Media Indonesia, Selasa, 18 Mei 2004
NUSANTARA
Dua Bendera RMS Mengudara di Ambon Masyarakat Kembali
Resah
AMBON (Media): Sedikitnya dua bendera separatis Republik Maluku Selatan (RMS)
mengudara dengan balon gas di Kota Ambon, kemarin (17/5) sekitar pukul 17.15 WIT.
Hal ini menimbulkan keresahan masyarakat, menyusul konflik baru yang dipicu
perayaan HUT ke-54 organisasi sempalan tersebut dan demo simpatisannya ke
kantor Polda Maluku, 25 April lalu.
Belum diketahui siapa pelaku yang mengibarkan bendera RMS yang biasanya
disebut 'benang raja' tersebut. Masyarakat khawatir dengan mengudaranya dua
bendera RMS itu bisa memancing emosi sehingga kemungkinan bisa terjadi konflik
baru yang tidak diinginkan.
Apalagi, peristiwa perayaan HUT dan demo itu mengakibatkan 38 orang meninggal,
termasuk dua personel Brimob Kelapa Dua, Jakarta, 221 lainnya luka berat/ringan,
pengungsi sejumlah 2.317 keluarga atau 10.684 jiwa, 400-an rumah penduduk serta
sarana/prasarana rusak/terbakar.
Begitupun, 13 pentolan FKM/RMS, termasuk sekjennya, Mozes Tuankotta, tengah
menjalani penyidikan lanjutan di Mabes Polri, sedangkan Polda Maluku tengah
menyempurnakan 29 berkas dari 35 anggota organisasi sempalan ini guna
dilimpahkan ke Kejaksaan Tinggi Maluku.
Sementara itu Kapolda Maluku Brigjen Adityawarman meminta masyarakat untuk
tetap menahan diri serta tidak bertindak di luar hukum dalam menyikapi kasus
kaburnya empat pentolan Front Kedaulatan Maluku (FKM).
"Segenap elemen masyarakat hendaknya menahan diri dan tidak membuat tindakan
melanggar hukum dalam menyikapi kasus empat pentolan RMS yang kabur dari
tahanan," ujar Kapolda di Ambon, kemarin.
Penegasan itu disampaikannya sehubungan adanya desakan dari Posko
Anti-FKM/RMS kepada pihak Polda Maluku, melalui pernyataan sikapnya yang
ditayangkan stasiun TVRI Maluku dan Maluku Utara, Sabtu (15/5) lalu, untuk segera
menangkap 295 orang anggota FKM/RMS termasuk empat orang yang kabur dari sel
tahanan, 9 Mei lalu.
Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu mempertegas komitmen pemerintah provinsi
setempat memberantas FKM yang berjuang mengembalikan kedaulatan RMS
sehingga memicu kembali konflik di Maluku.
Sedangkan Korem 151/Binaya, kini 'membersihkan' kemungkinan adanya oknum
personel yang terindikasi terlibat separatis RMS, menyusul penangkapan Koptu
Yakobus Sinaya di Desa Mahai, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon, 13 Mei lalu.
Danrem 151/Binaya Kolonel Tonny Husodo, di Ambon, kemarin, menegaskan, harus
dilakukan 'pembersihan' personel sehingga bisa mengemban tugas optimal guna
menegakkan persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Dari Surabaya dilaporkan, mahasiswa asal Maluku yang tergabung dalam Gerakan
Nasional Antiseparatis RMS/FKM, menyesalkan sikap pemerintah yang tidak serius
dalam menangani kelompok RMS. Pemerintah lebih sibuk menyiapkan pemilihan
presiden.
Pernyataan penyesalan itu disampaikan sekitar 20 mahasiswa asal Maluku dengan
melakukan aksi unjuk rasa di depan Gedung Grahadi, Jl Gubernur Suryo, Surabaya,
kemarin. (Ant/Hj/Fl/S-6)
Copyright © 2003 Media Indonesia. All rights reserved.
|