The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

Radio Baku Bae


Radio Baku Bae, 28-Apr-2007

Nasi Kelapa, Jajan Kuliner yang Menggoyang Lidah

Embong & Julaila Papilaya, Radio Baku Bae - Ambon

DESA Batumerah Ambon selain di kenal sebagai tempat penghasil souvenir dari kerang mutiara, juga dikenal sebagai salah satu gudangnya jajan kuliner khas Maluku, yang mampu menggoyang lidah.

Setiap sore, sejumlah kios yang berjejer di dekat jembatan yang menghubungkan kawasan Mardika dan Batumerah itu, menjajakan aneka jenis kue. Selain konsumen yang berasal dari daerah sekitar, banyak pembeli yang juga datang dari luar kota menggunakan sepeda motor maupun mobil. Jadi tak jarang ruas jalan di lokasi tersebut terkena macet.

Kondisi kemacetan terparah biasanya terjadi saat bulan Ramadhan. Ketika kaum Muslim di kota ini mencari makanan untuk buka puasa. Sebab konsumen datang dalam jumlah besar dan dalam waktu hampir bersamaan.

Jajanan yang dijual, mulai dari makanan ringan semisal pisang goreng, lemper, sampai asida, pulut siram dan nasi kelapa. Namun dibanding dengan jajanan lainnya, nasi kelapa lah yang menjadi makanan favorite di Desa Batumerah ini.

Di Batumerah tidak hanya ada satu pedagang Nasi Kelapa. Hampir setiap sudut dalam desa ini, ada pedagang Nasi Kelapa. Tidak heran, desa ini juga diidentikan dengan makanan tersebut. Namun warung Nasi kelapa yang paling populer adalah warung milik Ibu Nur Masawoi. Dibantu beberapa kerabatnya Ibu Nur melayani para pengunjung dengan ramah.

Bagi mereka yang menggemari nasi Uduk khas Jakarta itu, tentu lidahnya juga akrab dengan Nasi Kelapa khas Batumerah ini. Sebab sepintas kedua makanan ini nyaris sama. Namun begitu dinikmati, kita akan temukan perbedaan pada cita rasanya. Keduanya memang menggunakan adonan santan, tapi bumbu racikannya beda. Nasi Uduk dibuat menggunakan bumbu sereh, daun salam, daun jeruk, daun garam secukupnya. Sedangkan nasi kelapa hanya menggunakan bumbu daun pandan dan daun jeruk.

Ketika disajikan, Nasi Uduk ditaburi bawang goreng. Temannya bisa tempe dan tahu goring, empal daging sampai udang atau ayam goring, dengan ditemani sambal kacang. Sementara Nasi Kelapa dimakan dengan terasi kelapa (dibuat dari kelapa parut dicampur cabe dan bawang merah serta perasan jeruk limau), ikan asin, dan perkedel udang. Tapi yang lebih nikmat, jika dimakan bertemankan colo-colo dan ikan bakar. Ikannya boleh ikan apa saja, namun biasanya yang paling cocok adalah ikan Kawalinya atau ikan Lema. Keduanya adalah ikan khas laut Maluku, yang sejenis dengan ikan kembung.

Kalo colo-colo sendiri merupakan salah satu makanan khas Maluku yang dibuat dari perasan jeruk, irisan bawang, irisan tomat, cabe rawit, daun kemangi, serta gula dan garam secukupnya.

Dalam semalam, warung Ibu Nur yang berlokasi dibelokan Tugu Siliwangi Batu Merah ini, melayani pengunjung sampai puluhan orang. Ada yang datang sendirian. Ada juga yang datang bersama keluarga atau pasangan. Nasi Kelapa dapat disantap di tempat tersebut, sambil menikmati ramainya arus lalu lintas pada malam hari. Bagi yang kurang suka makan di tempat ramai, makanan ini dapat dibungkus dan dijamin tidak akan mengurangi rasanya yang gurih dan lezat.

Warung Ibu Nur yang buka sejak tahun 2000 ini, dengan omset perharinya antara Rp.900.000 sampai Rp.1 juta. Harga seposi nasi uduk mulai dari Rp.3.500 sampai Rp.5.000, tergantung permintaan pembeli. Dengan harga itu, Anda bisa mendapatkan sebungkus Nasi Kelapa dengan lauk terasi kelapa, potongan ikan asin atau ikan saus lainnya. Bisa juga bertemankan telur asin. Namun dengan harga itu, Anda tidak mendapatkan ikan bakar. Harganya berkisar antara Rp.10.000 sampai Rp.15.000 jika menggunakan ikan bakar sesuai pilihan Anda. Ikannya sendiri baru akan dibakar, setelah Anda memilih ikan yang sesuai selera Anda.

Warungnya Ibu NUr sendiri, mulai buka sejak pukul 06.00. Waktu tutupnya tidak tentu, karena kadang lebih cepat, atau kadang agak molor. Tegantung banyaknya pembeli yang datang.

Sekali waktu, saat penulis berniat makan di situ, ternyata warungnya sudah tutup. Padahal jarum jam baru menunjukkan pukul 20.00 WIT. Di lain waktu, ketika datang dengan perasaan cemas, karena takut warungnya sudah tutup, ternyata masih bisa mendapatkan sepuluh porsi lagi. Sementara jarum jam menunjukkan pukul 21.00 WIT.

Pemilik warung yang selalu tersenyum kepada pembeli yang datang, mengaku sudah lama berniat membuka usahanya lebih besar lagi. Namun sampai saat ini dia belum mendapatkan lokasi baru yang pas. Hujan perlahan mulai turun, ketika seekor ikan baker menemani nasi uduk yang saya santap malam itu. Mhhmm enak betul. Anda perlu mencobanya sekali waktu. (rbb)

Copyright © 2007 RadioBakuBae.com. All right reserved.
 


Copyright © 1999-2002 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/rumah3poka
Send your comments to alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044