The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

KOMPAS


KOMPAS, Selasa, 27 Maret 2007

Pukat Harimau di Laut Arafuru

Denpasar, Kompas - Kapal-kapal trawl (pukat harimau) yang beroperasi di Laut Arafuru, Maluku, sangat meresahkan nelayan dengan kapal kayu dan nelayan tradisional. Para pemilik kapal kayu di Benoa, Denpasar, Bali, meminta pemerintah menertibkan kapal pukat harimau. Alasannya, kehadiran kapal trawl menjadi pemicu konflik bahkan bentrokan di tengah laut antara nelayan dan awak pukat.

"Beberapa kali kapal kami sengaja ditabrak saat memancing cumi. Sekali tebar pukat, mereka sikat habis cumi yang sudah berada di sekitar kapal kami. Beberapa kali kami melihat ada kapal patroli aparat, tetapi mereka tak melakukan apa-apa," kata Kasdi Taman, Ketua III DPP Asosiasi Tuna Longline Indonesia (ATLI), yang juga Presiden Direktur Bandar Nelayan Group, Senin (26/3), di Denpasar.

Menurut catatan Kompas, Laut Arafuru memiliki potensi produksi lestari lebih kurang 770.000 ton ikan per tahun. Kini di perairan itu beroperasi 776 kapal berbendera Indonesia dan 592 kapal berbendera asing dengan total produksi lebih dari 990.000 ton ikan. Sementara itu, kapal ikan ilegal yang beroperasi di perairan yang sama diperkirakan mencapai 700 unit.

Sejak awal tahun ini, menurut Taman, sudah lebih dari 20 kali peristiwa saling senggol kapal trawl terhadap kapal kayu. Kasus terakhir terjadi saat hari raya Nyepi, pekan lalu.

Sekretaris Jenderal DPP ATLI Dwi Agus Siswa Putra mengungkapkan, Februari lalu pihaknya telah melaporkan hal itu langsung ke Kantor Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) di Jakarta. Namun, hingga kini belum ada tanggapan. "Pihak DKP berjanji meminta keterangan pemilik kapal atau si pelapor, tetapi belum juga dilakukan," kata Dwi Agus.

Taman juga mengungkapkan, sekitar 1.200 dari total 1.500 kapal penangkap tuna di Tanah Air diperkirakan bangkrut sejak kenaikan harga solar untuk industri tahun 2005. Kerugian para pemilik kapal berlipat karena harga jual kapal mereka anjlok di pasaran, dari Rp 1 miliar sampai Rp 2 miliar menjadi Rp 200 juta sampai Rp 300 juta saja. (BEN)

Copyright © 2002 Harian KOMPAS
 


Copyright © 1999-2002 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/rumah3poka
Send your comments to alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044