KOMPAS, Selasa, 20 Maret 2007
Kemanusiaan
Korban Bom Kesulitan Biaya Pengobatan
Ambon, Kompas - Anton Hatalabessy (22), salah seorang korban peledakan bom di
Pelabuhan Yos Sudarso Ambon pada 3 Maret masih terbaring di rumah sakit. Luka di
kaki kanannya belum kering. Namun, pengobatan Anton tersendat karena dia tidak
mampu membeli obat-obatan.
"Setiap dua hari saya harus membeli obat untuk disuntikkan ke luka Anton supaya
cepat kering. Obat itu harus dibeli di luar rumah sakit. Sekali menebus resep,
biayanya sekitar Rp 500.000. Saat ini saya sudah mengeluarkan uang sekitar Rp 2,6
juta, itu pun berutang dari tetangga dan saudara," kata Yuliana, ibunda Anton, di
RSUD Haulussy Ambon, Senin (19/3).
Apabila obat tidak terbeli karena tak ada uang, pengobatan berhenti. Yuliana
hanyalah seorang penjual sayur.
"Sudah dua hari ini saya tidak disuntik karena ibu tak punya uang untuk membeli
obat. Keterlambatan seperti ini sudah beberapa kali terjadi," kata Anton.
"Biaya pengobatan korban ledakan bom kami tanggung semua," kata Said Assagaff,
Sekretaris Daerah Maluku, kepada sejumlah wartawan, sehari setelah peristiwa.
Namun, sejak dirawat di RSUD Haulussy, 4 Maret, Anton belum mendapat bantuan
biaya pengobatan.
Yuliana menuturkan, ia sudah menghadap Gubernur Maluku untuk minta bantuan
biaya pengobatan. "Saya disuruh ke dinas kesehatan dan kuitansi pembelian obat
sudah saya serahkan hari Selasa lalu. Besarnya sekitar Rp 2,6 juta. Sampai saat ini
belum ada penggantian," katanya. (ANG)
Copyright © 2002 Harian KOMPAS
|