Indopos, Jumat, 30 Mar 2007
Massa Menghadang Konvoi Papernas
JAKARTA - Apel akbar Partai Persatuan Pembebasan Nasional (Papernas) kemarin
terganggu. Konvoi para pendukung partai dengan bendera merah itu di beberapa
tempat di ibu kota dihadang massa. Mereka menganggap partai yang di-launching di
Jakarta pada 22 Juli 2006 tersebut identik dengan paham komunis.
[PHOTO: TOLAK PAPERNAS: Dua polisi berusaha melerai bentrok fisik yang terjadi
saat anggota Front Pembela Islam (baju putih) berpapasan dengan anggota Rakyat
Miskin Kota, pendukung Partai Persatuan Pembebasan Nasional, di Jalan Jenderal
Sudirman, Jakarta]
Tak hanya menghadang. Sebagian massa yang mengenakan atribut putih-putih dan
berasal dari sejumlah ormas Islam itu juga merusak bus yang ditumpangi aktivis
Papernas. Yakni, saat bus mereka berada di sekitar! kawasan Dukuh Atas, Jl
Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, sekitar pukul 11.00. Akibatnya, beberapa orang
Papernas terluka.
Siang itu massa Papernas hendak menuju Hotel Shangri-La untuk mengadakan aksi
demonstrasi kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang sedang ada kegiatan
di sana. Namun, sebenarnya bukan itu tujuan utama mereka. Massa Papernas
memang punya program mengadakan apel akbar di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat,
pada pukul 15.00.
"Sejak awal kami sudah tahu ancaman mereka. Tapi, kami kira akan aman karena
kami sudah mengantongi izin dari Mabes Polri," kata Katarina Pujiastuti, pengurus
Papernas yang mengurus izin ke Mabes Polri.
Surat tanda terima pemberitahuan (STTP) yang diterima Katarina dari Mabes Polri itu
bernomor STTP/Yanmin/041/III/2007 yang ditandatangani AKBP Rachmat Slamet.
Memang bukan sekali ini saja aksi Papernas mendapat rintangan. Saat mengadakan
kongres pertama di Kaliurang, Jogja, Januari 2007, juga diwarnai tentangan dari Front
Anti Komunis Indonesia (FAKI). Lalu, Konferensi Daerah Papernas Jatim yang
diselenggarakan awal Maret lalu di Batu, Jatim, bernasib sama.
"Mereka mengidentikkan kami dengan komunis karena mengusung program
perjuangan yang kami sebut Tripanji. Menurut mereka, Tripanji adalah idiom komunis.
Padahal, bukan," kata Ketua Umum Papernas Agus "Jabo" Priyono dalam jumpa
pers di kantor Kontras (Komisi Nasional Orang Hilang dan Korban Kekerasan)
kemarin sore.
Menurut Agus, Tripanji berisi tuntutan nasionalisasi industri pertambangan,
penghapusan utang luar negeri, dan industrialisasi nasional untuk kesejahteraan
rakyat. "Asas kami juga bukan komunis, melainkan demokrasi kerakyatan,"
lanjutnya.
Senada dengan Agus, calon presiden Papernas Dita Indah Sari menantang yang
anti-Papernas untuk membuktikan kaitan antara Papernas dan komunis. "Itu hanya
makanan basi yang terus dikunyah-kunyah, lalu disemburkan saat momen tertentu,"
ujar aktivis pembela buruh itu.
Papernas adalah partai yang didirikan sejumlah organisasi dan aktivis gerakan,
termasuk PRD (Partai Rakyat Demokratik). Dita menegaskan, semua perjuangan
Papernas tak ada kaitannya dengan komunis.
"Kami bicara soal nasionalisasi (pertambangan), apa Pak Amien Rais (mantan Ketua
MPR Prof Amien Rais memang pernah menggulirkan isu yang sama) tidak? Lalu,
dengan begitu, apa Amien komunis?" ujarnya balik bertanya. Soal warna bendera
Papernas yang merah, Dita lantas membandingkannya dengan bendera milik PDI
Perjuangan yang dipimpin Megawati Soekarnoputri.
Koalisi Masyarakat Sipil yang berkumpul di kantor Kontras kemarin meminta polisi
untuk menindak tegas aksi kekerasan semacam itu. Koalisi tersebut terdiri atas
Kontras, Imparsial, LBH Jakarta, Demos, dan Kasum.
Usai menghadang massa Papernas, beberapa orang perwakilan sejumlah ormas
Islam -khususnya Front Pembela Islam (FPI) dan Forum Betawi Rempug (FBR)-
mendatangi Gedung DPR Senayan. Sekita! r 15 orang perwakilan mereka diterima
Ketua DPR Agung Laksono yang didampingi dua anggotanya.
"Perjuangan kami adalah menolak keberadaan kaum komunis di Indonesia," kata
Sekjen FPI Habib Faiz Al-Athos. (naz/aku)
©Copyright 2006, Indo Pos Online colo'CBN. |