SUARA PEMBARUAN DAILY, 8 Maret 2007
Angin Ribut Melanda Banyumas
Tiga Tewas, Ribuan Rumah Rusak
[PURWOKERTO] Angin ribut melanda wilayah eks Karesidenan Banyumas yang
meliputi Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara dan Cilacap, Jawa Tengah
sejak Rabu hingga Jumat (7 s/d 9/3). Di Banyumas, sedikitnya 750 rumah rusak berat
dan ringan, e! mpat orang luka-luka, dan ratusan pohon tumbang di kaki Gunung
Slamet, Kecamatan Pekuncen, Baturraden, dan Sumbang.
Tiga orang dilaporkan tewas akibat tertimpa rumah dan pohon yang tumbang. Yakni
Marsiah (45) Warga Beji, Kecamatan Banjarmangu, Banjarnegara. Ibu dari 5 anak ini
tewas tertimpa rumahnya yang roboh. Kemudian Reksa (60) warga Desa Tangkisan
Kecamatan Mrebet, dan Miswanto warga Desa Sumampir, Kecamatan Rembang.
Keduanya di Kabupaten Purbalingga.
"Akibat angin ribut tersebut, objek wisata Baturraden dan Pa- lawi yang berada di
tengah hutan pinus di kaki Gunung Slamet terpaksa ditutup untuk sementara," kata
Didi Rurwiyanto, Ketua Satuan Pelaksana (Satlak) Penanggulangan Bencana dan
Pengungsi (PBP) Banyumas kepada Pembaruan, J! umat (9/3).
Para korban angin ribut akan segera mendapat bantuan dari Pemerintah Kabupaten
Banyumas dan Pemerintah Provinsi Jateng sebesar Rp 500.000 untuk yang
rumahnya rusak ringan, Rp 1 juta untuk yang rusak sedang dan Rp 1,5 juta untuk
yang rusak berat. Bantuan serupa juga diberikan Gubernur Jateng Mardiyanto.
Sedangkan angin ribut yang melanda Purbalingga menerjang empat gedung SD dan
680 rumah di tiga kecamatan yaitu Mrebet, Bobotsari dan Karangreja. Lima orang
dilaporkan luka-luka, dua tewas. Di Banjarnegara 576 rumah juga dilaporkan rusak
akibat puting beliung, seorang tewas, dan 11 luka-luka. Sedang di Cilacap, 427 rumah
lainnya dilaporkan rusak berat dan ringan, tiga orang luka-luka.
Menurut Didi, pohon yang tumbang di kaki Gunung Slamet, kebanyakan adalah
pohon tua yang sudah berusia puluhan tahun, terutama pohon pinus dan damar milik
Perhutani, termasuk pohon-pohon di hutan Baturraden.
Selain itu ratusan tanaman keras milik warga dan pohon pelindung di kampus
Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) serta kota Purwokerto juga tumbang.
Sementara itu, di Desa Sonyalangu, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten
Banyumas, ratusan warga terpaksa mengungsi di lapangan desa setempat karena
takut tertimpa pohon tumbang maupun rumah yang roboh. Mereka rela tidur di tempat
terbuka tanpa tenda, karena pengungsian tanpa persiapan. Sampai Jumat malam,
mereka tetap bertahan di lapangan.
Sedangkan Sabtu (10/3) pagi ini, pengungsi di Sonyalangu mulai kembali ke rumah
masing-masing, setelah badai mereda.
Sementara itu, sebanyak 22 orang mengalami luka-luka, 109 rumah rusak berat dan
ringan serta belasan pohon tumbang di Jombang, Jawa Timur setelah diterjang angin
puting beliung, yang datang secara bergelombang, Jumat (9/3). Para korban
umumnya mengalami luka di bagian kepala.
Menurut penuturan warga, angin kencang datang secara tiba-tiba dari arah barat dan
timur. Angin yang datang dari arah berlawanan disertai suara gemuruh, kemudian
bertabrakan di suatu titik, seketika itu di sana sini terjadi rumah roboh.
"Angin tersebut warnanya kehitam-hitaman dan banyak warga yang melihatnya.
Suasananya menakutkan serta mengerikan," kata Kepala Sekolah Madrasah
Ibtidaiyah Desa Pesantren, Tembelang, Jombang, Fatkhurrojak.
Menurut Fatkhurrojak, rumah-rumah yang rusak sebagian besar atapnya jebol tersapu
angin. Beberapa di antaranya rumahnya roboh seluruhnya dan rata dengan tanah.
Angin puting beliung menerjang sejumlah kecamatan di Jombang yakni Tembelang,
Megaluh, Peterongan, Mojowarno, dan Jogoroto.
Korban Tsunami
Sementara itu, sebanyak en! am unit rumah bantuan dari UN Habitan untuk korban
tsunami di Kelurahan, Pelanggaran, Kecamatan Kuta Raja, Banda Aceh, Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang sudah ditempati pemilik sejak enam bulan
lalu, kembali hancur setelah dihantam angin puting beliung, Kamis (8/3).
Camat Kecamatan Kuta Raja, Darmansyah, di Banda Aceh, menyebutkan,
berdasarkan pengamatan di lapangan ada enam unit rumah yang atapnya hilang
akibat diterjang angin putting beliung. Angin datang secara tiba-tiba, namun tidak ada
korban jiwa dalam insiden tersebut, karena para pemilik rumah saat kejadian sedang
tidak berada di rumah karena masih sibuk dengan pekerjaan di luar.
Bakhtiar (33), pemilik rumah mengaku, saat kejadian dia sedang berdagang ikan di
pasar. Ia baru tahu rumahnya hancur setelah ditelepon tetangga. Dia berharap UN
Habitat yang membantu rumah, bisa membantu perbaikan rumah yang rusak akibat
dihantam angin. [WMO/W-8/080/148/070/147]
Last modified: 10/3/07
|