Media Indonesia, Rabu, 28 April 2004
BERITA UTAMA
Kerusuhan Ambon Tewaskan Dua Polisi
AMBON (Media): Situasi Ambon, kemarin, semakin mencekam akibat aksi para
penembak gelap. Aksi mereka menewaskan dua polisi yang baru sehari tiba di lokasi
kerusuhan. Kondisi ini juga memaksa PBB mengungsikan staf mereka.
[PHOTO: AP - BERLINDUNG: Beberapa warga Ambon sambil memegang senjata
tajam berlindung di belakang anggota Brimob Polri untuk menghindari penembak
gelap di Desa Talake, Ambon, Maluku, kemarin. Kerusuhan yang terjadi sejak Minggu
(25/4) itu telah menewaskan sedikitnya 25 orang, dua di antaranya anggota Brimob.]
Akibat aksi penembak gelap (sniper) itu, korban tewas terus berjatuhan. Hingga
kemarin, total korban tewas mencapai 31 orang, setelah delapan orang lagi tewas,
termasuk dua polisi itu, sedangkan korban luka-luka mencapai sekitar 200 orang.
Dua personel Brigade Mobil (Brimob) Resimen II Bogor itu merupakan anggota dari
dua satuan setingkat kompi (SSK) yang didatangkan Mabes Polri dan tiba di Ambon,
Senin (26/4) siang. Dua personel Brimob itu adalah Briptu Syarifuddin dan Briptu Lalu
Daeng.
Syarifuddin, tertembak di bagian pipi kanan dan menembus leher belakang,
sedangkan Lalu Daeng tertembak di bawah mata kiri tembus ke bagian belakang
kepala. Seorang polisi lainnya, Briptu Alfiandi, dalam keadaan kritis dan dirawat di
RSU Al Fatah. Dia tertembak di pelipis kiri dan tembus bagian belakang telinga
kanan.
Kapolda Maluku Brigjen Bambang Sutrisno membenarkan tewasnya dua personel
Brimob itu. ''Saya baru menerima laporan setelah Briptu Syarifuddin terkena
tembakan dari penembak gelap di kawasan Talake, kini mereka disemayamkan di
RSU Al Fatah guna dievakuasi ke Jakarta,'' katanya di Ambon, kemarin.
Korban sipil yang tewas kemarin adalah Janduardi Laimbo, Haris Samal, Sufyan
Tuhulele, Faisal Tuhulele, Pays dan Wattimena. Sebanyak 16 warga sipil lainnya
menderita luka-luka dalam insiden di Pelabuhan Yos Sudarso Ambon, saat sebuah
kapal Dororonda bersandar di Ambon, Senin (26/4) malam.
Kerusuhan yang terparah sejak ditandatanganinya perjanjian damai Malino I Februari
2002 ini memaksa warga untuk mengungsi. Kemarin, situasi Kota Ambon terlihat
sepi, namun menegangkan. Sebab, sesekali suara rentetan tembakan dan dentuman
granat terdengar di beberapa sudut kota.
Warga juga semakin meningkatkan kewaspadaannya dengan berjaga-jaga di
sepanjang batas wilayah mereka masing-masing. Polisi terlihat siaga dengan senjata
otomatis di tangan.
Warga yang bisa mengungsi ke kota-kota lain segera meninggalkan Ambon,
termasuk sejumlah staf PBB. ''Sebanyak 16 staf PBB diungsikan ke Jakarta,
kemarin. Sisanya masih bertahan, tetapi ini sifatnya sukarela. Bila dirasakan tidak
aman, mereka bisa meninggalkan Ambon,'' kata Olin Tutamahu, salah seorang staf
lokal PBB.
DPR kirim tim
Kerusuhan yang sudah berlangsung tiga hari ini memaksa DPR dan pemerintah untuk
bertindak. Hari ini, Komisi I DPR mengirim tim pencari fakta ke Ambon. Tim ini
beranggotakan tujuh orang anggota subbidang keamanan Komisi I, dipimpin oleh
Wakil Ketua Komisi I dari F-TNI/Polri Franklin Kayhatu.
''Tim akan berangkat untuk mengumpulkan fakta mengenai apa yang sebetulnya
terjadi di sana. Semua bahan itu akan menjadi masukan untuk rapat kerja Komisi I
nanti,'' ujar Ketua Komisi I DPR Ibrahim Ambong di Jakarta, kemarin.
Pemerintah juga melakukan tindakan serupa. Dalam rapat koordinasi (rakor) bidang
Polkam kemarin, pemerintah memutuskan untuk mengirim Menko Polkam ad interim
Hari Sabarno bersama timnya ke Ambon. Dia bersama Kapolri Jenderal Da'i Bachtiar,
Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto, Kepala Badan Intelijen Nasional (BIN) AM
Hendropriyono bertolak pagi ini ke Ambon.
Mereka dijadwalkan akan bertemu dengan semua komponen masyarakat untuk
membahas penanganan kerusuhan ini. ''Keberangkatan kami ke sana baru dilakukan
sekarang karena kemarin sibuk menempatkan pasukan-pasukan bantuan sebanyak
dua batalyon,'' kata Hari di kantor Kementerian Polkam, Jakarta Pusat, kemarin.
Dia juga mengatakan semua pihak untuk menahan diri dan menyerahkan sepenuhnya
kepada aparat keamanan. ''Saya dengar di media, beberapa laskar akan disiapkan
untuk berangkat ke Ambon. Lebih baik itu jangan dilakukan karena justru akan
menimbulkan keruwetan masalah.''
Ihwal kemungkinan adanya provokasi dari pihak luar Ambon, Hari menolak untuk
memberi jawaban yang tegas. Tapi, pemerintah telah meminta institusi BIN untuk
menganalisis dan mengevaluasi berbagai kemungkinan yang ada.
''Karena sebenarnya, jika masyarakat setempat tidak mengambil tindakan main
hakim sendiri terhadap kelompok yang menamakan dirinya pendukung RMS, tentu
masalah yang tidak diinginkan tidak terjadi. Tetapi tentu kita harus melihatnya secara
lebih luas dan dalam. Kita tidak berani gegabah langsung menuduh,'' papar Hari.
Bila ternyata memang ada, Hari mengatakan, telah menjadi tugas aparat keamanan
untuk meneliti apakah ada orang-orang luar yang masuk dan apa kepentingan serta
tujuannya. Untuk kemudian, dilakukan penyelidikan untuk mengetahui apakah yang
dilakukan itu sengaja untuk memprovokasi atau tidak. ''Itu yang tengah dipelajari.''
Pemerintah, menurut Wakil Presiden Hamzah Haz, telah mengambil langkah-langkah
pengamanan. ''Pemerintah akan bertindak tegas dan menumpas segala gerakan
separatis yang menginginkan berpisah dari NKRI.'' (HJ/Nur/Tia/Ant/AFP/X-8)
Copyright © 2003 Media Indonesia. All rights reserved.
|