Kaki-Kaki Kecil Itu Meluncur |
Bocah-bocah tak henti mainkan musik jalan Surat kabar tak henti dari teriakan Darah tambah membasah di headline Jam demi jam membayang harum ransum Angin runtuh, di sungai keruh, awan atas Sebuah kota, diserang sepeda-sepeda motor Mengerang, slogan, kata-kata hujatan Seperti hujan. Fatamorgana atas Aspal meleleh. Kaki-kaki kecil itu Tanpa alas meluncur, berebut uang logam Hari jauh dari malam, terasa temaram Jika gelap mulai mencat langit Seorang perempuan berpupur gelisah di trotoar Menghitung batu-batu Seorang lelaki nanar menanti pacar Menghitung batu-batu Seorang gadis remaja di ujung gang Langkahnya terserimpung Seperti ada darah terpercik di wajah Lampu-lampu limbung Langkah-langkah pun urung Piatu yang ragu turun ke jalan, tertunduk Ia kembali ke pintu Jika hari merapat ke pagi Adzan subuh hanya luruh Embun hanya jerit, tergelincir di sela batu Kini matahari hanya tahu bahasa debu Bocah-bocah tak henti mainkan musik jalan Para politisi tak henti dari teriakan Darah tambah mencacah di tanah Hari demi hari hanya kemarau, menguap harum ransum Angin runtuh, di sungai keruh, asap atas Sebuah kota, diserang parang Menegak, slogan, kata-kata hasutan Seperti nyala. Bola gas raksasa atas Aspal meleleh. Kaki-kaki kecil itu Tanpa alas terus meluncur, berebut uang logam Hari jauh dari malam, terasa kelam |
1999 Abdul Wachid B.S. wachid@bigraf.com |