Suara Merdeka, Sabtu, 01 Mei 2004
NASIONAL
Ambon Mencekam, 9.000 Jiwa Ngungsi
AMBON- Gelombang pengungsi akibat konflik Ambon yang meletus 25 April lalu
kembali terjadi. Tercatat 9.000 jiwa pengungsi hingga kini telah menempati
lokasi-lokasi pengungsian.
Hal ini disampaikan Kepala Dinas Sosial Provinsi Maluku Drs Abdul Rahim Uluputty,
Jumat, di Masjid Al-Fatah Ambon. Dia menjelaskan, lokasi pengungsian yang saat ini
ditempati, antara lain Desa Passo, Desa Lateri, Desa Latta, THR Waihaong,
kompleks Lantamal Halong, Wisma Atlet Karang Panjang, dan kompleks Masjid
Al-Fatah. Namun, angka ini tidak termasuk pengungsi pascakonflik pada 19 Januari
1999.
''Untuk sementara yang kami bantu adalah mereka yang mengungsi akibat konflik 25
April lalu. Adapun pengungsi pascakonflik 19 Januari, sudah tidak kami distribusikan
bantuan,'' ujarnya. Bantuan yang akan didistribusikan adalah 350 ton beras dan sudah
didistribusikan 18 ton serta dilakukan sejak Selasa (27/4) lalu.
''Kami lakukan secara bertahap, apalagi kondisi tak menentu seperti ini. Untuk itu,
kami meminta bantuan TNI/Polri dalam pendistribusiannya,'' ungkapnya.
Terkait dengan kondisi pengungsi, mantan Kabiro Humas Setda Provinsi Maluku itu
sudah melaporkan hal tersebut kepada Dirjen Sosial di Jakarta untuk selanjutnya ada
alokasi bantuan dari Pemerintah Pusat. ''Yang pasti, hingga kini belum ada bantuan
yang turun dari Pemerintah Pusat,'' tandasnya. Sementara itu, sejumlah pengungsi
THR Waihaong dan kompleks Al-Fatah, kondisinya memprihatinkan.
Gubernur Maluku Alberth Karel Ralahalu yang dihubungi via telepon genggam berjanji
akan berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat berkaitan dengan masalah pengungsi
pascakonflik 25 April itu.
Hingga Jumat dini hari, suasana Ambon masih mencekam. Di Waringin dan Batu
Gantung, Talake terjadi pertempuran masyarakat pro-NKRI dengan kelompok gerakan
separatis Republik Maluku Selatan (RMS).
Berdasarkan data di lapangan, pertempuran menimbulkan jatuh korban dari pihak
pro-NKRI, yaitu delapan luka bakar. Para korban dilarikan ke Rumah Sakit Umum Al
Fatah.
Belum ada laporan tentang jatuhnya korban meninggal dalam pertempuran yang
terjadi mulai pukul 19.30 WIT ini. Namun rentetan tembakan dan bom molotov terus
terdengar.
Banyaknya jatuh korban sejak kerusuhan yang meletup pada Minggu (25/4) lalu
membuat rumah sakit kewalahan. Hingga kini RSU Al Fatah sudah merawat 140
korban luka-luka.
Adapun korban meninggal yang tercatat di RSU Al Fatah hingga saat ini 22 orang.
Korban di RSU Dokter Haulussy lima meninggal, di RS Bhakti Rahayu tiga orang, dan
RS GPM tiga orang, sehingga total korban 33 orang.
Sementara itu, arus pengungsi kini 9.000-an orang. Kebanyakan dari Waringin,
Talake, Kudamati, Batugantung, Jalan Baru, Pardes, Poka, dan Rumahtiga.
Pihak Ketiga
Sementara itu Sekretaris MUI Din Syamsuddin menyinyalir, ada pihak ketiga yang
kemungkinan bermain di belakang kerusuhan di Ambon. ''Jelas keberadaan pihak
ketiga ini harus segera diusut,'' ujarnya di Bandung, kemarin.
Indikasi tersebut bisa dilihat dari serangkaian aksi yang terjadi di sana. Provokasi
yang dilakukan menggunakan simbol-simbol agama, padahal kerusuhan tidak dipicu
oleh persoalan agama yang sebelumnya membuat Ambon larut dalam perpecahan.
''Pihak ketiga ini jelas mempunyai motif politik. Pastinya apa, saya tidak tahu. Akan
tetapi apakah sekadar kekacauan menjelang pemilu presiden dan wakil presiden,
jelas ini harus diusut tuntas,'' tegasnya.
Menurut pendapatnya, persoalan di Ambon kali ini murni diakibatkan oleh adanya
gerakan separatis. ''Ini pertentangan antara yang mendukung separatis dan nasionalis
yang membela NKRI.''(dwi,dtc-58j)
Copyright© 1996-2004 SUARA MERDEKA
|