Radio Baku Bae, 12-Apr-2007
Tifa Totobuang, Musik Khas Maluku yang Makin Langka
Julaila Papilaya, Radio Baku Bae - Ambon
MUSIK adalah bahasa universal yang menjadi kebutuhan setiap orang. Di belahan
dunia mana pun, orang pasti menyukai musik, walaupun dengan warna yang
berbeda-beda, sebagai ciri indentitas mereka.
Di Maluku kita mengenal berbagai jenis musik tradisional. Seperti musik Hawaian,
Sawat dan Tifa Totobuang. Masing-masing memiliki perangkat musik khas dan unik.
Dari perangkat-perangkat tersebut dapat diketahui musik asli Maluku atau musik
yang merupakan perpaduan antara budaya asli maluku dan budaya dari luar.
Musik Hawaian misalnya, adalah aliran musik campuran Maluku dan kawasan
Pasifik. Sesuai dengan kemiripan namanya, musik ini memiliki warna yang sama
dengan musik Hawai, kerena dibawa pada masa penjajahan bangsa Eropa.
Sedangkan musik Sawat adalah perpaduan dari budaya Maluku dan budaya Timur
Tengah. Pada beberapa abad silam, bangsa Arab datang untuk menyebarkan agama
Islam di Maluku, kemudian terjadilah campuran budaya termasuk dalam hal musik.
Terbukti pada beberapa alat musik Sawat, seperti rebana dan seruling, yang
mencirikan alat musik gurun pasir.
Berbeda dengan musik Hawaian dan Sawat. Tifa Totobuang adalah musik asli yang
sama sekali tidak dipengaruhi budaya luar. Musik ini merupakan musik khas warga
yang tinggal di wilayah mayoritas Kristen. Dalam beberapa pertunjukan musik ini
biasanya disandingkan dengan musik Sawat, yang sebaliknya hanya dapat
dimainkan oleh orang-orang yang tinggal di wilayah mayoritas Muslim.
Masing-masing alat musik dari Tifa Totobuang memiliki fungsi yang bereda-beda dan
saling mendukung satu sama lain hingga melahirkan warna musik yang sangat khas.
Namun musik ini didominasi oleh alat musik Tifa. Terdiri dari Tifa yaitu, Tifa Jekir, Tifa
Dasar, Tifa Potong, Tifa Jekir Potong dan Tifa Bas, ditambah sebuah Gong berukuran
besar dan Toto Buang, yang merupakan serangkaian gong-gong kecil yang di taruh
pada sebuah meja, dengan beberapa lubang sebagai penyanggah.
Sayangnya musik nan indah ini, sekarang sangat jarang dapat kita nikmati. Bahkan
dapat dikatakan langka. Musik ini hanya dipertunjukan pada event-event tertentu.
Misalnya acara penyambutan tamu khusus, pertunjukan kesenian daerah Maluku di
luar daerah atau luar negeri serta pada acara-acara adat. Pemainnya pun umumnya
merupakan pemain yang diajarkan secara turun-temurun oleh orang tua mereka.
Saat ini hanya ada beberapa buah sanggar Tifa Totobuang yang masih aktif. Masalah
ini seharusnya mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Karena jika tidak
disikapi dengan baik, mungkin saja musik ini akan punah. Sepatutnya, event-event
yang menampilkan permainan musik Tifa Totobuang, entah itu eksebisi, festival atau
konser, semakin digalakan. Dengan begitu, musik ini memiliki nafas panjang, seiring
perkembangan daerah ini ke depan. (rbb)
Copyright © 2007 RadioBakuBae.com. All right reserved.
|