SINAR HARAPAN, Senin, 05 Maret 2007
Pascaledakan Bom, Polisi Kejar Dua Pelaku
Ambon - Polisi hingga saat ini masih mengejar dua calon tersangka peledakan bom
rakitan di Pelabuhan Yos Sudarso Ambon, Sabtu (3/3). "Berdasarkan hasil
keterangan yang kita terima dari 13 saksi, mengarah ke dua calon tersangka. Kita
hanya mendapat keterangan ciri-ciri orang ini, tetapi saksi-saksi yang melihat di
lokasi kejadian tidak mengetahui siapa orang itu. Sekarang calon tersangka ini
sedang diselidiki," jelas Kepala Bidang Humas Polda Maluku AKBP Tommy
Napitupulu, saat dikonfirmasi SH di Mapolda Maluku, Senin (5/3).
Dia mengatakan, saat ini pihak kepolisian telah memeriksa 13 saksi untuk dimintai
keterangan terkait aksi tersebut. "Sampai detik ini perkembangannya telah
memeriksa 13 saksi. Hasil olah TKP terhadap bahan peledak kita menemukan aki
baterai sekitar 6 volt. Bom ini sebenarnya sederhana. Kontainernya terbuat dari
lempengan, di dalamnya ada potongan besi yang panjangnya 4 cm, 2 cm dan 3 cm
maupun paku. Ada juga kabel, namun hingga saat terakhir olah TKP, Minggu (4/3)
pukul 03.00 WIT, kita belum menemukan ‘timer'," ungkapnya.
Kini Polda Maluku meningkatkan penjagaan di Pelabuhan Yos Sudarso. Selain
petugas kepolisian, petugas Adpel yang biasa berjaga di pelabuhan pun membantu
penjagaan. Kepolisian Pengamanan Perairan dan Pelabuhan (KP3) serta Polda
Maluku juga menambah personelnya.
Sebelumnya, suasana Kota Ambon yang kondusif dikejutkan oleh ledakan bom
rakitan di Pelabuhan Yos Sudarso, Sabtu (3/3) pukul 09.00 WIT. Tidak ada korban
jiwa, tetapi ledakan itu mengakibatkan 14 orang terluka, tiga di antaranya luka parah
di bagian kaki, tangan, dan punggung.
Minta Berimbang
Sementara itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Maluku meminta pemberitaan
mengenai peledakan bom di Pelabuhan Yos Sudarso Ambon, Sabtu pagi, disajikan
oleh media massa secara berimbang. Permintaan ini menyusul dengan adanya berita
di dua stasiun televisi swasta nasional yang dinilai oleh Pemprov bisa memicu
ketegangan di Maluku.
Permintaan ini disampaikan Sekretaris Daerah (Sekda) Maluku, Said Assagaff
kepada sejumlah wartawan di Ambon, Minggu. Assagaff juga meminta pemberitaan di
kedua televisi swasta nasional itu diluruskan. "Saya sengaja mengadakan pertemuan
ini supaya ada klarifikasi berita di dua stasiun televisi nasional karena dikait-kaitkan
dengan konflik antara Desa Kailolo dan Rohomoni yang terjadi beberapa hari lalu,
padahal kita seharusnya menciptakan kondisi yang bagus," tuturnya.
Dalam pertemuan ini, terjadi adu mulut antara Sekda dan sejumlah wartawan.
Masing-masing mempertahankan pendapatnya tentang isi pemberitaan itu sehingga
sempat menimbulkan ketegangan. Pemprov Maluku tetap bersikukuh agar isi berita
diklarifikasi karena dinilai memprovokasi. Sedangkan sejumlah wartawan televisi tidak
terima isi beritanya dinilai memprovokasi karena semua berdasar fakta di lapangan.
Para wartawan menyatakan selama ini tetap berkomitmen untuk menjaga kestabilan
keamanan di Ambon sehingga tidak beralasan bila isi berita dinilai memprovokasi.
(izaac tulalessy)
Copyright © Sinar Harapan 2003
|