SINAR HARAPAN, Selasa, 20 Maret 2007
Terorisme Dompleng Agama dan Kemiskinan
Jakarta-Terorisme yang menggunakan ajaran agama sebagai alat penyebarannya
lebih berbahaya dari penyebaran ideologi. Bahkan, ditengarai penyebaran terorisme
melalui kedok agama ini akan makin intensif di Tanah Air. Oleh karenanya,
pemerintah dan kalangan pemimpin agama harus ekstrahati-hati menangani hal ini.
Apalagi, penyebaran ajaran ini kerap mendompleng kondisi kemiskinan yang dialami
masyarakat. Demikian dinyatakan oleh mantan Panglima Laskar Jihad Jafar Umar
Thalib dan pengamat intelijen Dr Wawan Purwanto, dalam kesempatan terpisah,
Senin (19/3).
"Kelompok teroris ini sangat licik karena mereka menipu ajarannya dengan diberikan
label-label Islam. Soal pendanaan kelompok ini akan melakukan apa saja termasuk
perampokan akan dinyatakan halal dengan dalih demi Islam," tukas Jafar Umar.
Jafar menjelaskan kekerasan yang terjadi di Poso dan Ambon adalah wujud dari
keinginan teroris menyebarkan ajarannya. Ia pun menuding adanya kelompok tertentu
yang bertameng di balik dalil "penegakkan syariat Islam" untuk menyebarkan ajaran
bernuansa terorisme yang tak sejalan dengan nilai-nilai Islam.
"Kelompok ini sangat licik karena memperalat agama untuk tujuan tersembunyi.
Rata-rata orang Islam di Indonesia sebenarnya tidak bisa menerima ajaran kekerasan
yang dikembangkannya, tapi dalam jangka panjang, ajaran seperti ini tidak mustahil
akan diterima meski sangat terpaksa," katanya.
Sementara itu, pengamat intelijen Dr Wawan Purwanto menjelaskan, maraknya teror
melalui pesan pendek (SMS) yang kini melanda Jakarta dan sejumlah daerah adalah
upaya uji coba kegiatan terorisme di sejumlah wilayah di Indonesia. Wawan
mengingatkan, ancaman terorisme tersebut sebenarnya bisa diprediksi oleh aparat
keamanan dan kalangan intelijen. "Kegiatan itu bisa diukur, biasanya terkait dengan
ulang tahun aksi teror, yang jatuh pada bulan April," jelasnya. (rikando somba)
Copyright © Sinar Harapan 2003
|