The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

Radio Vox Populi


Radio Vox Populi [Ambon], 17-Mar-2007

Delapan Kabupaten Kota di Maluku sudah Tertular HIV/AIDs

17-Mar-2007, Asni Rahayu Wakanno, Radio Baku Bae - Ambon

SEBUAH data yang mengkuatirkan mengenai penderita HIV/AIDs, diungkapkan Kepala Seksi Pemberantasan Penyakit Menular Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Maluku Dr Rita Tahitu M.Kes, baru-baru ini di Ambon. Data tersebut menyebutkan, delapan Kabupaten Kota di Maluku, sudah ada yang warganya menderita HIV/AIDS, dan Kota Ambon menempati urutas teratas.

Angka penyebaran HIV/AIDS di Maluku, menurut Tahalele, hingga akhir tahun 2006 lalu, ternyata meningkat sangat cepat. Peningkatan penderita bahkan sudah merambah hingga menguasai sekian banyak pemuda di Maluku yang usianya berkisar 20-an tahun. Hal ini disebabkan maraknya pemakaian narkoba, dan yang terbanyak yaitu melalui penggunaan jarum suntik.

Ditambahkannya, skala umum penularan penyakit ini, lebih banyak didominasi kaum laki-laki. Sedangkan kelompok umur yang terbanyak mengidap HIV/AIDs berkisar antara 20 hingga 28 tahun. Jika dibandingkan dengan tiga atau empat tahun sebelumnya, terlihat bahwa ketika itu pengidap terbanyak berkisar pada umur 30 sampai 39 tahun.

"Sebelum Oktober 2006, Maluku menempati urutan ke 14, dari 14 Provinsi yang memiliki kasus penderita HIV/AIDs terbanyak. Tapi begitu memasuki akhir Oktober 2006, posisi Maluku sudah meningkat pada urutan ke-12 bersamaan dengan Provinsi Sulawesi Utara," ujar Tahalele.

GUNUNG ES

Lembaga kesehatan dunia World Health Organisation (WHO) memperkirakan, satu kasus HIV yang terjadi akan diikuti 100 kasus lainnya. Begitu juga dengan satu kasus AIDs, akan melahirkan 1.000 kasus lainnya. "Rumusan ini biasa dikenal dengan istilah "fenomena Gunung Es". Artinya satu orang yang tertulari HIV diprediksi menularkannya kepada 100 lainnya. Begitu juga dengan satu penderita AIDs akan menulari 1.000 orang lainnya," terangnya..

Pada kesempatan yang sama, aktivis Lembaga Partisipasi Pembangunan Masyarakat (LPPM) Piet Wairisal mengingatkan, kasus HIV/AIDs di Maluku harus betul-betul mendapat perhatian. "Sebab dengan rumusan fenomena gunung es itu, memberikan gambaran yang jelas terhadap percepatan penularan di Maluku," ujarnya.

Bisa diperhitungkan, jelas Wairisal, dengan besarnya penderita HIV/AIDs akhir Oktober 2006 yang mencapai 272 jiwa sesuai hasil penelitian Dinkes Provinsi Maluku, dikalikan dengan 100 jiwa penderita HIV yang mengikuti, maka hasil yang didapat adalah sebesar 27.200 jiwa orang Maluku yang akan tertulari virus HIV.

Itupun, lanjut Wairisal, yang terdeteksi dan tercatat. Sedangkan yang belum terdeteksi diperkirakan masih banyak lagi. Karena itu, aktivis yang sudah cukup lama mendampingi orang dengan HIV/ AIDs (ODHA) ini memberikan warning yang tegas kepada Pemerintah Provinsi Maluku.

"Pemerintah harus sesegera mungkin menggencarkan sosialisasi cara-cara terjadinya penularan, serta bahaya HIV/AIDs. Dan sosialisasi ini jangan hanya berlaku di pusat Kota Ambon, tapi harus menjangkau sampai ke daerah-daearah terpencil. Sebab penularan virus ini tidak hanya berada di pusat kota. Apalagi penderitanya sudah mencapai delapan kabupaten kota. Sehingga tidak ada alasan lagi untuk melakukan pembiaran terhadap masalah tersebut," paparnya.

Sayangnya, menurut Wairisal, saat ini lembaga-lembaga yang menangani masalah HIV/AIDs terhitung masih sangat minim. Dokter yang disiapkan pun sangat terbatas. Begitu juga dengan perawat di dua rumah sakit (RS) rujukan, yaitu RS Umum Alfatah dan RS Umum dr. Haulussy hanya satu orang untuk masing-masing RS. Kondisi ini masih ditambah infrastruktur yang minim, serta kapasitas sumber daya manusia (SDM) yang sangat terbatas, yang membuat penanganan masalah ini secara keseluruhan tidak optimal.

"Belum lagi jika kami menerima keluhan yang kesemuanya sama dari ODHA, tentang pelayanan buruk pihak RS," terang Wairisal sembari memberi contoh, perawat yang sudah ditetapkan untuk melayani ODHA, tidak mau memasangkan cairan infus pada ODHA yang dirawat di RS.

Dengan begitu, Wairisal menilai, bukan hanya masyarakat awam yang belum menyadari secara baik tentang penularan HIV/AIDs serta perlakuan yang wajar terhadap ODHA. Jika orang-orang di lembaga kesehatan saja tidak bisa meresponi hal ini dengan baik, maka menurutnya, akan menjadi bertambah tereksploitasi ODHA di masyarakat Maluku. Selanjutnya, ruang penularan virus ini akan semakin besar, dengan semakin tertutup dan kurangnya sosialisasi dari lembaga terkait. (rbb)

Copyright © 2005 RadioVoxPopuli.com. All right reserved.
 


Copyright © 1999-2002 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/rumah3poka
Send your comments to alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044