The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

Suara Maluku


Suara Maluku, 26-Mar-2007

Balinho Memet Latuconsina, Expansion Trap?

Victor Manuhutu

It is good fishing in troubled waters (no name).

Seperti biasa, setiap akhir usbu beta deng maitua pake oto bapontar koliling kota. Ini jua supaya orang jang bilang tinggal bakurung dalam rumah la dudu maeng juk ramas buah gondal sandiri-sandiri. Maklum, laki-laki pekar ni cuma bisa par basaro. Hasil putar-putar koliling kota beta tulis dalam bentuk artikel.

Di jembatan Pohon Puleh, beta tertegun memandang balinho besar Wakil Gubernur Maluku Drs Memet Latuconsina. Bagai terpesona pada papan reklame, beta dudu seng suara par jingkal maksud tabaos balinho tersebut. Papan reklame Memet Latuconsina menempati lokasi strategis di akang bendar Ambon.

Anana kacil di bendar sampe di jiku negeri samua su tau, Ralahalo deng Latuconsina mau menggurebe par kadera Gubernur 2008. Tanda-tanda dong dua molai hela panggayo par baku taru su molai kantara. Papan reklame Memet Latuconsina di Pohon Puleh deng Galala biking Otohilo hela urat gargontong.

Beta jadi tainga carita tentang perang Coke deng Pepsi di Brasil. Ralahalo vs Latuconsina akang su mau sama deng carita teheng baku teheng Coke vs Pepsi. Dua-dua pung dasar sama yaitu kompetisi maar dorang dua pung strategi beda. Yang satu ambel jurusan gunung-pante sedang yang laeng ambel arah pante-gunung. Istilah kerennya yang satu top-down sedang yang laeng bottom up.

Tagal beta tinggal di kaki gunung yang sondor tau situasi di bendar maka beta cuma bisa rai-rai dari berita di radio tali hulaleng. Bottom-up yaitu orang-orang yang molai biking acara dukung mendukung, gendong-menggendong dll. Top-down adalah acara pemasaran atau periklanan diri sampe pada negative-campaign terselubung maupun memotong lawan ditikungan seperti dilakukan belakangan melalui usaha-usaha interpelasi. Maka orang bodok seperti beta ni lia akang billboard atau balinho yang dipasang sejak poka-poka sebagai tindakan kepanikan atau kapanasang diri.

Perang pemasaran yang paleng basar yang parnah ada yaitu antara Coke dan Pepsi. Pepsi masuk Brasil manggebu-gebu di tahun 1994. Pepsi biking pesta ancor klep di Copacobana Beach, Rio de Janerio, lengkap dengan minuman gratis sampe bawa bintang rock dunia Rod Stewart. Ribuan banner deng bandera Pepsi malayang-layang, jutaan iklan billboard dan balinho tanda kasi slamat datang par Pepsi. Nafsu besar menguasai Pepsi mulai menggerogoti ditandai dengan reklame yang menggerangai, meraba dan merangsang. Semua itu dengan pembiayaan yang astaganaga demi untuk menjerat konsumen.

Coke sudah 50 tahun bercokol di Brasil dan Pepsi ingin menguasai 20% pasar dari 250 juta krat kola disana. Semua tindakan penguasaan dilakukan Pepsi dengan serentak mencakup fasilitas dan distribusi.

Lalu apa hubungannya dengan balinho Upu Memet? Seng ada memang maar kalo lia dari unsur pembelajaran jelas kantara paskali ada kesamaan. Lihat cara Pepsi menghadang Coke; secara serentak mencakup fasilitas dan distribusi.

Upu Memet dengan antua pung samua garobak melakukan hal yang sama yaitu serentak mencakup fasilitas dan distribusi. Serentak, seperti penyiapan sarana pemasaran yaitu Ambon TV, media cetak, strategi, usaha-usaha interpelasi dan lain sebagainya.

Distribusi yang kasat mata kini yaitu penyebaran kalender ke desa-desa di Maluku maupun penyebaran balinho serta pemberian proyek-proyek langsung atau tidak langsung bersinggungan dengan nama besar sang tokoh. Semuanya tentu saja bertujuan menjaring sebanyak mungkin pendukung atau supporter fanatik. Semua fasilitas dan distribusi sekaligus berfungsi sebagai penyebaran perangkap.

Posisi Coke setara dengan tokoh Ralahalo. Coke menguasai pasar karena pemain lama. Ralahalo lebih terkenal karena posisi Maluku 1 dan berlatar belakang militer pernah bertugas di Maluku. Secara tradisional Ralahalo lebih mengenal medan karena latar belakang militernya yang suka turun ke lapangan.

Penguasaan posisi strategis di kota Ambon untuk menempatkan balinho oleh Memet dengan atribut sebagai petinggi Glokar dipandang sebagai iklan untuk menghadang laju pesaing mirip Pepsi menghadang Coke di Brasil. Sebaliknya posisi Ralahalo yang kalem "tidak kebagian tempat" untuk menempatkan atribut reklame diposisi strategis mirip dengan posisi Coke di Brasil yang menggarap segmen dasar dengan mengembangkan line bottom-up. Beda dengan Upu Memet yang cenderung mengembangkan line top-down.

Kalo melihat starting point Upu Memet sebagai Maluku-2, apakah yang bersangkutan menggunakan strategi expansion trap atau ekspansi perangkap ke tengah masyarakat Maluku jauh-jauh hari sebelum tanggal manggurebe? Expansion trap dimaksudkan adalah perangkap untuk menjaring konsumen fanatik yang dalam hal ini yaitu para pendukung setia maupun pendukung buta.

Beta cuma bisa talang aer ludah di gargontong yang sudah mulai kering. Ternyata perang sudah dimulai. Cuma harapan beta yang tertinggal adalah semoga tugas-tugas kerakyatan tetap dipikul kedua Upu dengan mengedepankan kepentingan rakyat sebelum tugas keduanya berakhir. Mena!

Copyright © Suara Maluku
 


Copyright © 1999-2002 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/rumah3poka
Send your comments to alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044