The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

KOMPAS


KOMPAS, Selasa, 20 Maret 2007

Terapung di Laut
Mereka Diselamatkan Kebesaran Tuhan

Agung Setyahadi

Selama 15 hari terombang-ambing di lautan lepas, rombongan Kepala Dinas Kesehatan Maluku Tenggara Barat dr Juliana LL Carolus (49) mengalami berbagai kejadian luar biasa yang jauh di luar logika. Mereka sempat digoda oleh harapan-harapan semu yang hampir menjebak dalam keputusasaan.

Selama berada di tengah lautan, Juliana Carolus beserta lima stafnya, Nel Tulalean, Maikel Jilfufin, Dani Ariesan, Adebu Rahanluan, dan Sami Jabar, tak putus-putusnya berdoa. Namun, Tuhan menguji mereka terlebih dahulu.

Ujian pertama datang pada 1 Maret pukul 15.00 WIT saat mereka berada di Tanjung Neraka, perairan yang terkenal ganas karena berbatasan dengan laut lepas. Cuaca cerah tiba-tiba berubah gelap, angin bertiup kencang, dan air laut pun bergolak. Kapal diombang-ambingkan gelombang besar.

Mereka berteriak-teriak ketakutan sambil terus berdoa memohon diselamatkan Tuhan. Mereka kemudian "dikeluarkan" dari badai dan cuaca pun kembali cerah.

Ujian pertama itu menyisakan trauma sekaligus menguatkan mereka saat menghadapi cobaan berikut. Malam harinya mereka dihantam gelombang besar lagi. Doa terus dipanjatkan. Selama dua hari terapung itu, mereka dihantam tiga kali badai. Cuaca tenang selama dua hari, tetapi mereka dihantam badai lagi hingga sekitar 10 kali.

"Setelah penyelamatan yang pertama, kami dikuatkan. Mukjizat Tuhan, setiap ada gelombang besar, ombak pecah di depan kami dan jadi ombak kecil-kecil," kata Juliana Carolus.

Dalam perjalanan itu, mereka makan makanan pendamping (MP) ASI yang akan diberikan kepada anak-anak penderita busung lapar di Kecamatan Kormomolin, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Maluku. Mereka memperoleh air tawar dari hujan yang turun bersama badai. Air ditampung di atap kapal cepat (speedboat) dan dimasukkan ke dalam plastik-plastik pembungkus MP ASI.

Keenam orang itu tidur berdesakan di dalam dek speedboat yang sempit. Buang air pun terpaksa mereka lakukan di dalam speedboat. Kapal kecil itu menjadi rumah mereka di tengah Laut Arafuru. Kalau hujan, mereka tetap basah. Bila cuaca cerah, mereka menjemur salah satu di antara dua baju yang dibawa di atap speedboat.

Di tengah pengharapan dan ketidakpastian itu, mereka merasa terhibur oleh dua ikan yang menyertai mereka selama terapung di laut. Setiap kali laut tenang, dua ikan itu selalu tampak di sisi speedboat. Dokter Juliana Carolus sendiri tak tahu jenis ikan yang terus mengikuti ke mana pun speedboat bergerak. Rombongan yang dipermainkan ombak itu berbagi makanan dengan sepasang ikan itu. Remah-remah MP ASI ditaburkan ke laut untuk dua teman setia mereka itu.

Setelah berhasil melalui ujian-ujian alam, mereka diuji dengan harapan-harapan. Di kejauhan mereka melihat kapal nelayan. Harapan selamat bangkit kembali dan mereka berteriak-teriak meminta tolong. Namun, harapan berubah menjadi kehampaan saat kapal itu tidak jadi mendekat.

Cobaan itu datang hingga enam kali, bahkan speedboat mereka berada sangat dekat dengan kapal kontainer. Namun, tak ada yang mendengar teriakan mereka.

"Sering anak-anak ini mengeluh karena tiba-tiba kapal nelayan tak jadi menolong. Saya bilang enggak boleh begitu, Tuhan tidak akan menolong. Itu adalah cobaan," ujar Juliana Carolus.

Dalam kungkungan ketidakpastian itu, mereka mengucapkan nazar. Bila selamat, ada yang ingin mengabdikan diri untuk melayani masyarakat di Maluku Tenggara Barat, ada pula yang hendak membantu gereja.

"Kalau Tuhan memakai kami untuk melayani di sana, tolong selamatkan. Apa pun yang terjadi, kami akan kembali untuk melayani masyarakat Maluku Tenggara Barat," ujar dr Juliana Carolus yang bertugas di daerah itu sejak tahun 2005.

Doa mereka baru terjawab setelah 15 hari di lautan. Pertolongan datang dari kapal nelayan Putra Tunggal yang dinakhodai Samsudin. Pertolongan datang di ujung waktu karena jika terlambat sehari lagi, mereka akan melewati perbatasan Papua Niugini, dan kemungkinan selamat sangatlah tipis.

"Saat itu kami sudah tidak punya air. Kalau tidak ada yang menolong, kami pasti mati satu per satu. Saat katong susah, Tuhan kasih bantuan kepada katong untuk pulang," kata Dani Ariesan di Bandara Pattimura, Ambon, Sabtu (17/3).

Keselamatan enam orang yang selama 15 hari hilang di laut lepas itu disyukuri oleh mereka dan keluarganya. Mereka tetap akan menjalankan tugas di Dinas Kesehatan Maluku Tenggara Barat. Nel Tulalean dengan mantap menyatakan akan tetap menjalankan tugasnya mengabdi bagi masyarakat. "Saya akan tetap melayani sampai profesi selesai," katanya.

Juliana Carolus pun mensyukuri keselamatannya dengan kembali menjalankan tugasnya di daerah itu. Ia akan melayani masyarakat Maluku Tenggara Barat yang masih dilanda busung lapar dan minim layanan kesehatan. Tuhan menyelamatkan mereka untuk menerangi rakyat yang jauh di tenggara Kepulauan Maluku itu....

Copyright © 2002 Harian KOMPAS
 


Copyright © 1999-2002 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/rumah3poka
Send your comments to alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044