Radio Nederland Wereldomroep, 23-05-2007
Otonomi Daerah dan Pemekaran
Ancaman Kekerasan di Maluku Tenggara
Kota Tual di Maluku Tenggara akan dipecah menjadi dua, sesuai dengan rencana
pemekaran. Banyak kalangan khawatir pemekaran ini akan mengakibatkan konflik
yang tidak kecil di Maluku, karena ada pihak yang merasa dirugikan. International
Crisis Group ICG juga mengkhawatirkan konflik itu, seperti berikut dituturkan oleh
Sidney Jones, direktur proyek Asia Tenggara ICG di Jakarta kepada Radio Nederland
Wereldomroep.
Sakit hati
Sidney Jones [SJ]: 'Saya mau menggarisbawahi bahwa itu ancaman saja. Jadi tidak
pasti bahwa akan ada konflik yang muncul. Tapi memang ada banyak orang yang
sakit hati dengan rencana untuk membagi Malra (Maluku Tenggara) menjadi dua
dengan pemekaran kota Tual.
Nah, sebetulnya, intinya adalah perebutan kekuasaan antara dua kelompok di Tual
dan nanti bisa saja muncul semacam konflik terhadap tanah, misalnya tentang
perbatasan kedua kabupaten, dan juga tentang pemilihan ibukota Malra.
Tetapi masalahnya dengan pemekaran apa saja, di Maluku atau di Sulawesi tengah,
adalah bahwa mau tidak mau, unsur agama muncul di dalam perdebatan dan
pertengkaran yang bisa muncul. Walaupun sampai saat ini perebutan kekuasaan di
Malra tidak ada hubungan apapun dengan agama.'
Unsur agama
Radio Nederland Wereldomroep [RNW]: 'Sebenarnya secara kongkritnya bagaimana?
Kalau misalnya terjadi pemekaran di Maluku Tenggara, tampaknya ada kalangan
yang menjadi minoritas.'
SJ: 'Ini yang menarik. Walaupun semua orang bilang bahwa apa yang terjadi di Malra
tidak ada kaitan dengan agama, ada orang non-Muslim yang bilang, tapi kalau Tual
lepas dari Malra, Tual akan jadi mayoritas Islam. Ada yang bilang, kalau Malra
dibiarkan dengan perbatasan dulu, Katolik akan jadi mayoritas.
Kalau misalnya ada opsi kedua dengan batasan yang menjadikan Malra terdiri dari
Kei Kecil dan Kei Besar, akan ada semacam perebutan kekuasaan antara apakah
ibukota akan berada di Elat, di Kei Besar yang mayoritas Islam (Elatnya mayoritas
Islam, walaupun Kei Besar secara keseluruhan mayoritas Kristen); atau Langgor di
Kei Kecil yang mayoritas Katolik.
Jadi walaupun sama sekali pro dan kontra pemekaran tidak dibentuk karena agama,
ada kalkulasi agama yang muncul, sampai banyak orang rupaya khawatir, bahwa
justru semacam sengketa agama atau sengketa yang bernuansa sara, bisa muncul
kalau pemekaran terjadi.
[Wawancara dengan Sidney Jones. WMA atau MP3]
Dan yang ingin kami sampaikan kepada pejabat-pejabat tentu saja konflik akan
terjadi. Hanya bahwa mereka harus tahu bahwa ada ketegangan di Malra karena soal
pemekaran. Ada kemungkinan bahwa ketegangan itu bisa jadi lebih kuat, dan
daripada konflik meledak lebih baik kalau semua sudah siap untuk menangani dan
meredamkan ketegangan tersebut.'
RNW: 'Kalau begitu bisakan pemerintah mencabut pemekaran yang menimbulkan
konflik?'
Untuk mengetahui jawaban Sidney Jones selengkapnya silahkan mendengarkan
wawancara melalui WMA dan MP3.
© Hak cipta Radio Nederland 2007 Disclaimer
|