandang bulu, dari komandan sampai pelaku penembakan di lapangan.
Sikap senada juga disampaikan Ketua Partai Demokrat (PD) Maluku Etty
Manduapessy. Dia menyatakan kecewa atas lambannya aparat keamanan dalam
menindak kelompok separatis Maluku tersebut. Padahal, menurut Manduapessy,
aparat seharusnya mengantisipasi secara dini. Sebab, jauh sebelumnya, kelompok
separatis RMS itu -melalui provokasi yang mereka sebarkan- menyatakan akan
mengadakan upacara HUT RMS dan penaikan bendera separatis.
"Masak, jauh sebelumnya mereka tidak mendeteksi. Kalau intelijen aparat keamanan
berfungsi dengan baik, saya kira tidak akan ada jatuh korban. Karena aparat secara
dini telah mengeliminasi gerakan-gerakan yang disebarkan pendukung RMS dengan
melokalisasi semua titik yang dinilai rawan," ujarnya. (tim jpnn)
© 2003, 2004 Jawa Pos dotcom.
|