Pada Zaman dahulu adalah seorang bernama Mamanua. Dia bekerja sebagai petani dan juga sebagai
pemburu. Kadang-kadang dia pergi
kehutan bersama anjingnya guna memburu kijang atau babi hutan.
Pada suatu hari dia pergi kehutan untuk berburu. Dia memotong sebatang kayu sewaktu pulang kerumah
dan menancapkan ketanah didekat telaga tempat dia biasa mandi. Mengherankan tongkat kayu
itu tumbuh menjadi pohon beberapa hari kemudian. Mamanua
tau bahwa pohon itu menghasilkan cairan yang manis rasanya karena anjingnya suka menjilat
getah pohon tersebut. Mamanua mempunyai
gagasan untuk menanam pohon itu sebagai perkebunan yang mana akan dapat dijual dipasar. Pohon itu kemudian dikenal sebagai tebu sekarang.
Dan kemudian Mamanua mempunyai perkebunan tebu didekat telaga dan
juga didekat hutan. Tetapi sayang ada
orang yang mencuri tebu itu. Pada malam itu
dia mendengar burung srigunting bersiul, suatu tanda bahwa ada pencuri menurut kepercayaan
penduduk.
Dia mendapatkan banyak tebu yang rebah dan juga dia mendapatkan
sampah bekas sepah tebu yang menjadi tanda bahwa ada orang yang memakan tebunya. Tetapi masih ada kemungkinan babi hutan yang
mencuri karena tempat perkebunan itu jauh dari kota.
Dia memutuskan akan mengawasi perkebunannya dari pencuri di tengah
malam.
Pada suatu tengah malam dia bersembunyi dibalik batu besar dekat
telaga dan terus mengawasi. Bulan purnama
bersinar dan telaga tampak tenang. Beberapa
saat kemudian dia mendengar suara ribut kepak burung-burung yang banyak. Sewaktu dia menengadah kelangit dia melihat
burung-burung berwarna putih, sangat menakjubkan. Mereka semakin mendekat pada akhirnya
terlihat jelas; itu bukan burung tetapi manusia yang dapat terbang dengan sayap putih
dipunggungnya. Kemudian mereka
mendarat ditepi telaga, berkelakar, tertawa dan bernyanyi.
Sepertinya mereka sedang piknik di akhir pekan seperti manusia biasa. Mereka menanggalkan pakaiannya kemudian berenang
ditelaga. Sesudah itu mereka makan tebu,
nampaknya mereka menyukai tebu. Berapa
jumlahnya? Mamanua menghitung manusia burung itu, mereka ada sembilan dan semua wanita dan
juga cantik-cantik. Sesudah berenang
dari telaga dan makan tebu kemudian berpakaian dan terbang keangkasa.
Mamanua ditinggal oleh manusia burung yang cantik-cantik dan kesepian
sendiri lagi. Jika sekiranya saya dapat
menangkap salah satu dari mereka dan menjadi isteri saya, saya akan bahagia, dia
berpikir. Besok malam mereka akan
datang lagi saya yakin; Saya akan memasang perangkap bagaimana menangkap mereka,
Mamanua kembali bersembunyi dibalik batu besar dan terus mengawasi
pada malam berikutnya. Ya mereka datang lagi
seperti biasanya. Mereka menanggalkan
pakaianya dan juga melepaskan sayap-sayapnya dan kemudian meletakan benda-benda itu diatas
suatu tempat. Kemudian mereka berenang
ditelaga dan juga makan tebu. Mamanua pergi
mengendap-ngendap ketempat sayap dan pakaian itu diletakan.
Dia mengambil salah satu pakaian dan sepasang sayap dan membawanya ketempat
persembunyiannya. Dia terus memperhatikan apa
yang akan terjadi. Salah seorang manusia
burung itu sibuk mencari pakaiannya dan sayapnya. Dia
menanyakan kepada yang lain; tampaknya mereka adalah kakak-kakaknya. Tidak ada yang tahu dimana benda-benda itu berada. Dia sangat sedih dan mulai menangis. Tetapi kakanya tidak dapat berbuat apa-apa dan
bahkan mereka meminta maaf untuk meninggalkan dia sendirian dihutan. Dia pergi kehutan dan menghilang.
Mamanua pulang kerumah. Dia
menyimpan pakaian dan sayap di lumbung padi kemudian kembali lagi guna mencari manusia
burung yang cantik itu. Dia yakin akan dapat
menemukannya. Jadi dia pergi bersama
anjingnya. Anjingnya mengendus-endus kearah
jalan manusia burung itu pergi sementara Mamanua mengikuti dari belakang. Tak berapa lama
kemudian anjing menemukan sesuatu diatas pohon, dia menyalak dibawah pohon itu.
Jangan mendekat karena saya telanjang kata manusia
burung yang cantik.
Saya akan membawakan pakaian dan sayap kamu karena saya yang
mencurinya sewaktu kamu mandi; saya minta maaf, kata Mamanua
Mengapa kamu lakukan itu?
Karena kamu perempuan yang cantik dan saya ingin berkenalan;
siapakah kamu? Tanya Mamanua.
Saya adalah Dewi Lumalundung dari Kahayangan; saya adalah
termuda dari sembilan saudara-saudara saya; siapakah kamu? Tanya sang Dewi.
Saya Mamanua seorang petani dan juga pemilik perkebunan tebu
yang kamu curi bersama saudara-saudaramu. Malam
itu adalah malam kedua sewaktu saya mengawasi pencuri-pencuri dan kamu beserta
saudara-saudaramu datang mandi di telaga dan mencuri tebu saya dan pada akhirnya saya
berhasil menangkap salah satu pencuri itu; itulah kamu, kata Mamanua.
Apakah saya seorang pencuri?
Ya betul, kamu seorang pencuri dan harus dihukum, kata
Mamanua
Saya minta maaf, saya pikir hukum di Kahayangan adalah sama
dengan yang ada di Dunia; di Kahayangan kamu dapat makan apapun yang kamu suka, tidak
seorangpun yang bertindak sebagai empunya dari sesuatu; dan juga tidak ada hukuman; jadi
hukuman apa yang akan dilaksanakan? tanaya Lumalundung.
Kamu harus diam di Dunia di rumah saya; kamu dilarang kembali
ke Kahayangan; itulah hukum yang berlaku di Dunia, kata Mamnua
Bolehkah saya mendapatkan pakaian saya dan sayap saya? Tanya
sang Dewi.
Tidak, karena saya tau kamu akan lari dari hukuman, bukankah
begitu? Tanya Mamanua.
Percayalah kepadaku, saya akan menghormati hukum dan saya
tidak akan lari kembali ke kahayangan; saya menerima hukuman kamu; saya adalah Dewi
Lumalundung selalu berbuat yang benar; kamu tidak akan dapat menmui saya karena saya dalam
keadaan telanjang, kata Dewi. Dia
masih tetap diatas pohon terlidung dari kerimbunan daun-daun pohon.
Jika begitu, saya akan membawa barang-barang kamu; maukah kamu
menunggu disini sementara saya akan pulang sebentar? Tanya Mamanua.
OK, saya akan menunggu kamu,
Alangkah senangnya Mamanua, dia pulang kerumah untuk mengambil sayap
dan pakaiannya. Dia berlari cepat membawa
barang-barang itu kembali; dia meletakan barang-barang itu dibawah pohon, kemudian
berbalik ke tempat persembunyiannya.
Dewi Lumalundung mengenakan pakaianya dan sayapnya; dia dapat terbang
lagi dan bahkan dia dapat mengingkari hukum Dunia dan kembali ke Kahayangan. Tidak saya akan tinggal di bumi dengan
Mamanua karena saya telah berbuat kesalahan sebagai seorang pencuri dan harus dihukum;
tetapi Mamanua juga seorang pencuri karena dia mengambil sayap dan pakaianku tanpa
seizinku. Semua masalah yang terjadi di Dunia
membingungkan saya, pikir Dewi Lumalundung.
Apakah engkau seorang pencuri? Karena kamu telah mengambil
sayap dan pakaianku, tanya Dewi Lumalundung.
Sekarang kedua mahluk itu berhadap-hadapan tidak ada lagi
sembunyi-sembunyi.
Mamanua ragu-ragu untuk menjawab karena dia mengakui bahwa dia juga
seorang pencuri. Dia terpesona dengan kecantikan Dewi Lumalundung. Dia memperhatikan mahluk didepannya untuk
sesaat dan lupa menjawab pertanyaan.
Jawab pertanyaan saya atau saya akan meninggalkanmu,
kata Dewi Lumalundung.
Ya saya seorang pencuri tetapi kegiatan ini adalah upaya untuk
menangkap seorang pencuri, yaitu kamu, jawab Mamanua.
Ya saya juga seorang pencuri, tetapi saya tidak tahu bahwa di
Dunia seseorang dapat bertindak sebagai empunya dari sesuatu, kata Dewi Lumalundung.
Jadi apa?,
Tolong lepaskan saya karena saya tidak bersalah dan juga orang
tua saya menunggu saya, kata Lumalundung.
Tidak, kamu tidak dapat, kamu harus menghormati hukum Dunia
karena kamu ada di Dunia sewaktu kejadian perkara itu terjadi, bukan di Kahayangan. Jadi kamu bersalah dan patut dihukum. Apakah kamu mengerti? Kata Mamanua.
Baiklah kamu menang dan saya kalah, jadi apa yang kamu
kehendaki? Kata sang Dewi.
Kamu menanyakan saya? Baiklah saya akan memberikan jawaban
yang cepat, jadilah isteri saya dan tinggalah di Dunia untuk selamanya; saya ingin
mengatakan dari lubuk hati saya yang paling dalam bahwa saya sangat mencintaimu,
kata Mamanua.
Lumalundung menundukan kepalanya karena mukanya merah, apa yang harus
dijawab sekarang.
Mmmm..
Jangan katakan tidak sayangku Lumalundung karena saya adalah
pemenang dan kamu adalah kalah dan ingat saya mencintai kamu, kata Mamanua.
Singkat cerita, pasangan itu melangsungkan perkawinan dan mereka di
anugerahi seorang anak bernama Walansendow. Kakak-kakanya
pernah melakukan kunjungan ke Dunia sewaktu Lumalundung melahirkan.
Masyarakat Tonsea sangat berbangga bahwa salah
seorang dari Datuk-datuknya adalah seorang Dewi dari Kahayangan yang membuat mereka
menjadi masyarakat yang rupawan.