Harian Ambon Ekspres, 05-Apr-2007
Refleksi Paskah 2007 dalam Prespektif 'Orang Basudara', Paskah
Melahirkan persaudaraan semesta yang Berpengharapan
Catatan Ronny Samloy, Harian Ambon Ekspres - Ambon
BETAPA indahnya bila kita hidup rukun dan tentram dengan orang (umat) lain. Dunia
akan aman jika semua orang mau melakoni pandangan hidup seperti itu. Karenanya,
dalam konteks Maluku kontemporer, dalam konteks Maluku kontemporer, semangat
persaudaraan dalam bingkai 'Orang Basudara'dan kompleksitas persoalan sosial
kemanusiaan juga disoroti gereja dalam memaknai perayaan paskah di tahun ini. Apa
yang bisa direfleksikan dari perayaan akbar iman kristiani ini?
Maluku Hanya bisa dibangun di atasan landasan kebersamaan dan persaudaraan
sejati.Pernik-pernik indah itu, semua cita-cita menjadikan daerah ini aman, damai,
maju, bersahaja, permai dan apapun yang sejenisnya, hanya di awan-awan (utopia).
Kita memang pernah jatuh dalam kubangan kesengsaraan akibat prahara konflik
sosial berkepanjangan. Penderitaan, kemiskinan, penguburan dan pemenjaraan
hak-hak Asasi Manusia (HAM), duka nestapa dan kegaulan hidup semuanya
membaur menyelimuti hari-hari hidup orang Maluku kala itu.
Dengan kesadaran bersama, kita telah bertekad mengakhiri dendam kesumat yang
sama-sama membawa kita kepada ketidakpastian masa depan terutama untuk anak
cucu Maluku. Tak ada guna lagi kita berkelahi, apalagi angkat parang, tumbak, bom
rakitan, senjata rakitan, atau benda-benda tajam lainnya untuk menghancurkan
saudara kita sendiri. Kita harus meletakan masa depan Maluku di atas segala impian
anak cucu Negeri Seribu pulau ini.
Dan pengharapan itu harus dilandasi dalam semangat persaudaraan semesta.
Persaudaraan yang melampaui batas-batas suku, agama, ras, dan antar golongan. Ia
harus alamiah sehingga benar-benar menyentuh relun-relung hati 'Orang Basudara' di
Maluku.
Nilai-nilai yang sudah terpatri ribuan tahun silam melalui buah tangan leluhur Negeri
ini. Sejatinya, Paskah atau hari Kebangkitan Kristus Tahun 2007, mencoba mengaliri
kembali saluran nilai-nilai kemanusiaan yang dipolesi semangat cinta kasih selaku
umat Ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Tema anyar yang diusung yakni "Kebangkitan Kristus Melahirkan Persaudaraan
Semesta" Yang Berpengharapan", Ingin menegaskan kembali soal komitmen
silahturami dan semangat persaudaraan Orang Basudara di 'negeri raja-raja' ini.
Mengapa harus berpengharapan? Sebab, Pengharapan adalah pelengkap
(penyempurnaan) dari Iman dan Kasih. Iman, Pengarapan dan Kasih adalah trisula
hidup yang diajarkan Yesus Kristus kala menaburkan 'benih-benih injil', dua puluh
abad lalu.
Pengharapan mengajak kita untuk berobsesi untuk mencapai masa depan (sesuatu)
Maluku yang lebih baik dari saat ini. Tak terlepas masa depan pribadi, seperti kata
ekonom kesohor dunia, Jhon Stuart Mill. Bagi mill, kemajuan suatu Negara (daerah)
merupakan akumulasi kemajuan pribadi-pribadi (penduduk/rakyatnya).
Paskah adalah Kebangkitan. Dan oleh karena itu, Paskah harus memberi kehidupan,"
kata Pendeta DR Jhon Ruhulessin MS, Ketua Badan Pekerja Harian (BPH) kepada
penulis via ponselnya, Rabu (4/4).
Menurut Jhon, Paskah hendaknya tidak dilihat secara serimonial saja atau dalam
bentuk ibadah-ibadah di Gereja, Katedral, Balai Kerohanian atau di unit-unit
pelayanan semata. "Tapi, Paskah harus dapat menyentuh nilai-nilai kemanusiaan
praktis, misalnya menggelar seminar HIV/AIDS, membahas persoalan lingkungan
hidup, pengungsi, masalah Hak Asasi Manusia (HAM) dan persoalan lainnya,"
ucapnya.
Dengan kata lain, terangnya, Paskah merupakan ungkapan perasaan sosial
kemanusiaan. "Jadi, paskah itu memberdayakan hidup bagi kehidupan orang lain, "
ringkasnya. Kaitannya dengan kondisi kondisi Maluku paska konflik, lanjutnya,
"Paskah mengajak Gereja untuk manaruh simpati kepada persaudaraan sejati,
misalnya bagaimana membangun solidaritas sosial dengan umat lain atau bagaimana
menciptakan Maluku yang aman dan damai prespektif Orang Basudara," ulasnya.
Paskah harus mengajak umat Kristiani untuk terus membangun persaudaraan
semesta dan mau menyentuh nilai-nilai praktis kemanusiaan ditengah kompleksitas
persoalan local, nasional dan global. Masalah –masalah seperti HIV/AIDS, busung
lapar, kemiskinan, pelanggaran HAM dan lainnya harus menjadi titik perhatian Gereja
ketika merayakan Paskah tahun ini.
Sebab, Paskah dalam semangat persaudaraan yang berpengharapan me! ngajak
umat kristiani untuk melakukan tindakan-tndakan praktis sosial kemanusiaan yang
bersandar pada nilai-nilai solidaritas yang diajarkan Yesus Kristus 2000 tahun lalu.
Tanpa Paskah sia-sialah iman umat kristiani. Selanjutnya, tanpa iman, kasih dan
pengharapan, nilai-nilai kristiani akan kosong melompang.
Sama seperti Paskah, dalam konteks ini, membangun Maluku bukan dengan retorika
kosong, tapi kerja nyata dan pengabdian tulus kepada daerah ini dan sesama. (SM)
Copyright © Harian Ambon Ekspres
|