Suara Merdeka, Rabu, 04 April 2007
Kampus UKSW Akan Diledakkan
YOGYAKARTA- Dari rekaman video para tersangka teroris yang kemarin diboyong ke
Jakarta, diketahui sejumlah tempat di Jawa Tengah sudah disurvei untuk diledakkan.
Di antaranya kampus Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga dan
Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah. Dua pimpinan institusi itu juga sudah disurvei
keberadaannya untuk ditembak maupun diledakkan dengan bom.
Sarwo Edi, salah satu tersangka teroris mengaku, dia dan kelompoknya telah
melakukan survei lapangan termasuk membuat denah lokasi. Ia sudah mendapat data
dari satpam dan mahasiswa setempat yang sering dikunjungi Rektor UKSW.
Perlakuan yang sama sudah direncanakan terhadap kepala Kejaksaan Tinggi Jawa
Tengah karena telah menuntut beberapa orang anggota kelompok mereka dengan
hukuman yang sangat berat.
''Saya diperintah untuk melakukan survei dan sudah dilaksanakan. Tapi (peledakan)
itu gagal karena keburu seperti ini (ditangkap),'' kata Sarwo Edi yang dalam rekaman
video menggunakan kaos biru. Dia yang juga memiliki nama lain (alias) Suparjo alias
Said alias Suparman alias Sudaim (40) disergap di kawasan Jl Lingkar Utara,
kawasan Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, 20 Maret lalu.
Ketika ditangkap dia mengalami luka tembak di paha karena akan mencoba
mengadakan perlawanan dengan senjata api. Menurut Komandan Satgas Densus
88/Antiteror Mabes Polri Brigjen Pol Suryadharma Salim dan Kadiv Humas Komjen
Drs Sisno Hadiwinoto MM, pengakuan Sarwo Edi itu muncul setelah petugas berhasil
menemukan sejumlah dokumen termasuk dokumen rencana peledakan kampus
UKSW. Surya kemudian menunjukkan dokumen rencana peledakan kampus UKSW
yang ditulis dengan tangan.
''Ini bukan rekayasa petugas, tapi kami memang menemukan dokumen itu. Tersangka
juga mengakui rencana mereka. Untungnya, petugas berhasil menggagalkan sebelum
mereka menjalankan aksinya,'' kata Surya. Dia tidak bisa membayangkan jika bom
milik kelompok Abu Dujana itu berhasil diledakkan. Sebab barang bukti yang berhasil
disita petugas jumlahnya cukup banyak dan sebagian sudah dirangkai menjadi bom
yang siap ledak.
Rutan Brimob
Sementara itu tersangka teroris Sleman tiba di Bandara Udara Halim Perdana
Kusumah, Jakarta Timur, melalui pintu bea cukai pukul 16.50 WIB Selasa (3/4).
15 Menit kemudian mereka langsung dibawa ke Rutan Brimob Kelapa Dua Depok
dengan pengawalan super ketat. Keenam tersangka yang diterbangkan dari Bandara
Adisucipto, Yogyakarta dibawa oleh mobil tahanan Mabes Polri dengan dikawal 2
mobil barracuda dan 1 truk mobil Brimob yang berisi 12 petugas.
Sebelumnya terjadi kesimpangsiuran informasi akan mendarat di mana pesawat yang
membawa para tersangka teroris.
Informasi yang beredar, mereka akan didaratkan di Landasan Udara Pondok Cabe.
Namun belasan wartawan yang menungu di Pondok Cabe akhirnya bergerak ke Halim
begitu mendapat kabar didaratkannya 6 tersangka teroris di Halim.
Tujuh orang tersangka pelaku teror di berbagai tempat di Indonesia kemarin (3/4)
diberangkatkan dari Yogyakarta menuju Jakarta. Mereka yang merupakan anggota
Jamaah Al Islamiyah (JI) pimpinan Abu Dujana ditangkap melalui serangkaian operasi
penyergapan di kawasan Jl Lingkar Utara Yogyakarta 20 Maret lalu diberangkatkan di
bawah pengawalan ketat sejumlah personel satuan khusus Polri. Pemberangkatan
menggunakan pesawat terbang dari Bandara Adisucipto, Yogyakarta.
Suryadharma Salim dalam penjelasannya kepada wartawan mengatakan mereka
yang ditangkap di Yogyakarta, Muntilan, Temanggung dan Sukoharjo, merupakan
kelompok teroris berbahaya setelah Dr Azahari (alm) dan Dr Nurdin M Top.
''Alhamdulillah berkat bantuan masyarakat Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur,
kami berhasil menangkap mereka,'' ujar Suryadharma di Markas Satbrimob Polda DIY
di Baciro, Kota Yogyakarta. Jika tidak segera ditangkap, mereka akan menjadi
kelompok sangat berbahaya. Bahkan Suryadharma memprediksi bisa lebih
berbahaya dari pendahulu mereka. Sebab, katanya, kelompok itu sudah
berkemampuan merakit senjata api berikut amunisinya yang sudah teruji daya
ledaknya.
Sebelumnya, Kepala Divisi Humas Mabes Polri Komjen Drs Sisno Hadiwinoto,
menjelaskan, berkat keberhasilan tersebut Polri khususnya menerima penghargaan
dari beberapa negara. Sebab Polri berhasil meringkus tersangka pelaku sebelum bom
meledak. ''Mereka berhasil meringkus tersangka pelaku berikut sejumlah bom rakitan
sebelum diledakkan,'' ujar Sisno Hadiwinoto
Adapun tersangka yang ditangkap dan dikirim ke Jakarta untuk diperiksa lebih lanjut
agar berkasnya segera bisa diserahkan ke Kejaksaan, adalah Suparjo alias Sarwo
Edi Nugroho alias Said alias Suparman alias Sudaim (40), Sikas alias Karim alias Abi
Salma (37), Amir Ahmadi alias Ahmad alias Abu Jundy alias Ghozy (34), Syaiful
Anam alias Mujadid alias Brekele alias Idris aias Joko (27), Mahfudz Qomari alias
Sutarjo alias Ayyasi alias Abi Isa (34), Ahmad Syahrul Uman alias Doni alias Faesol
alias Irul (24) dan Maulana Yusuf alias Kholis alias Abdulloh bin Goek Soewarto (38).
Seorang lainnya, M Aman alias Suryanto (40) meninggal dalam perjalanan ke rumah
sakit akibat luka tembak.
Seperti diberitakan, penyergapan terhadap kawanan itu berawal di depan toko besi
Alam Sari Jl Lingkar Utara. Ketika disergap tersangka melakukan perlawanan
bersenjata api. Petugas berhasil menembak dua tersangka. Yaitu tersangka Suparjo
alias Sarwo Edi Nugroho tertembak paha dan berhasil diselamatkan dan M Aman
Suryanto tertembak bagian perut meninggal dunia karena kondisinya parah (Suara
Merdeka, 21/3).
Dua tersangka yang ditangkap di Surabaya, Ahmad Syahrul Umam alias Doni dan
Maulana Yusuf diboyong ke Yogyakarta dengan pesawat Helikopter Polri P3101.
Sedangkan empat tersangka lain dibawa dari markas Kompi C/Senapan Brimob
Sentolo dengan dua mobil Rantis (kendaraan perintis). Sedangkan tersangka Syaeful
Anam alias Mujadid langsung dibawa dari RS Sardjito setelah menyelesaikan
perawatan.
Kapolda DIY Brigjen Drs R Anggoro Hari Anwar menyatakan sampai sejauh ini
diketahui tidak ada dari tersangka tersebut merupakan warga Yogyakarta. ''Mereka
hanya lewat. Yogyakarta bukan sarang teroris,'' ujarnya.
Pergeseran Target
Munculnya kabar bahwa target kejahatan terorisme tidak lagi ditujukan pada objek
vital namun mengarah ke personal, khususnya pejabat di lingkungan kejaksaan dan
pengadilan, mendapat tanggapan serius dari Kepolisian Daerah (Polda) Jateng.
''Namanya teror bisa kepada siapa saja. Bisa kepada orang-orang tertentu atau siapa
saja yang mereka anggap pantas jadi sasaran,'' kata Kapolda Irjen Drs Dodi
Sumantyawan HS SH menjawab pertanyaan wartawan seusai Musyawarah
Perencanaan Pembangun (Musrenbang) Provinsi Jateng 2007 di Gradika Bhakti
Praja, Kantor Gubernuran Jl Pahlawan 9, Selasa (3/4).
Menurutnya, berdasarkan dinamika perkembangan situasi keamanan saat ini, telah
ada peningkatan ancaman teror. Hal ini bisa dilihat dari adanya peningkatan
penindakan pelaku teror yang ditangani Detasemen Khusus Antiteror 88 (Densus 88).
Dodi mengemukakan, pengamanan terhadap seseorang atau objek tertentu
berdasarkan informasi yang masuk ke kepolisian.
Ketika disinggung pengamanan terhadap pejabat kejaksaan dan pengadilan, ia
menyatakan telah dilaksanakan. ''Jadi pengamanan didasarkan atas itu (informasi).
Apalagi kalau sudah ada instruksi (dari Mabes Polri-Red), ya pasti akan kami
laksanakan,'' tandasnya. (P58, H7,H21,G17-64,60)
Copyright© 1996-2004 SUARA MERDEKA
|