Radio Vox Populi [Ambon], 30-Mar-2007
"Mereka Buka Teroris, Tapi Pejuang"
Sri Kartini Makatita, Radio Baku Bae - Ambon
PEMINDAHAN 16 narapidana kasus teroris dari Rumah Tahanan (Rutan) Waiheru
Ambon ke Lembaga Pemasyarakatan (LP) Nusakambangan Jawa Tengah,
menyisakan protes dari pihak keluarga. Kepada wartwan usai pertemuan dengan
Kabid Humas Polda Maluku Tommy Napittipulu di Polda Maluku, Jumat (30/3),
mereka menyampaikan kekecewaan kepada lembaga hukum yang ada di Maluku,
khususnya Ambon.
"Beta tidak percaya lagi dengan lembaga hukum yang ada di Ambon," tegas Ayu,
istri Idi Amin Tabrani Pattimura alias Ongen, salah satu napi kasus teroris yang
dipindahkan ke Nusa Kambangan.
Selain Ayu, sejumlah keluarga napi yang ikut mendatangi Polda antara lain Hasan
Patty ayah Mutalib Patty, Hayati Tuasikal kakak Hardi Tuasikal, serta sejumlah
sanak saudara napi lainnya.
Hampir seluruh keluarga napi kasus teroris yang hadir, tidak terima keluarga mereka
tersebut disebu! t teroris. Sebab menurut mereka, perbuatan yang dilakukan oleh
ke-16 Napi tersebut sebagai bentuk balas dendam, dan hal tersebut diangap
wajar-wajar saja. Terutama karena saat itu tragedi kemanusian sedang melanda
Ambon, dan serang menyerang antara komunitas yang bertikai saat itu hampir setiap
hari terjadi. Termasuk aksi penembakan vila karaoke yang menyebabkan tewasnya
tiga warga sipil ini, melibatkan beberapa napi dari ke-16 napi tersebut.
Selanjutnya para keluraga yang data! ng bersama anak dan istri mereka menilai, yang
mesti disebut teroris adalah mereka yang Separatis Republik Maluku Selatan (RMS),
yang ingin memisahkan diri Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). "Jadi
mereka bukan teroris, tetapi pejuang yang berjuang membela umat dari RMS. Ada
teroris di Ambon, juga karena ada RMS," ," ujar salah seorang ibu yang tidak mau
menyebutkan namanya, dan anaknya juga dipindahkan ke Nusa Kambangan tanpa
sepengetahun dirinya.
Perasaan kecewa dengan nada marah juga disampaikan Hayati Tuasikal, kakak Hardi
Tuasikal, salah satu napi teroris yang turut dipindahkan. Dia tidak terima pemindahan
adiknya tanpa pemberitahuna ke keluarga. "Adik saya dan mereka yang lain itu,
bukanlah hewan yang seenaknya dipindah-pindahkan," ujarnya lantang, meski
sedang berada di Kantor Polda Maluku dan banyak polisi yang berlalu lalang.
Sementara itu ayah dari Mutalib Patty yang termasuk dalam 16 teroris tersebut,
Hasan Patty .
Perasaan yang sama diungkapkan Hasan Patty, ayah Muthalib Patty yang ikut
dipindahkan. Dia menyayangkan sikap para penegak hukum dan merasa
diperlakukan tidak adil. Pasalnya selaku purnawirawan Polisi, Patty memiliki tangung
jawab moril, maka dengan keikhlasan hati ia langsung menyerahkan anaknya
tersebut ke pihak yang berwajib.
"Kenapa pihak keluarga tidak diberitahukan, padahal saat anak saya di cari-cari
polisi, dengan insiatif sendiri sekaligus sebagai purnawirawan polisi yang punya
tanggung jawab moril, saya serahkan anak saya sendiri. Tapi pada saat pemindahan,
kami pihak keluarga sama sekali tidak di beritahukan terlebih dahulu," ujar lelaki
paruh baya itu dengan terbata-bata, seakan menyembunyikan rasa sedih dan
kekecewa yang sangat mendalam.
Pada prinsipnya, pihak kelu! arga tidak mempermasalahkan pemindahan mereka ke
LP Nusa Kambangan, namun yang disesalkan pihak keluarga, mengapa tidak ada
pemberitahuan sama sekali dari pihak yang berwewenang. (rbb)
Copyright © 2005 RadioVoxPopuli.com. All right reserved.
|