SINAR HARAPAN, Sabtu, 10 Maret 2007
Cuaca Buruk Sampai Pertengahan April
Semarang—Koordinator Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Jawa Tengah
Mochammad Chaeran menjelaskan cuaca buruk masih akan terjadi minggu ini, dan
akan terulang hingga pertengahan April. "Hal itu disebabkan oleh dua siklon tropis di
selatan Samudra Indonesia dan utara Australia. Kedua siklon itu memiliki tekanan
rendah yang kuat sehingga menarik awan dari Pasifik. Hal itulah yang menyebabkan
cuara buruk terjadi merata di Jawa," kata Chaeran.
Cuaca buruk yang menyebabkan hujan angin itu tergantung pada gerakan awan yang
disebabkan oleh siklon tersebut. Angin yang berembus mengiringi hujan itu di
Semarang pada Rabu lalu, misalnya, mencapai kecepatan 40 knot atau sekitar 75
km/jam. Angin puting beliung itu, terutama mengancam daerah-daerah pegunungan.
Cuaca buruk itu juga menyebabkan gelombang laut menjadi tinggi. Para nelayan di
Pantai Utara Jawa Tengah terpaksa berhenti melaut. Nelayan Tegal, Semarang,
Demak, Jepara, Pati, hingga Rembang menambatkan perahu di tepian muara sungai.
Feri Muria yang biasanya melayani rute penumpang Jepara– Karimunjawa terpaksa
menunda keberangkatannya. Jalur pelayaran Jepara–Karimunjawa termasuk daerah
rawan kecelakaan laut.
Beberapa hari terakhir ini, sejumlah kawasan di Jawa Tengah mengalami hujan deras
disertai angin kencang. Hujan itu bahkan menyebabkan beberapa sungai meluap
sehingga airnya menggenangi permukiman warga. Di Brebes, luapan Sungai Sigeleng
pada Jumat pagi (9/3) menyebabkan ratusan rumah di Kelurahan Limbangan Kulon
tergenang setinggi 80 centimeter. Di Semarang, hujan angin terjadi setiap malam
dalam tiga hari terakhir. Kawasan Kota Lama dan Stasiun Tawang tergenang air.
Angin yang menyebabkan ombak setinggi 1-2 meter di Banten bahkan
mengakibatkan kapal Roll On Rol Off (Roro) di Pelabuhan Penyeberangan Merak
mengalami kesulitan saat sandar di dermaga. Alat pengukur kecepatan angin yang
berada di Pelabuhan Merak mencatat, kecepatan angin 35-40 knot/jam, sehingga
membahayakan penyeberangan kapal di Selat Sunda. Normalnya, kecepatan angin
berkisar 10-11 knot.
Anak Buah Kapal (ABK) kapal Roro juga memutuskan menurunkan penumpang tidak
melalui pintu-pintu dan gang way, tetapi melalui jalur mobil (mobile bridge).
Gelombang yang sangat besar sangat membayakan penumpang yang akan turun
melalui gang way lantaran kapal terus bergerak. Bila melalui jalur keluar mobil,
penumpang dapat leluasa turun dari dalam kapal.
Staf managemen perusahaan pelayaran mengatakan, cuaca buruk yang terjadi di
Pelabuhan Merak sangat mengerikan. Tiupan angin yang sangat kencang membuat
kapal roro yang bersandar di dermaga saat itu miring hingga 8 derajat, bahkan tali
pengikat kapal yang dikaitkan pada tiang pancang pun sempat putus. Kapal Roro
KMP Mufidah yang akan melaju ke Bakauheuni Lampung, terpaksa kembali lagi.
Sementara itu, seluruh armada penyeberangan di Selat Bali yang menghubungkan
Pelabuhan Gilimanuk, Bali dengan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur dan
sebaliknya dioperasikan setelah dibuka kembali sejak Sabtu (10/3) pagi.
Seluruh armada dikerahkan untuk melayani penyeberangan kedua pelabuhan tersebut
setelah dinyatakan ditutup selama dua hari terakhir akibat cuaca yang buruk, kata
Agus, petugas KP3 Pelabuhan Gilimanuk.
Ia mengatakan bergeraknya seluruh armada sejak pukul 04.30 Wita secara
berangsur-angsur akan dapat mengurangi antrean kendaraan dan calon penumpang
yang cukup panjang di kedua pelabuhan tersebut, bahkan antrean kendaraan
bermotor mencapai 10 Km.
Badai George dan Jacob
Pihak BMG Banyuwangi, Jawa Timur, menyatakan badai George dan badai Jacob
masih mengancam Selat Bali dengan gelombang besar, angin kencang dan hujan
lebat. Kepala Teknis BMG Banyuwangi, Mawardi, Sabtu (10/3) di Banyuwangi
mengatakan badai George dan Jacob yang terjadi di barat Australia belum
menunjukkan kondisi menurun sehingga bisa mengakibatkan cuaca buruk kembali.
Meski demikian berdasarkan pengamatan citra satelit BMG, badai Jacob mulai
bergerak menjauh dari Selat Bali menuju arah barat laut dengan kecepatan 7,2
kilometer/jam. Hingga saat ini, perairan Selat Bali dalam status waspada. Kecepatan
angin terdeteksi mencapai 5-60 kilometer per jam.
Tinggi gelombang di Selat Bali mencapai 1,5-3,5 meter. Sementara di Samudera
Indonesia, ombak air laut masih dalam level berbahaya dengan ketinggian mencapai
sembilan meter.
Untuk itu, seluruh kegiatan di perairan Selat Bali harus ekstra hati-hati agar tidak
terjadi kecelakaan laut. BMG akan terus-menerus memberikan informasi
perkembangan cuaca agar masyarakat bisa mengambil langkah bila terjadi perubahan
cuaca yang mendadak.
Dari Banyumas, Jawa Tengah, dilaporkan bahwa kencangnya angin menyebabkan
ratusan warga Desa Sunyialangu, Kecamatan Kedungbanteng, Banyumas, dan Desa
Bojong, Kecamatan Mrebet, Purbalingga, memilih meninggalkan rumah dan tidur di
bawah tenda darurat. Mereka takut terjadi angin kencang susulan dampak dari badai
tropis George dan Jacob.
Di Desa Sunyialangu, misalnya, ratusan warga Jumat (9/3) malam mengadakan doa
dan dzikir supaya terhindar dari bencana angin ribut. Pasalnya, dalam beberapa hari
terakhir di desa setempat terjadi angin kencang yang memporak-porandakan
permukiman warga.
Di Desa Bojong, Kecamatan Mrebet, setidaknya 51 keluarga juga mengungsi di
lapangan desa. "Lebih baik mengungsi sementara daripada nanti ada angin kencang
dan memunculkan kepanikan," kata Camat Mrebet, Tri Gunarwan.
Sementara dari data Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Pengungsi di
Purbalingga, ada dua korban tewas akibat angin kencang. Di Banjarnegara dan
Banyumas masing-masing satu orang. (su herdjoko/iman nur
rosyadi/sutriyono/ant)
Copyright © Sinar Harapan 2003
|