Masariku Network, 24 Maret 2007
Sinanu =/= Si'naunau
Oleh: Siake Manue
Conservation is a state of harmony between men and land. By land is meant all of the
things on, over, or in the earth. Harmony with land is like harmony with a friend; you
cannot cherish his right hand and chop off his left. That is to say, you cannot love
game and hate predators; you cannot conserve the waters and waste the ranges; you
cannot build the forest and mine the farm (Aldo Leopold 1887-1948). Kalo beta bisa
tamba sadikit maka beta akan bilang "Ale seng bisa biking rumah satu kintal pono di
bukit Lateri, sambil korbankan konservasi mange-mange made in Sinanu di kaki meti.
Su tantu Minggus Sinanu bukanlah Si'nau-nau, kalao paitua seng bisa browsing Aldo
Leopold pung kalimat-kalimat bijak di atas. Di kabong mange-mange Sinanu seng ada
computer par browsing internet. Biasanya di kabong mange-mange Sinanu, cuma ada
walang kacil tampa dia deng ana bini hidop. Tapi beta barane sumpah balumpa, kalau
walang itu su jadi saksi barapa banyak orang-orang pintar dari Unpati bembeng
computer par cartau isi kabong mange-mange sapanggal, yang Sinanu piara dan jaga
akang. Kong itu dong barane topu dada, par bilang kabong mange-mange itu
laboratorium alam Unpati. Deng kata laeng konservasi mange-mange disana bukan
saja "the state of harmony between men and land but indeed the state of harmony
between mange-mange and Unpati". Tagal itu beta jadi senu sondor sono, dengar
hogor bahwa Fakultas Perikanan dan Lemlit Unpati menolak permintaan hakim untuk
menyajikan data-data pendukung dalam kasus mange-mange Sinanu, dengan alasan
"seng ada ahli dan seng ada dana". Kalakuang parsis Samandar lupa mange-mange,
ketika su garser dan tukar kulit jadi kaluyu.
Ini memang bukan beta pung bab par bicara tekhnis konservasi dan penanggulangan
kerusakan lingkungan, sebab beta seng makang iskolah di bagian itu. Beta iko taroso
par bicara tagal beta inga oras beta pung masa anana, suka pi lobe samandar ekor
kuning, Salmaneti deng Bolana di dalang mange-mange di negri beta. Meski kaki isi
tacungkel tuer mange-mange, tapi bisa pulang bembeng samandar satu-dua cucuk.
Su tantu bukan cuma beta, tapi anana batambong jua pung pengalaman serupa.
"Hidop semisal anana mange-mange" yang garser iko panjang garis pantai tanah
Maluku. Tagal itu Sinanu rasa pica dada, oras hener tanah merah turun dari punggung
bukit Lateri. Merampas bukan saja kabong mange-mange yang dirawatnya, tetapi
juga merampas hati, merampas hidupnya. Su tantu beta lalu bisa mangarti dengar
carita dia tolak tawaran kepeng 1 milyar atau dapat rumah baru di kintal MMG di bukit
Lateri, asal barenti gugat pengrusakan kabong mange-mange. Sinanu bukan
Si'naunau untuk tindakan penolakannya. Dia tahu persis bahwa kepeng 1 milyar seng
bisa bayar pengabdian hidupnya terhadap kabong mange-mange. Dia yakin persis
bahwa menerima rumah baru di punggung bukit lateri hanya mematikan kreatifitas
konservasinya, dan sekaligus memutuskan tali nafas harmoni antara mange-mange,
Samandar, dan hidupnya bersama keluarga. Sebuah peribahasa Cina bilang "Give a
man fish and you have fed him for today. Teach a man how to fish and you fed him for
the rest of his life". Sinanu ambil kaputusan tolak yang kamuka dan pilih kalimat di
blakang. Belajar untuk menangkap ikan, yang menggaransi kahidopannya untuk
jangka panjang. Mempertahankan kelestarian kabong mange-mange adalah cara
Sinanu game-game ikan untuk ditangkap. Bentuk kearifan lokal masyarakat pesisir,
yang bahkan dalam sejarah banyak negeri ditentukan hukumnya lewat penetapan
kawasan sasi laut atau sasi mange-mange.
Kasus mange-mange van Sinanu merupakan ironi dari pembangunan yang seng pung
perspektif lingkungan. Di belakangnya ada kelompok orang naunau, yang kasih kaluar
rekomendasi UPL-UKL sondor mangarti bahwa "If the land mechanism as a whole is
good, then every part is good", artinya kalau seng mau hener di labuang, jang cungkel
baner takaruang. Mestinya Bapedalda Maluku (yang kasih kaluar rekomendasi
pemanfaatan dan kelola lingkungan) mempertimbangkan, bahwa dengan derajat
kemiringan lahan, ditambah kurang lebih empat buah daerah aliran sungai dari
punggung bukit Lateri, serta jarak pemukiman di kaki bukit, maka dokumen Amdal su
harus dibikin. Bukan cuma sebatas UPL-UKL saja. Yako Tjot bilang "tamang'e, la'
bagemana dong mau pikir Amdal, kalo isi kapala cuma ampadal". Makanya seng
heran kalau untuk UPL dan UKL saja monitoringnya kemudian seng dilakukan. Tacigi
hener baru hogor PT Modern seng kerja iko ketentuan rekomendasi UPL-UKL.
Di pengadilan, laste-laste Sinanu kalah. Hakim kasih untung pihak PT Modern yang
biking hener tanah merah dari atas bukit Lateri, tutup kabong mange-mange di ujung
Teluk Dalam Negri Passo. Seluruh bukti yang dibembeng pengacara Sinanu ditambah
pendapat saksi ahli, seng bisa teheng pledoi pengacara PT Modern. Kekalahan
Sinanu parsis jarangko, yang ganggu tidur setiap pencinta lingkungan dan penggiat
konservasi. Meski bagitu beta musti angkat capeu par anana pung kerja advokasi.
Cuma saja kalau beta bisa kasi sadiki bicara, maka beta mau bilang bahwa advokasi
Sinanu sedikit lemah pada aspek penggalangan masyarakat (CO). Mestinya bukan
cuma Sinanu yang jadi ujung tombak dari proses advokasi. Deng kata laeng
masyarakat Negri Passo dan Lateri musti juga digalang untuk angka suara deng
pasang dada. Hal mana pernah dibiking untuk kasus tambang di Haruku taong 1995.
Satu hal yang seng boleh pernah lupa, bahwa di negri ini figurisasi berlebihan bisa
berdampak pada melemahnya solidaritas kolektif.
Sinanu memang bukang Si'naunau kalau akhirnya dia kalah di pengadilan. Sinanu
bukang Si'naunau, karna dia inga pepatah orang tatua "meski kalah harta tapi jang
kalah hidop". Dan untuk sebuah kahidopan Sinanu tetap manekad badiri kibas daong
mange-mange di ujung teluk Negri Passo, deng badang tarandang hener tanah
merah. Jang toro tamang, karna ale seng pernah kalah!
"While our survival depends on the use of other species, we need not and should not
use them cruelly or wastefully" (IUCN).
MASARIKU NETWORK
|