The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

Masariku Network


Masariku Network, 10 Mei 2004

Kronologi foto bersama ARHANUD 11 dengan bendera RMS

Peristiwa pemotretan aparat arhanud 11 bersama bendera RMS di lokasi menara lonceng bantu Jemaat GPM GATIK (Galala-Hative Kecil) tanggal 07 mei 2004 (Hasil wawancara & kesaksian para saksi mata)

Lokasi wawancara: Kantor Gereja Jemaat GPM Gatik (Galala - Hative kecil)
Media bantu: Handycam.
Hari/Tanggal: Sabtu, 08 Mei 2004
Waktu: Jam 10.00 WIT s/d 12.00 WIT
Wawancara dilakukan oleh: 1. Noija Phileo Pistos, SH (Biro Hukum GPM)
2. Pdt. Leunufna, Cor SmTh, SH (Biro Hukum GPM)
3. Pdt. Jacky Manuputty (Sek Crisis Centre GPM)

Kesaksian Ibu Pendeta Galala - Hative Kecil, Pdt. ZM.

Tadi malam hari Jumat tgl. 07 Mei 2004, Pkl. 22.30 WIT sehabis ibadah, datang ojek yang biasa membonceng saya (Bpk AT) dan meminta saya secepatnya musti ke belakang (wilayah belakang desa) karena ada masalah. Ketika saya bertanya masalahnya apa?, dia menjawab: masalahnya Aparat dengan bendera RMS. Saya lalu menuju ke rumah Pastori tapi sebelumnya saya mampir dan lapor ke Raja Galala, bahwa ada masalah seperti begini (saya ceriterakan apa yang terjadi) saya bilang Bapa Raja tunggu disini, saya bawa kedua saksi ini turun kesini lebih baik, dia tanya siapa yang lihat, saya bilang MH dan HE. Di pastori saya berbicara dengan mereka dan berbicara tentang apa yang terjadi, menurut mereka ketika mereka baru pulang ke rumah isteri mereka menginformasikan bahwa ada aparat yang naik ke tempat pos jaga anak-anak di Menara Lonceng Bantu. Kami kemudian menuju ke tempat itu dan menemukan tiga orang tentara sedang berfoto dengan bendera RMS, ada yang membungkus badannya dengan bendera RMS dan di foto dari belakang. Kemudian mereka melipat dan meletakan di bawah menara lonceng dan selanjutnya meletakkan sekitar 10 dos peluru yang telah dikeluarkan di atas bendera. Selanjutnya mereka meletakkan juga senjata-senjata mereka diatas bendera itu lalu diambil fotonya. Dari kedua saksi saya mendengar bahwa anggota tentara yang mengambil foto itu menggunakan karpus, tshirt oblong loreng dan celana loreng, menurut kedua saksi kalau ketiga anggota tentara itu diperhadapkan lagi dihadapan mereka, mereka akan mengenali. ketika saya bicara dengan mereka saya bilang kalian harus jadi saksi dan tidak boleh tambah apapun, cerita sebagaimana yang kalian lihat, demi keselamatan umat kalian harus jadi saksi dan mereka mengatakan bahwa mereka siap jadi saksi apapun resikonya.

Kemudian kita ke rumah Raja Galala (Paul Yoris) sampai di Raja Galala sudah ada Raja Hative (Mono Muryani). Saat itu waktu saya bersama dua saksi, Sdr. CN serta dua raja berbicara bersama. Bpk Raja Hative mungkin agak takut karenanya dia mempersalahkan kedua saksi kenapa tidak melaporkan disaat kejadian terjadi. Oleh kedua saksi dijawab justru mereka sedang berpikir bagaimana cara melaporkan, sebab ada yang mengusulkan untuk lapor di RT saja. Namun ada juga yang bilang kasus ini tidak bisa dilaporkan di RT. Karenanya saya lalu mengambil langkah untuk bawa mereka ke Raja, namun raja mengatakan ini sudah terlambat. Saya berkeras bahwa ini belum terlambat demi kepentingan umat, dan waktunya masih sore. Saya menegaskan bahwa persoalan ini harus diselesaikan malam ini juga kalau tidak saya akan mengambil langkah lebih lanjut. Disepakati kemudian bahwa kedua Raja pergi dan menghubungi YP untuk bertemu dengan DANKI ARHANUD 11 guna penyelesaian kasus ini. Sementara saya bersama kedua saksi menunggu di rumah Bpk AA yang terletak disamping rumah Raja Galala. Sekitar Pkl. 01.00 Malam kita ketemu lagi dan Raja sampaikan bahwa sudah disampaikan ke YP dan YP yang akan melakukan pendekatan ke DANKI ARHANUD 11, dan sampai besok pagi baru ada hasil. Saya kemudian katakan; maaf Bapa Raja kalau sampai besok pagi belum ada hasil maka saya akan mengambil langkah selanjutnya.

Ketika masih pagi saya menelpone Ketua Sinode GPM, Pdt. Hendriks untuk beritahukan masalah ini. Pak Hendriks menanyakan bagaimana posisi kedua Raja karena mereka harus menyayangi masyarakat. Selanjutnya menurut Beliau ini bukan masalah sepele. Pak Hendriks meminta saya membuat surat laporan dan juga menambahkan bahwa Pdt. Jacky Manuputty, dari Crisis Center GPM bersama Pdt. Corr Leunufna dan Bpk. Fistos Noija, SH dari Biro Hukum GPM akan segera ke situ. Setelah menelphone -/+ Jam 09.00 datang Pak M sekretaris Majelis untuk mendampingi saya. Kemudian saya memanggil H dan M untuk bersama-sama menunggu Y, sesaat kemudian YP datang dan ia mengatakan bahwa sebaiknya kita menyelesaikan masalah ini ke dalam. Karena mereka (Aparat ARHANUD 11) telah membakar bendera RMS itu dan juga sudah memusnahkan foto negatifnya. Namun saya katakan bahwa saya telah melapor ke Pimpinan Sinode karena apapun yang terjadi pimpinan Sinode harus tahu, saya juga mengatakan bahwa berdasarkan informasi Pimpinan Sinode maka Tim Crisis Center dan Biro Hukum GPM akan segera kesini. Mungkin karena Y merasa tidak puas dia kemudian memanggil DANKI ARHANUD 11 yang kemudian datang bersama-sama dengan kedua Raja ditambah Pak FL (RT setempat). Kemudian kami membicarakan masalah ini bersama-sama. DANKI ARHANUD 11 Kapten Tri Sugianto menanyakan pendapat saya terhadap masalah ini. Menurut dia ini (Persoalan) sudah selesai karena anggotanya itu bersikap jujur ketika ia Tanya. Ketiga anggotanya yang berfoto bersama bendera itu telah mengacungkan tangan ketika ia menanyakan mereka dan menurut mereka bendera dan foto-foto itu sudah dimusnahakan. Saya mengatakan bahwa saya telah mengambil langkah untuk melaporkan ke Pimpinan Sinode saya sejujurnya. Menurut DANKI kalau begitu saya juga akan melapor ke Panglima sebab Ibu sudah melapor ke Institusi Ibu. Saya menjawabnya "Silahkan saja". Selanjutnya DANKI mengatakan bahwa "dia akan melakukan langkah berikut untuk mencabut pasukan dari tempat ini, saya menjawab; itu yang kami harapkan, selanjutnya DANKI menyambung bahwa kalau begitu akan datang lagi pasukan lain yang lebih banyak untuk menempati tempat ini, dan saya tidak tahu akan jadi apa." Saya merasa itu semacam aacaman tapi saya tidak takut. Kemudian mereka pergi namun kembali lagi sekitar jam 10.00 pada pertemuan kedua ini DANKI menganjurkan untuk saya menyepakati saja penyelesaian kedalam. Saya menjawab; "bahwa saya masih akan melakukan lagi konsultasi dengan Pimpinan Sinode kemudian mereka pergi, sepeninggalnya mereka saya menelphone Ketua Sinode lagi untuk menginformasikan pertemuan itu jawaban Ketua Sinode " ini bukan hal sepele untuk diselesaikan dengan cara seperti itu, ini masalah besar dan sebaiknya Ibu Pendeta menunggu dan bicara dulu dengan Bapak-Bapak yang akan datang dari Biro Hukum dan Crisis Center GPM. Dengan demikian mereka tidak akan punya alasan untuk mengatakan bahwa langkah penyelesaian kasus ini sudah sampai disini".

SAKSI LANGSUNG I

HE, umur 54 tahun tinggal di Hative Kecil

Kemarin (tgl. 07 Mei 2004) sekitar Pkl. 18.30 WIT saya baru kembali ke rumah. Sebelum memasuki rumah saya melihat ada tiga anggota TNI yang berdiri di tiang menara lonceng, sehingga saya memutuskan untuk tidak lagi masuk ke rumah. (jarak rumah Hanok -/+ 20 m dari menara lonceng). Saya kemudian menuju menara lonceng dan menemukan ketiga tentara itu disana. Mereka mengenakan celana loreng dan kaos loreng menurut informasi mereka, mereka sedang berfoto-foto dalam rangka kemungkinan mereka akan dipulangkan tgl. 15 Mei 2004. Saya juga diminta untuk turut berfoto bersama mereka setelah selesai berfoto dengan anggota tiba-tiba muncul juga teman saya yang bernama MH dia tetangga saya yang juga tinggal dekat menara lonceng. Dari bawah (lokasi menara lonceng terletak di atas bukit) mungkin Sdr. MH sudah melihat salah satu anggota TNI itu dengan bendera RMS yang diselimutkan di tubuhnya. Setelah H naik salah satu dari anggota itu sudah meletakkan bendera RMS di lantai menara lonceng. Salah satu anggota yang lain mengambil peluru yang ada di pinggangnya kemudian dikeluarkan dari sekitar sepuluh dos dan diletakan diatas bendera. 2 pucuk senjata mereka juga diletakkan diatas bendera dalam posisi tidur, namun salah seorang anggota mengatakan sebaiknya salah satu senjata diletakkan dalam posisi berdiri supaya bisa nampak, selanjutnya mereka mengambil foto bergantian salah seorang anggota yang awalnya memakai pakaian dinas kemudian membuka kemeja loreng dan selanjutnya mengenakan karpus dikepalanya bersama tshirt oblong bercorak loreng tentara. Ketika saya dan M berfoto bersama mereka , mereka tidak lagi memegang bendera RMS. Jadi foto yang diambil kemudian hanya antara kami dengan mereka.

Ketika selesai berfoto kami duduk dan mengobrol, salah seorang dari anggota itu mengatakan bahwa ini sudah 28 kali (gambar yang dipakai sudah 28 kali) saya kemudian bertanya apakah bapak-bapak sudah lama bertugas di Ambon salah seorang diantara mereka "aduh pak sudah 1 tahun lebih kita bertugas" dan di Aboru 5 bulan yang lalu. Salah seorang anggota bilang bendera RMS ini kita dapat di Aboru karena di Aboru itu ada banyak bendera RMS.

Interupsi Ibu pendeta: penjelasan ini bersalahan dengan keterangan dari DANKI, menurut DANKI mereka itu tidak pernah ke Aboru jadi mereka hanya sekedar mau action dengan bendera RMS dan Peluru. Katanya ada yang tidak ke Aboru namun ingin sama dengan teman mereka yang ke Aboru jadi ada rasa cemburu.

Dialog dengan Bpk. Fistos Noija, SH;

Fistos: Apakah setelah peristiwa itu Bapak bercerita kepada orang lain

H: Saya tidak cerita pada orang lain karena saya berpikir foto-foto itu Cuma untuk kenang-kenangan saja.

Fistos: sejak kapan ketemu Ibu Pendeta

H: saya bertemu Ibu Pendeta sekitar jam 23.00 WIT ketika pulang sembahyang. Saya jelaskan kepada Pendeta sesuai apa yang saya lihat.

Fistos: kapan Bapak bertemu dengan Raja Galala dan Raja Hative.

H: setelah Ibu Pendeta memanggil saya dan Pak Musa, mungkin sebelumnya Ibu Pendeta sudah informasikan ke Bapa Raja Galala. Setelah berbicara di Pastori kami langsung pergi turun untuk ketemu dengan Bapa Raja Galala dan Bapa Raja Hative, saat itu saya bersama Ibu Pendeta, Bpk. M dan Bpk. CN

Fistos: Dalam pertemuan itu apa yang dibicarakan

H: Dalam pembicaraan itu yang saya bicarakan sebagai saksi sama seperti yang telah saya terangkan tadi.

Fistos: Apakah ada pembicaraan tentang penyelesaian

H: Belum sampai ke tingkat itu, karena itu bukan urusan saya. Mungkin itu harus melalui pendekatan dengan Ibu Pendeta, Bapa Raja saya, dan mungkin juga dengan DANKI. Ditingkat itu kami belum sampai.

Fistos: Jadi pembicaraan mengenai penyelesaian itu Bapak tidak tahu ?

H: Oh, saya tidak tahu. Tadi ketika jam 10.00 pagi ( tgl. 08 Mei 2004 ) yang dibicarakan sesuai dengan penjelasan Ibu Pendeta yang sudah disampaikan tadi.

Fistos: Waktu pembicaraan kemudian tentang penyelesaian secara ke dalam itu Bapak - Bapak ada atau tidak.

H: Ada, disitu ada Bapa Raja, Pak YP, Pak Tri ( DANKI ARHANUD 11 ), juga Pak Frans Luhukay dan Bpk. Sahetapy. Pembicaraannya menyangkut penyelesaian ke dalam ( dalam desa dan jemaat).

Fistos: Apa sikap Ibu Pendeta yang Bapak lihat.

H: dari pembicaraan itu Ibu Pendeta diantaranya mengatakan bahwa saya sudah laporkan ke atasan saya. Jadi untuk berita baliknya Ibu Pendeta mungkin akan memberitahukan ke Pak Tri (DANKI)

Fistos: Pada waktu Bapak diambil foto dengan aparat apa yang Bapak lihat ada di sisi kanan dan kiri Bapak.

H: dilantai itu mereka hanya punya ransel dan senjata-senjata. Jenis senjata itu yang popornya bisa dilipat, di kiri kanan lokasi foto hanya ada pohon singkong dan pohon - pohon lainnya. Saya masih ingat ketika mereka akan mengambil foto dengan latar belakang ke arah STAIN ( Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri ), saya menyarankan sebaiknya latar belakangnya ke arah kota Ambon supaya pemandangannya lebih bagus.

Fistos: Jarak lokasi menara lonceng dengan pos jaga mereka ( ARHANUD 11 ) Berapa meter ?

H: jaraknya -/+ 500 m.

Fistos: Berapa lama mereka telah bertugas/BKO di daerah Galala-Hative Kecil ?

Ibu Pendeta memotong; tgl. 26 April 2004 mereka masuk dan berjaga disini. Awalnya Brimob yang duluan namun kemudian menyusul ARHANUD 11 yang menempati pos yang sekarang ini.

Fistos: Kira-kira berapa banyak anggota mereka disini.

Ibu Pendeta menjawab; -/+ 20 orang. Awalnya ada 1 perempuan dan 3 lelaki sipil yang mereka bawa untuk tinggal bersama mereka di Pos. Menurut mereka itu koki yang diambil untuk membantu mereka, namun anak-anak mengenali mereka sebagai pekerja bengkel (beragama muslim) di Ambon. Saat itu saya menelphone Bapa Raja dan meminta untuk mengecek 4 orang sipil yang tinggal bersama aparat-aparat itu di Pos jaga, namun saya tak berhasil berbicara dengan raja. Beberapa hari kemudian keempat orang itu sudah tak terlihat lagi di pos jaga.

Fistos: Bagaimana hubungan mereka dengan masyarakat sekitar sini, apakah masyarakat juga menjamin makanan untuk mereka.

Ibu Pendeta menjawab; masalahnya para aparat itu terlihat sangat kaku dan tidak ramah saat mereka mulai datang, karena itu kami juga tidak berani untuk memberikan apa-apa untuk mereka hanya saja kami sering menyediakan minuman bagi mereka di malam hari.

Fistos: Apakah mereka sering naik juga ke pos jaga anak-anak di menara lonceng.

H: seingat saya sampai dengan kejadian kemarin baru dua kali mereka naik ke situ. Mereka tidak pernah melakukan patroli sehingga saya katakan seharusnya kalau professional mereka harus melakukan patroli di lokasi mereka berada.

SAKSI LANGSUNG II

Nama MH, umur 39 tahun alamat Hative Kecil

Saat itu saya dan teman-teman sementara duduk di samping rumah Pastori antara jam 15.00 s/d jam 17.30 WIT. Isteri saya kemudian berteriak memanggil saya. Ketika saya datang ia mengatakan ada dua orang aparat naik ke atas (kearah menara lonceng). Namun saya kembali dan duduk dengan teman-teman disamping rumah Pastori. Beberapa saat kemudian keponakan saya datang lagi dan mengatakan bahwa ada 2 orang aparat naik dari lapangan bola gawang mini kea rah bukit. Saya lalu teringat apa yang dibilang isteri saya bahwa ada dua orang aparat naik ke atas. Saya lalu memutuskan berdiri dan mengajak R, anak dari Sdr. HE (saksi langsung I) untuk naik kea arah menara lonceng. Ketika melewati depan rumah H saya mencoba memanggil H untuk ikut bersama kami. Pada saat itu Rmengatakan sandal ayahnya tidak ada di depan pintu sehingga mungkin saja ayahnya telah naik duluan ke atas (menara lonceng). Sewaktu saya mendengarnya saya berbalik kea rah menara lonceng (jarak rumah H dengan Menara Lonceng -/+ 15 m) dan saya melihat satu aparat tentara yang memegang bendera RMS dan membungkus tubuh bagian belakangnya. Aparat bersangkutan membelakangi salah seorang temannya yang sedang memotret dirinya. Saya kaget sekali dan berkata "Ih Bapa Kami Aparat deng bendera RMS" (Ya Tuhan, Aparat dengan bendera RMS) kalau katong pegang bendera itu saja katong dapa pukul stengah mati" (kalau kita memegang bendera itu saja kita sudah dipukuli setengah mati).

Saya kemudian mengatakan kepada R mari kita naik kesana (menara lonceng). Ketika kami tiba disitu saya melihat mereka (aparat) sudah meletakkan bendera itu diatas lantai menara lonceng.

Fistos: Pada jarak berapa meter-kah pertama kali Bapak melihat aparat yang berada di menara lonceng.

M: Kira - kira 15 meter saya melihat mereka dan mereka ada di sekitar Menara lonceng sementara kami dari bawah, sewaktu kami naik bendera sudah Diletakkan di atas lantai menara lonceng. Saat itu saya melihat mereka sementara mengatur peluru di atas bendera dan juga ada dua buah senjata. Disebelahnya ada ransel serta karpus berwarna hitam, salah seorang tentara kemudian mengatakan untuk temannya yang sedang mengatur peluru supaya jangan menidurkan senjata itu semuanya, namun didirikan juga. Temannya itu kemudian melipat popor salah satu senjata mereka dan dia berdirikan senjatanya. Salah seorang aparat kemudian membuka kemejanya dan mengenakan karpus dikepalanya serta t-shirt loreng tentara dan celana loreng. Selanjutnya ia berjongkok bersama bendera, peluru dan senjata untuk dipotret oleh temannya yang lain dalam jarak -/+ 1,5 meter. Ketiga anggota aparat itu kemudian secara bergantian berfoto dengan bendera, peluru dan senjata-senjata itu. Sehabis mereka bertiga berfoto mereka mengajak kita untuk mengambil Foto juga bersama mereka namun tidak di lokasi dimana bendera dan senjata diletakkan. Kita kemudian berfoto dengan latar belakang bebukitan, dan beberapa latar belakang lainnya. Beberapa saat kemudian kami turun dan kembali ke rumah, Sepanjang perjalanan ke rumah saya terus bertanya - tanya dalam hati bagaimana bisa aparat TNI menyimpan dan membawa bendera RMS. Kita yang masyarakat melihatnya saja sudah takut. Bagaimana mungkin aparat TNI tetap menyimpan barang bukti seperti ini pada mereka. Setelah kejadian itu kita memang sudah berpikir untuk melapor, tak tahunya peristiwanya sudah terdengar sampai ke bawah (di pemukiman arah bawah).

Fistos: Ketika mereka mengatur senjata, peluru, bendera hanya seorang dari mereka yang dipotret bersama barang-barang itu. 2 anggota yang lainnya bapak lihat berada dimana.

M: Mereka memang di potret seorang saja namun berganti-gantian sampai semuanya kebagian.

Fistos: Dalam jarak 1,5 meter itu aparatnya duduk atau berdiri.

M: Yang memotret berdiri dan yang dipotret duduk

Fistos: Khan mereka bergilir ?

M: Betul Pak namun secara bergilir mereka yang dipotret itu dalam posisi duduk jadi dengan jelas terlihat bendera RMS, peluru dan senjata serta ransel di belakang juga.

Fistos: Apakah bapak melihat nama-nama mereka.

M: Tidak karena yang dua telah memakai t-shirt loreng tentara sedangkan yang satu ada memakai ban yang menghalangi. Nanti setelah selesai dipotret salah seorang dari mereka baru menyarungkan kemejanya kembali.

Fistos: Apakah Bapak tahu darimana mereka memperoleh bendera ?

M: Tidak juga Pak, hanya saja salah seorang dari mereka katakana bahwa bendera ini mereka tangkap dari Aboru.

Fistos: Apakah sekarang kalau kembali dipertemukan dengan mereka, bapak bisa mengenali wajah-wajah mereka.

M: Tentu saja Pak saya kenal tiga-tiganya.

Fistos: Setahu Bapak berapa jarak antara pos aparat itu dengan lokasi menara lonceng.

M: -/+ 400 s/d 500 meter.

Fistos: Apakah setelah kejadian bapak ada menceriterakan kejadian ini kepada orang lain.

M: Tidak Pak kepada Ibu Pendeta juga tidak.

Fistos: Lalu kapan Bapak ketemu Ibu Pendeta

M: sekitar jam 22.00 s/d 21.00 WIT, saat itu Ampy Huka salah seorang teman dilingkungan kami datang memanggil saya katanya " bangun dulu Ibu Pendeta ada perlu ". Saya lalu ke rumah Ibu Pendeta dan menemukan disana telah ada Ibu Pendeta bersama Ibu IS, Bpk. CN, serta Bpk. Agus Tetelepta. Selanjutnya Ibu Pendeta menanyakan peristiwa yang terjadi dan saya menceriterakan seperti yang telah saya katakan tadi.

Fistos: Apakah pada hari ini (tgl. 08 Mei 2004) bapak ada ketemu Ibu Pendeta

M: Ada Pak, ketemunya di Pastori

Fistos: Apakah Bapak bertemu sendiri atau ada yang lain juga.

M: Ada Pak, Ibu Pendeta, Pak HE, Pak MS dan Pak FL.

Fistos: Apakah Bapak juga ketemu DANKI (DANKI ARHANUD 11) disana, dan apa yang dibicarakan.

M: Pembicaraan DANKI itu sepertinya meminta diselesaikan secara kekeluargaan Artinya diselesaikan di dalam Desa dan Jemaat yang ada bersama aparat mereka yang bertugas disini.

Fistos: Apakah dalam pembicaraan itu hadir juga kedua Bapa Raja.

M: Hadir Pak!

Nama Aparat ARHANUD 11 yang terlibat;

- Ketiga orang Anggota ARHANUD 11 yang terlibat pada peristiwa pemotretan dengan bendera RMS tidak secara langsung diketahui oleh para saksi yang menyaksikan dan berada di lokasi Menara Lonceng.

- Dua nama diantara ketiga anggota aparat dimaksud diperoleh melalui percakapan Ibu P. dengan anggota ARHANUD 11 lainnya yang tidak ikut ke lokasi Menara Lonceng. Saat itu Ibu P. menginformasikan kepada anggota lainnya yang berada di Pos bahwa ada rekan mereka yang sedang naik kea rah menara lonceng. Oleh anggota yang berada di Pos dikatakan bahwa ia juga sudah diajak tapi ia menolak. Dua nama diantara tiga rekannya yang naik ke Menara Lonceng disebutkan kepada Ibu P. Masing -masing mereka adalah; Pratu J dan Prada S.

Desa Galala, 08 Mei 2004

 

Yang diwawancarai

Yang melakukan wawancara

1. Pdt. Ny.ZM
(Pendeta Jemaat GPM GATIK)

1. Fistos Phileo Noija, SH
(Anggota Biro Hukum-GPM)

2. MH
(Warga Desa Hative Kecil)

2. Pdt. Corr Leunufna, Sm.Th, SH
(Anggota Biro Hukum-GPM)

3. HE
(Warga Desa Hative Kecil)

3. Pdt. Jacky Manuputty, S.Th, SF
(Sekr.Crisis Centre - GPM)

 

MASARIKU NETWORK AMBON
 


Copyright © 1999-2001 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/nunusaku
Send your comments to
alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044