Gentayangan Pulang |
Pintu mencari diriku dalam rintik hujan dan kehampaan. Gentayangan tanpa
tuju. Bangku-bangku yang biasa menahan kau aku melayangkan gelombang.
Kamar tidur seperti perahu, turun-naik, memainkan bekas nafasmu. Sehingga
dinding-dindingnya berkeringat. Ranjang meleleh, kemudian dingin Kamar mandi penuh cucian dengan kran-kran yang meruncingkan taringnya.
Mengancamku segera pergi. Gentayangan dalam cuaca beku. Masih terdengar
dapur memainkan piring, sendok, garpu. Sebuah konser, memukau pada jarak
kebisuanmu. Dan dahaga mendadak mendesak dari arah perut ke puncak Sebuah kamar, yang seluruh perabotnya mengubah diri, menjadi ciuman |
1998 Abdul Wachid B.S. wachid@bigraf.com |