KOMPAS, Selasa, 27 Maret 2007
Densus Tangkap Choirul
Petugas Menyita Detonator dan Bahan Peledak
SURABAYA, KOMPAS - Tim Detasemen Khusus 88 Polri menangkap Achmad
Sahrul Umam alias Choirul (24), Senin (26/3) pagi, di Surabaya. Selain itu, petugas
juga menyita bahan-bahan berbahaya, antara lain 20 detonator, 13 kilogram natrium
klorat, dan 12,5 kilogram TNT yang dibungkus dalam empat kardus.
Penyergapan dan penyitaan bahan-bahan bom berlangsung sekitar pukul 07.00 di
rumah Choirul, Jalan Simo Gunung Baru Jaya III No 74, Surabaya. Rumah itu berada
di permukiman padat.
Menurut Kepala Polres Surabaya Selatan Ajun Komisaris Besar Hery Dahana,
penangkapan ini merupakan rangkaian pembongkaran jaringan terorisme yang dimulai
di Jawa Tengah.
Dalam operasi itu, Densus 88 dibantu jajaran Polres Surabaya Selatan. Seusai
penggerebekan, rumah berukuran sekitar 3 x 12 meter itu langsung ditutup. Choirul
tinggal bersama kedua orangtua dan dua adiknya. Sehari-hari dia bekerja di pabrik
helm.
Di Jakarta, Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Sisno Adiwinoto membenarkan
penggerebekan di Surabaya itu. Ia mengungkapkan, Choirul alias Sahrul diduga
adalah teman tersangka Holis, orang yang kerap mengirim bahan peledak ke Poso.
Kepala Polri Jenderal (Pol) Sutanto saat ditanya soal adanya indikasi perubahan
susunan dalam organisasi Jemaah Islamiyah (JI) mengatakan, hingga kini polisi
masih meneliti soal itu. "Hasilnya akan kami sampaikan. Tapi, tentu ini kan bahan
untuk penyidikan, tidak mungkin kami sampaikan segera, mohon sabar," kata
Sutanto seusai peresmian Laboratorium DNA Polri dan Sekretariat Disaster Victims
Identification (DVI).
Dokter Rudi menghilang
Sementara itu, dokter Rudi Satriawan (35), warga RT 2 RW 12 Kampung Ngronggah,
Sanggrahan, Grogol, Sukoharjo, Jateng, menghilang sejak Jumat (23/3). Dokter
Wahyu Nur Ambarwati, istri Rudi, terakhir bertemu suaminya pada Kamis malam
sekitar pukul 21.00 sebelum berangkat tugas jaga di RS Kustati, Pasar Kliwon, Solo.
Ambarwati, yang sudah tak bisa menghubungi telepon seluler suaminya sejak Jumat
sore, mengecek ke RS Dr Moewardi, Solo, tempat Rudi praktik Program Pendidikan
Dokter Spesialis Paru yang diambilnya di Universitas Sebelas Maret. Dia hanya
menemukan motor, helm, jas dokter, dan tas suaminya yang masih ada di tempat
parkir dan tidak ada barang yang hilang.
Menurut Ambarwati, yang mendapat kabar dari perempuan penjaga sepatu dan
penjual makanan di dekat Masjid RS Dr Moewardi, Rudi terakhir terlihat meninggalkan
masjid seusai salat Jumat dengan diapit satu atau dua orang.
Setelah menghubungi berbagai pihak, teman, keluarga, serta pihak rumah sakit,
tetapi tak menemukan tanda-tanda keberadaan Rudi, akhirnya Ambarwati melapor ke
Poltabes Surakarta, Sabtu siang. Ambarwati khawatir Rudi ditangkap tim Densus 88,
atau diculik oleh kelompok tertentu. Namun, polisi menegaskan, kalau ditangkap,
pasti ada pemberitahuan dalam 1 x 24 jam.
Kepala Kepolisian Wilayah Surakarta Komisaris Besar Yotje Mende yang
dikonfirmasi kemarin menyatakan, hingga kini dia belum mendapat laporan tentang
hilangnya dr Rudi.
Di Semarang, istri Ahmad Munajib, Ani Dwi Dayanti, membantah dirinya melarikan
diri seusai tertembaknya Munajib, pekan lalu. Melalui pengacaranya, Anies Prijo, Ani
juga menampik dugaan dirinya membawa lari senjata M-16 milik suaminya.
Gunung Kidul
Informasi yang diperoleh Kompas menyebutkan, tim Densus 88 juga memburu
sejumlah tersangka teroris di Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Namun,
hingga pukul 21.40 tadi malam jajaran kepolisian setempat mengaku belum tahu.
"Densus biasanya bekerja diam-diam," tutur Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres
Gunung Kidul Ajun Komisaris Hari Triyana. (AB8/SF/ EKI/SON/HAN/wer)
Copyright © 2002 Harian KOMPAS
|