SUARA PEMBARUAN DAILY, 1 Mei 2004
10.689 Warga Ambon Mengungsi
AMBON - Jumlah pengungsi di tiga kecamatan di Kota Ambon, masing-masing
Sirimau, Baguala, dan Nusaniwe, mencapai 2.317 kepala keluarga (KK) atau sekitar
10.686 jiwa..
Ketua Posko Penanganan Pengungsi, Asisten II Setda Maluku, Ir AR Soumena, di
Ambon, Jumat (30/4) menjelaskan, di Kecamatan Baguala jumlah pengungsi 395 KK
atau 2.306 jiwa, Kecamatan Nusaniwe 772 KK atau 3.755 jiwa, dan Kecamatan
Sirimau 1.150 KK atau 4.893 jiwa.
Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial Maluku Drs AR Uluputty mengatakan, para
pengungsi menempati daerah-daerah seperti Lateri, Lata, Passo, THR Waihaong, dan
sejumlah sekolah dasar.
Dikatakan, hingga kini jumlah warga yang meninggal dunia mencapai 33 orang dan
192 lainnya luka berat dan ringan.
Dikemukakan, akibat konflik, harga bahan makanan di Ambon melonjak dan minyak
tanah menjadi langka. Pihak Pertamina Ambon melakukan operasi pasar untuk
mengatasi kelangkaan minyak tanah dengan menjualnya Rp 1.000/liter.
Kepala Biro Humas Pertamina Ambon Sandra Samson mengatakan, stok minyak
tanah masih cukup untuk sementara waktu ini, sekalipun pasokannya harus lewat
laut karena situasi keamanan yang tidak menentu.
Selain minyak tanah, harga sayuran di pasar kaget ikut melonjak. Harga seikat
bayam mencapai Rp 3.000, padahal sebelumnya hanya Rp 750.
Staf PBB Ditarik
Berkaitan dengan siituasi keamanan, semua staf PBB ditarik dari Ambon. Dalam
siaran pers yang diterima Pem-baruan di Jakarta, Jumat, disebutkan, untuk
membantu masyarakat korban kekerasan di Ambon Kantor Koordinasi Urusan
Kemanusiaan PBB atau UN OCHA (United Nations Office for the Coordination of
Humanitarian Affairs) akan mengaktifkan kembali fungsi lembaga itu sebagai
koordinator badan-badan PBB dan LSM internasional. Namun, karena situasi
keamanan UN OCHA akan memulai kembali aktivitasnya di Ambon begitu situasi
keamanan memungkinkan.
"Atas pertimbangan kekerasan yang terus berlanjut dan situasi keamanan yang
belum pulih sejak 25 April UN OCHA dan badan-badan PBB yang lain telah
memindahkan staf mereka dari Ambon untuk sementara waktu," demikian siaran pers
tersebut.
Kantor UN OCHA yang berada di Kantor Koordinasi Proyek PBB di Ambon rusak
berat karena amuk massa 25 April lalu. PBB sendiri terus memantau perkembangan
di Maluku. UN OCHA juga tengah mempersiapkan bantuan kemanusiaan di Ambon
setelah situasi keamanan memungkinkan.
Sejak Juni 2002 UN OCHA beroperasi di Maluku untuk memfasilitasi koordinasi
kegiatan kemanusiaan badan-badan PBB, organisasi internasional, LSM, dan
pemerintah. Selain memantau situasi keamanan dan bantuan yang diperlukan, OCHA
juga memfasilitasi kunjungan badan-badan PBB dan para donor ke Maluku, serta
mengadvokasi aktivitas kemanusiaan. Aktivitas UN OCHA dilakukan bersama-sama
pemerintah setempat. (VL/E-9)
Last modified: 1/5/04
|