JAWA POS, Kamis, 29 Apr 2004
Pangdam Siap Ambil Alih
Para Menteri Datang, Ambon Tetap Panas
AMBON - Selama kunjungan para menteri ke Ambon kemarin, suasana pergolakan
terus memanas. Awalnya, wilayah konflik hanya terkonsentrasi di Waringin dan
Talake. Namun, sejak pukul 03.00 WIT kemarin, Karang Panjang, Kecamatan
Sirimau, Kota Ambon, dilaporkan diserang oleh sekelompok massa.
Akibat penyerangan itu, satu gereja dan puluhan rumah milik warga hangus terbakar.
Tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut. Sementara, akibat pertikaian di
Waringin sejak kemarin hingga tadi malam, dua orang tewas dan sebelas luka.
Korban tewas maupun luka yang berjatuhan di Waringin akibat bidikan para sniper
(penembak jitu). Para penembak itu berposisi di tempat tinggi untuk membendung
massa "pro-NKRI" yang mati-matian ingin memasuki wilayah Kudamati yang jadi
basis lawannya.
Ledakan bom dan senjata api terus menyalak. Massa juga terus memaksa untuk
merangsek ke perbatasan Kudamati. Namun, upaya tersebut selalu kandas oleh
peluru sniper yang siap membidik mereka tepat sasaran.
Massa yang berkali-kali ingin maju selalu diingatkan tentang penembak jitu tersebut.
Bahkan, aparat Brimob BKO yang ditempatkan di Waringin hingga kemarin masih
belum mampu menghancurkan pertahanan para penembak gelap itu.
Namun, sejumlah intelijen polisi telah disusupkan ke Kudamati untuk mendeteksi
lokasi-lokasi para sniper yang terus melesakkan peluru maut tersebut. Menurut
informasi yang diterima wartawan, seluruh lokasi para penembak jitu sudah terditeksi.
Polisi tinggal menunggu perintah penyergapan.
Kapolda Maluku Brigjen Polisi Bambang Sutrisno setelah bertemu dengan Menko
Polkam Ad Interim Hari Sabarno ketika ditanya wartawan seputar informasi lokasi
sniper yang konon telah terdekteksi itu memilih bungkam.
Sementara itu, pertikaian antarwarga kembali terjadi di wilayah perbatasan
Batumerah-Karang Panjang yang berlangsung pukul 03.00 WIT sampai dengan pukul
05.00. Suara ledakan bom rakitan dan tembakan bersahut-sahutan di lokasi tersebut.
Begitu pun yang terjadi di daerah perbatasan Talake-Batugantung dan sekitarnya.
Meskipun situasi masih sangat rawan, aktivitas warga Kota Ambon mulai tampak.
Sejumlah pertokoan, yang sejak dua hari lalu menutup usahanya, mulai buka
kembali. Begitu pula kegiatan pemerintahan.
Namun, sejak kemarin, pemerintah daerah memutuskan membagi wilayah kerja
berdasar realitas kondisi keamanan di wilayah Kota Ambon. Wilayah kerja dibagi dua,
masing-masing Kantor Dinas Perdagangan dan Industri di Jalan Sam Ratulangi serta
di Markas Polisi Daerah Maluku (Mapolda).
Meskipun ada upaya pembagian wilayah, situasi masih gampang terguncang.
Suasana kembali mencekam sejak pukul 19.30 WIT tadi malam, yang diawali dengan
suara letupan senjata dan bunyi bom rakitan di lokasi perbatasan Batugantung-Talake
(Waringin). Warga memilih tetap berada di rumah pada malam hari. Aktivitas mereka
mulai menurun sejak pukul 19.00 WIT.
Siap Ambil Alih
Sementara itu, Panglima Kodam XVI/Pattimura Mayjen TNI Syarifudin Sumah secara
tegas membantah ada upaya pembiaran oleh aparat keamanan terhadap konflik yang
telah berlangsung empat hari itu. Dirinya bahkan mengatakan, jika pihak Polda
Maluku tidak mampu mengendalikan situasi, pihaknya siap untuk mengambil alih
kendali.
"Saya kira, kalau polda tidak mampu, serahkan saja. TNI akan mengambil kendali
operasi. Jadi, sementara, ditanyakan saja ke polda tentang masalah ini. Kalau tidak
mampu untuk berkelahi, minta bantuan saja untuk berkelahi," ujarnya di Bandara
Pattimura Laha kemarin.
Pangdam menegaskan, pihaknya telah maksimal dalam menjaga stabilitas
keamanan sesuai dengan fungsi dan wewenang yang dimiliki TNI. Dia berdalih, saat
terjadinya konflik, pihaknya kesulitan untuk bertindak tegas, menyusul komando
pengendalian operasi (kodal) masih berada di tangan kepolisian, dalam hal ini Polda
Maluku. Dengan demikian, yang bisa dilakukan pihaknya adalah berupaya
melokalisasi konflik agar tidak meluas.
"Konflik ini pada hari pertama sebenarnya hanya berada di satu titik. Kemudian
meluas ke Talake dan Waringin. Selasa malam, kerusuhan justru meluas ke Karpan.
Kalau itu terjadi, saya kira bukan kita sengaja membiarkannya. Namun, karena pihak
TNI maupun Polri masing-masing telah dibagi wilayah pengamanan terhadap massa.
Kita juga terus berkoordinasi dengan polda untuk memaksimalkan pengamanan yang
ada," tandasnya.
Di sisi lain, menanggapi tudingan sejumlah kalangan yang mengatakan insiden
penyerangan di kawasan Karpan Selasa malam adalah ulah personel TNI, Pangdam
secara tegas membantahnya.
"Katanya, yang melakukan itu berbaju loreng. Namun, setelah dicek, ternyata tidak
ada. Saya minta jangan warga terpengaruh dengan informasi yang menyesatkan,"
pintanya.
Protes Jemaat Gereja
Di tengah situasi tegang di siang hari, ribuan warga Jemaat Bethabara Rabu kemarin
melakukan demo di Mapolda Maluku. Kedatangan jemaat yang berlokasi di Karang
Panjang tersebut bermaksud menuntut agar aparat TNI yang ditempatkan di
seputaran Karang Panjang segera ditarik. Itu menyusul terbakarnya Gereja Nasaret
yang berlokasi di Kelurahan Karang Panjang Rabu dini hari.
Mereka menuntut bertemu Gubernur Karel Alberth Ralahalu, Pangdam XVI Pattimura
Mayjen TNI Syarifuddin Sumah, dan Kapolda Maluku Bambang Sutrisno. Namun, niat
mereka tak kesampaian, karena diterima Wakapolda Maluku Kombes Pol Bambang
Suidi.
Menurut para pendemo dalam orasinya, akibat ketegangan yang terjadi beberapa hari
terakhir ini, warga setempat kemudian melakukan penjagaan di lokasi Gereja
Nasaret. Beberapa saat kemudian, datang sejumlah aparat TNI dan menganjurkan
agar warga yang sedang melakukan penjagaan segera meninggalkan lokasi itu.
Tapi, mereka mengatakan, tidak lama kemudian gereja yang ditinggalkan tersebut
kemudian terbakar. "Karena itu, kami minta agar aparat TNI yang berlokasi disana
segera ditarik," teriak sejumlah pendemo.
Salah satu pendemo, A. Pelupessy, dihadapan wakapolda menyebutkan bahwa
masyarakat yang berada di daerah-daerah pengamanan TNI mengaku diperlakukan
sangat tidak manusiawi. "Kami diperlakukan tidak manusiawi," tegasnya.
Sementara itu, wakapolda tidak bisa memberikan jaminan penarikan aparat TNI.
Menurut dia, sesuai pembagian tugas pengamanan dilapangan, lokasi sekitar Gereja
Nasaret merupakan kawasan TNI.
Usai diterima wakapolda, para pendemo tetap bersikeras untuk mememui gubernur,
pangdam dan kapolda Maluku. Beberapa utusan demonstran kemudian bertemu
kapolda. Sekitar pukul 11.00 WIT, massa kemudian meninggalkan mapolda karena
hujan lebat.
Apa kata pihak TNI? Danrem 151 Binaya Kolonel Inf. Tony Husodo membantah keras
tuduhan warga Karang Panjang. Dia mengatakan, aparatnya tidak mengetahui aksi
pembakaran gereja tersebut.
Tony Husodo menegaskan bahwa aparat yang bertugas di lokasi tersebut sudah
sesuai dengan mekanisme. "Terserah, orang mau ngomong apa. Situasi sekarang ini,
isu memang selalu beredar dan berkembang," kata danrem. Menurut dia, TNI datang
ke Maluku untuk mengamankan daerah itu dari pertikaian, bukan malah sebaliknya,
menuding TNI yang bukan-bukan.
Kamerawan SCTV Dipukuli
Dalam kejadian lain, kamerawan SCTV Rio Haryodewanto Rabu kemarin dikeroyok
massa di pertigaan depan Mapolda Maluku. Saat itu, dia tengah mengambil gambar
aktivitas warga di seputaran mapolda. Akibat pemukulan tersebut, wajah
Haryodewanto memar-memar dan terdapat goresan, darah segar keluar dari hidung
serta mulutnya.
Menurut sejumlah saksi mata, saat itu warga menegur Haryodewanto. Rupanya,
warga marah akibat pemberitaan SCTV yang sejauh ini dinilai mendiskreditkan
kelompok tertentu. Tiba-tiba, dia dipukul beberapa warga yang berada sana itu.
Haryodewanto kemudian diamankan anggota polda di Mapolda Maluku.
Tak hanya warga Karang Panjang yang protes. Warga Kudamati yang diwakili
ketua-ketua RT/RW, kemarin, mendatangi Polda Maluku dan bertemu dengan
kapolda Maluku dan pangdam untuk menyampaikan pernyataan sikap berkaitan
dengan peristiwa 25 April yang menyebabkan Kota Ambon kembali rusuh.
Tokoh masyarakat dan tokoh agama di Kudamati menyatakan sikap menolak secara
tegas segala tindakan yang bersifat separatis yang bertujuan memecahbelah
keutuhan NKRI, Pancasila, dan UUD 1945.
Mereka juga menolak stigma yang mengeneralisasi bahwa seluruh orang Kristen
adalah FKM/RMS, khususnya warga Kelurahan Kudamati, karena pergerakan
FKM/RSM hanyalah dilakukan segelintir orang di Maluku.
Dalam bagian lain, mereka meminta kebijakan kepada TNI-Polri untuk menangani hal
itu secara tuntas sesuai hukum yang berlaku secara profesional serta meminta
pemerintah menangani penyelesaian secara arif.
Pernyataan sikap yang dibacakan Ny J. Huwae, ketua RT 02 itu, juga ditembuskan
ke Presiden Mega dan para petinggi yang lain.
Sementara itu, menanggapi pernyataan sikap tersebut Karel Alberth Ralahalu
mengatakan akan mengambil langkah-langkah antisipasi aparat keamanan untuk
mengantisipasi situasi yang terjadi saat ini.
Dikatakan, proses penegakan hukum akan dilakukan terhadap mereka yang telah
melakukan upacara bendera pada 25 April sehingga mengakibatkan terjadinya konflik
di Kota Ambon.
Minta Darurat Militer
Sementara itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maluku beserta seluruh komponen
masyarakat muslim meminta pemerintah pusat memberlakukan darurat militer
(darmil) di Maluku.
Permintaan itu kemarin disampaikan dalam pertemuan bersama rombongan Menko
Polkam Hari Sabarno bersama tokoh agama dari komunitas lain. Pertemuan di
Bandara Pattimura Laha tersebut dihadiri Kapolri Jenderal Pol Da’i Bachtiar,
Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, dan Menteri Kesehatan Achmad Sujudi.
Ketua MUI Maluku Idrus Toekan mengatakan, permintaan pemberlakuan darmil
tersebut disebabkan saat ini banyak kelompok sipil bersenjata yang telah
menewaskan puluhan dan melukai ratusan orang lainnya. Hal yang sama ditegaskan
Ketua STAIN Ambon Muhammad Attamimi dan Ketua DPW PBR Lutfi Sanaky serta
Sekretaris DPW PPP Sulaiman Wasahua.
Tiga tokoh muslim ini mengatakan, jika darmil tidak diberlakukan, akan sangat sulit
memberantas keberadaan FKM/RMS (Front Kedaulatan Maluku/Republik Maluku
Selatan) di Maluku. Bahkan, Attamimi menegaskan, pihak gereja dan komunitas
Kristen harus satu komitmen untuk memberantas separatis, dalam hal ini kelompok
FKM/RMS.
Lutfi turut meminta para pemimpin komunitas Kristen untuk bersama-sama
melokalisasi keberadaan FKM/RMS dari warga Kristen, sehingga tidak ada lagi
stigma bahwa FKM/RMS identik dengan komunitas tertentu.
Menanggapi hal itu Ketua Keuskupan Amboina Uskup Mandagi dan Ketua Sinode
GPM Maluku Pendeta I.W.J. Hendriks menegaskan, selama ini pihaknya komitmen
dengan melarang umatnya terlibat FKM/RMS. Bahkan, dua tokoh ini membantah
bahwa semua itu akal-akalan semata.
"Saya sangat sependapat dengan pernyataan beberapa tokoh muslim bahwa tidak
perlu ada dusta di antara kita. Saya juga ingin menegaskan, FKM/RMS tidak identik
dengan komunitas Kristen. Bahkan, sebagian besar warga Kristen adalah pendukung
NKRI yang setia," tandasnya.
Namun, mengenai keinginan darmil, Mandagi menilainya bukan solusi yang tepat.
Alasannya, hal itu belum dibutuhkan untuk mengatasi kondisi Maluku saat ini.
Di sisi lain, baik Menko Polkam, Kapolri, maupun Panglima TNI akan
mempertimbangkan permintaan pemberlakuan darmil. Yang pasti, kata Menko
Polkam, hal itu membutuhkan sebuah proses panjang, anggaran serta perhitungan
matang. Sehingga, apa yang dilakukan benar-benar solusi untuk memecahkan
sebuah persoalan.
"Saya kira mengenai darmil ini butuh proses yang panjang. Harus ada permintaan dari
pemerintah daerah lewat persetuan dewan. Selanjutnya, usul itu diajukan ke presiden.
Setelah itu, diadakan rapat dengan DPR RI dan dipertimbangkan untuk ditetapkan
sebagai sebuah ketentuan hukum. Jadi, semua itu tidak serta-merta begitu saja,"
terangnya.
Sementara itu, dalam pemaparannya kepada para pejabat pusat di Bandara
Internasional Pattimura, Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu mengungkapkan
sampai pukul 10.00 WIT kemarin, korban akibat pertikaian antarwarga berjumlah 203
orang. Di antara jumlah tersebut, 32 meninggal dan 84 orang lainnya dirawat di rumah
sakit. "Sisanya hanya rawat jalan dan sudah dipulangkan," paparnya.
Jenazah Brimob
Gugurnya Bharatu Lalu Safruddin karena sniper di Ambon menyimpan duka
mendalam bagi keluarganya. Tak terkecuali istri dan mertuanya yang tinggal di Gang
Pacilong No 4 RT 2/RW 4, Kelurahan Kebon Pedes, Kacamatan Tanah Sareal,
Bogor. Bahkan, sang istri tercinta, Lisnawati, masih syok dan diliputi duka
mendalam.
Ibu angkat korban, Martina, yang pensiunan Polri tadi malam menceritakan bahwa
Lalu dikenal sebagai sosok yang sangat supel bergaul, apalagi kepada keluarga dan
warga sekitarnya. "Lalu dikenal pintar bergaul dan baik kepada siapa saja," jelasnya.
Pun demikian di lingkungan tugasnya. Pria kelahiran Lombok, Nusa Tenggara Barat,
25 tahun lalu tersebut berdedikasi tinggi terhadap tugas-tugasnya. Sejak memangku
pangkat bharada di Kesatuan Brimob Kedunghalang, Lalu tiga kali bertugas di Aceh
dan sekali di Poso. Kemudian, pada 25 April lalu, dia dikirim ke Ambon.
Martina menjelaskan, saat ditugaskan ke Ambon, memang tak ada pesan-pesan
khusus yang disampaikan almarhum. Tapi, dia mengatakan ingin pulang kampung.
"Pesan yang saya ingat, Lalu ingin segera pulang kampung," ungkap Martina. Kini,
Lisnawati menjadi janda dan anaknya yang berusia 6 bulan yatim.
Rencananya, pagi ini, jenazah almarhum diberangkatkan pukul 07.00 menuju Lombok
menggunakan pesawat. Di sana, almarhum yang lulus pendidikan pada 2000 tersebut
akan dimakamkan.
Hingga pukul 00.30, rekan-rekan angkatan 2000 almarhum ikut menunggui jenazah
Lalu. Tampak pula karangan bunga ungkapan dukacita menghiasi halaman rumah
almarhum. Sedangkan jenazah Lalu diletakkan di halaman depan rumah dengan
diapit karangan bunga. (jpnn)
© 2003, 2004 Jawa Pos dotcom.
|