Radio Baku Bae, 17-Apr-2007
Dinas Sosial Maluku Dituding Bohongi Pengungsi
Dian N. Pesiwarissa, Radio Baku Bae - Ambon
SESUAI janji dan tekad untuk terus memperjuangkan hak pengungsi, yaitu bantuan
Bahan Bangun Rumah (BBR) yang belum diperoleh para pengungsi sejak tahun 2003
lalu, beberapa pengungsi asal kampung Wailawa II Desa Laha, Selasa (17/4), kembali
mendatangi Kantor Walikota Ambon. Ini merupakan kali ketiga mereka menyambangi
kantor tersebut sejak 12 April lalu. Maksud kedatangan mereka adalah
menyampaikan keluhan mereka sebagai warga kota dan meminta Walikota Ambon
Jopy Papilaya membantu mereka mengurus Dana BBR yang sampai sekarang tak
kunjung didapat.
Namun setelah satu jam menunggu di depan ruang kerja Walikota, lagi-lagi pil pahit
harus ditelan para pengungsi tersebut. Karena jawaban yang sama mereka peroleh
dari beberapa pegawai Pemerintah Kota Ambon, bahwa data pengungsi belum
diturunkan dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Maluku ke Pemerintah Kota (Pemkot)
Ambon. Sedangkan Walikota yang mereka harapkan dapat membantu, ternyata tidak
mempunyai waktu untuk mendengarkan keluhan mereka. "Mungkin Bapak punya
urusan lain yang lebih penting, daripada mengurus kami pengungsi yang miskin,"
keluh salah satu pengungsi.
"Percuma kalian menunggu di sini. Karena urusan pengungsi belum ditangani
Pemkot. Semuanya masih ditangani Dinas Sosial (Dinsos) Maluku. Jika mereka
katakan bahwa data pengungsi Kota Ambon telah diberikan ke Pemkot Ambon, itu
bohong. Kalian dibohongi," ujar Kepala Seksi Perundang-undangan Bagian Hukum
Kota Ambon Elkyopas Silooy.
Para pengungsi ini dianjurkan untuk kembali ke kantor Dinsos Maluku. Namun para
pengungsi ini mengatakan sudah muak melihat wajah-wajah pegawai Dinsos Maluku
yang selalu menghindar dan membohongi mereka.
Ironis memang nasib para pengungsi, jika apa yang disampaikan Kepala Dinas Sosial
Provinsi Maluku dr. Fenno Tahalele kepada mereka kemarin benar adanya bahwa
dana untuk pengungsi yang dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(APBD) Provinsi Maluku sudah habis digunakan. Itu berarti para pengungsi yang nota
bene adalah rakyat kecil dan miskin, hanya mendapat porsi perhatian yang sedikit
sekali dari para pengambil keputusan di daerah ini. (rbb)
Copyright © 2007 RadioBakuBae.com. All right reserved.
|