Nun
jauh di kayangan, tersebutlah raja dewa Tsianyang mengawini dewi Wangkuni. Mereka dikaruniai seorang putera bernama
Wangkeng.
Tetapi sayang
terjadi sebuah skandal dalam keluarga dewa ini, bahwa Wangkeng telah jatuh cinta dengan
ibunya sendiri, dewi Wangkuni.
Bagaimana itu
dapat terjadi, hal ini disebabkan Wangkeng sudah lama tidak berjumpa dengan ibunya juga
alasan lainnya adalah dewi Wangkuni tidak pernah tumbuh menjadi tua, tetap cantik.
Tetapi ibunya
mengetahui bahwa Wangkeng adalah anaknya sendiri, jadi dewi Wangkuni menolak cinta anaknya
itu.
Pada suatu hari,
Wangkeng memaksa kehendaknya, tetapi ibunya berteriak meminta tolong, membuat setiap dewa
dan dewi di kayangan mengetahui skandal yang terjadi.
Mereka
melaporkan hal kejadian ini kepada Batara Narada, wakil kepala dewa-dewa yang juga adalah
paman Wangkeng sendiri. Dan kemudian
laporan diteruskan ke ayahanda Wangkeng.
Wangkeng
menghadap kepada ayahanda guna menerangkan apa yang terjadi pada dirinya sendiri dan
bermaksud meminta maaf.
Apakah
engkau tidak menyadari bahwa engkau adalah dewa ? Tanya sang ayah.
Ya, saya
menyadari, mohon maaf ayah. Dewa-dewa dan
manusia adalah sama saja bahwa mereka dapat saja berbuat salah Jawab sang anak.
Tetapi,
perbedaannya adalah akibat dari perbuatannya dan kamu sebagai keturunan dewa seharusnya
tahu perbuatan apa yang hina dan perbuatan apa yang mulia.
Ya saya
tahu, tetapi saya betul betul jatuh cinta kepada ibu seperti layaknya seorang pemuda yang
mencintai gadis. Jadi ayah berilah saya
hukuman
Baik,
kamu harus turun ke dunia. Disana kamu dapat
mengawini perempuan di dunia dan jangan lupa memberi peringatan kepada anak dan cucumu,
jangan jatuh cinta kepada ibunya sendiri
Wangkeng turun
kedunia dan jatuh di laut Cina kemudian dia berenang ke tepi pantai pulau Kalimantan,
tepatnya pantai Kalimantan Barat.
Orang-orang di
Mempawah dan Singkawang hidupnya sebagai nelayan.
sewaktu mereka
sedang menjaring ikan, mereka melihat sesuatu dilaut lepas, seperti ikan besar.
Hey
saudara, lihat disana ada ikan besar, hayo kita tangkap
Sewaktu
ditangkap, ternyata itu manusia, Wangkeng.
Dia masih hidup,
Semua orang memberikan pertolongan dan memberikan obat-obatan kepadanya. Pada akhirnya dia sadar dan bertanya, ada dimana
dia sekarang. Seseorang memberikan
penjelasan dimana dia sekarang.
Siapakah
kamu, dan apa yang terjadi denganmu ? Tanya seorang pemimpin nelayan.
Nama saya
Wangkeng, saya seorang saudagar. Perahu saya
dirampok dan dibakar, semua teman saya dibunuh kata Wangkeng berbohong.
Kami
sangat prihatin tentang itu
Mari kita
bawa korban ini ke darat kata sang pemimpin.
Tidak
terimakasih, saya masih cukup kuat, bahkan saya akan membantu kalian mencari ikan
kata Wangkeng.
Malam itu,
mereka mendapat banyak ikan, lebih banyak dari sebelumnya dan mereka dapat pulang lebih
awal sebelum matahari terbit.
Kamu
tidak perlu bekerja hingga fajar menyingsing, karena ikan-ikan ini sudah cukup banyak
untuk kamu semua, janganlah terlalu tamak dengan ikan.
Semua orang di
perahu itu heran, mengapa sekali ini pekerjaan mereka menjadi mudah, jadi mereka
menduga-duga barangkali Wangkeng ini adalah dewa.
Dusun itu
menjadi gempar dengan kedatangan Wangkeng beserta para nelayan, orang-orang menduga bahwa
Wangkeng pastilah seorang pangeran.
Apakah
nama dari dusun ini ? Tanya Wangkeng.
Dusun ini
hanyalah dusun nelayan saja
Baik
kalau begitu saya akan memberi nama Bangkayang untuk mengingat saya, yang artinya
Pengembara dari Kayangan kata Wangkeng.
Semua orang
menduga-duga, dia bukan pangeran, tetapi Dewa barangkali, tetapi mereka tidak mau
menanyakan hal ini lebih lanjut.
Adalah seorang
perempuan bernama Muning di dusun itu yang jatuh cinta kepada Wangkeng, tetapi dia tidak
mampu untuk mengutarakan cintanya kepada Wangkeng, adalah
sesuatu yang memalukan seorang wanita menyatakan cinta kepada laki-laki didusun itu.
Bangkayang
menjadi dusun yang makmur semenjak kedatangan Wangkeng, disebabkan tanahnya menjadi subur
dan perdagangan menjadi maju.
Tetapi sayang,
Wangkeng hanya tinggal selama 2 minggu, dia harus pergi ke hulu sungai Kapuas. Tidak seorangpun mengetahui alasannya bahkan juga
Muning, mengapa dia harus pergi. Dan juga
tidak seorang pun yang berkehendak menanyakan kepadanya, mengapa dia harus pergi. Mungkin disebabkan dia adalah dewa.
Jadi tinggalah
Muning yang ditinggal pergi. Hari demi
hari dia merindukan Wangkeng. Sampai pada
suatu hari dia bermimpi Wangkeng datang kepadanya dan meminta dia untuk menjadi isterinya.
Kemudian mereka menikah, tetapi hanya
dalam mimpi.
Ibunya sangat
prihatin kepadanya, karena dia semakin malas setelah dia bermimpi kawin dengan Wangkeng. Dia ternyata hamil, itulah sebabnya dia
menjadi malas.
Ibunya menjadi
marah setelah mengetahui bahwa anak gadisnya hamil tanpa suami.
Ibu,
saya
berani sumpah bahwa tidak seorangpun yang menjadi ayah anak yang kukandung kecuali
Wangkeng. Saya telah menikah dengan Wangkeng
walaupun didalam mimpi. Saya percaya
bahwa dia adalah dewa, jadi dia dapat berbuat apapun sekalipun dalam mimpiku kata
Muning.
Itu
adalah kata kamu, tetapi siapa yang mau percaya, karena semua yang kamu katakana itu tidak
masuk akal sama sekali kata ibunya.
Percayalah mamy, Wangkeng adalah dewa. Sekali
lagi saya katakan bahwa saya tidak pernah melakukan hal yang tidak terpuji, tidak pernah
dan tidak pernah..
Siapa
yang percaya Wangkeng itu seorang dewa. Apakah
dewa dapat mati tenggelam dilaut, untung ada nelayan yang mau menolong.
Tetapi
semua orang setuju dengan nama desa kita, Bangkayang yang artinya adalah pengembara dari
surga.
Jadi
kenapa
Jadi itu
berarti semua orang setuju bahwa dia itu adalah dewa.
Muning,
saya tidak mau meneruskan perdebatan ini lagi, pergi dari rumah saya ini dan pergi juga
dari desa ini. Dan mulai sekarang kamu bukan
anak gadisku lagi. Jangan kembali lagi
Muning menjerit
dan menangis sejadinya, Oh Wangkeng dimanakah kamu berada sekarang.
Seseorang
dikampung memberi khabar bahwa wangkeng tinggal di Sintang, sebuah kota di hulu sungai
Kapuas. Kemudian Muning pergi ke Sintang
dengan perahu, menyusul suaminya.
Dia tinggal di
hotel dan mencari khabar akan suaminya. Khabar tentang Wangkeng datang dari yang punya
hotel yang mengatakan bahwa seseorang dengan cirri-ciri seperti Wangkeng pernah tinggal di
hotel ini Dia tinggal untuk dua minggu dan
kemudian pergi ke kota lain sesudah Sintang.
Muning berpikir,
sepertinya Wangkeng kembali ke surga. Tetapi
saya percaya roh nya tetap berada disamping saya.
Setelah dia
tinggal di Sintang selama dua bulan, dia melahirkan seorang bayi laki-laki. Dia memeberi nama Bujang Munang.
Dia mengambil
keputusan untuk tetap tinggal di Sintang selama hidupnya untuk membesarkan anaknya,
sendirian saja.
Muning bekerja
sebagai penenun baju dan berdagang hasil tenunan baju.
Tahun demi tahun di lalui, perdagangan Muning maju pesat. Dia menjadi salah seorang kaya di Sintang. Disamping itu, Muning tidak pernah menjadi tua,
sama seperti ibu mertuanya, dewi Wangkuni.
Setiap orang di
Sintang mengagumi kesuksesannya sebagai pengusaha dan juga kecantikannya. Mungkin dia benar bahwa Wangkeng selalu berada
disampingnya membantu pekerjaannya dan apa yang di kerjakannya.
Bujang Munang
sangat tertekan karena tidak punya ayah. Dia
selalu mengatakan kepada teman-temannya bahwa ayahnya sedang pergi merantau, seperti yang
sering dikatakan oleh ibunya. Teman-temannya
tidak percaya, oleh sebab itu mereka memanggilnya sebagai anak tanpa ayah.
Pada suatu hari
Bujang Munang ingin pergi merantau keluar dari Sintang, untuk mencari ayahnya.
Ibu, usia
saya sudah enam belas tahun, usia yang cukup untuk mencari pekerjaan dan juga mencari ayah
saya.
Anakku
sayang, benar kamu boleh pergi. Tetapi saya
ingin mengatakan sesuatu yang saya rahasiakan kepadamu sebelumnya, bahwa kamu adalah anak
dewa. Saya tahu bahwa itu sangat berat
untuk dipercaya oleh kamu. Dia sudah pergi ke
surga. Oleh sebab itu kamu tidak akan
menemukan ayah kamu sekalipun dicari disemua tempat di dunia ini. Tetapi rohnya akan tetap berada disamping saya dan
juga berada disamping kamu. Dengan itu,
kamu akan mudah mecari rezeki dan juga kamu tidak akan bertambah tua. Ok, selamat jalan nak, jaga dirimu
baik-baik.
Pada suatu hari
Muning kedatangan tamu dari Bangkayang, dia menceritakan bahwa ibu Muning telah meninggal
dunia empat tahun yang lalu. Dia pernah
bermimpi kedatangan Wangkeng dan meminta kepadanya agar Muning dapat dijadikan isterinya. Wangkeng berjanji akan menjaganya. Sejak mimpinya itu ibu Muning mejadi sedih dan
merasa berdosa telah mengusir anak gadisnya. Sejak
itu dia sakit hingga meninggal dunia.
EMPAT PULUH
TAHUN KEMUDIAN
Muning masih
tetap tinggal di Sintang, bahagia dan kaya. Karena
dia sangat mencintai Wangkeng, maka tak terpikirkan untuk kawin lagi, sekalipun banyak
laki-laki muda mengharapkan menjadikan dia isterinya.
Pada suatu hari
Sintang kedatangan sebuah kapal yang berlabuh di pelabuhan Sintang. Kapal itu besar dan bagus, tidak pernah selama ini
ada kapal yang datang sebagus itu.
Rumor yang
tersebar diantara penduduk, bahwa yang punya kapal adalah seorang saudagar muda dan
ganteng yang akan mengikat perdagangan dengan penduduk Sintang.
Saudagar itu
memakai baju sutera yang tentu mahal harganya diikuti dengan para pengawalnya. Dia tersenyum kepada semua orang yang ditemui,
terutama pada gadis-gadis. Nampaknya dia
masih bujangan.
Nama saudagar
yang ganteng ini adalah Tamiang.
Setelah tinggal
seminggu di Sintang, Tamiang bertemu dengan Muning secara tidak sengaja. Muning melihat Tamiang, sebagai seorang muda
yang tampan, seolah-olah dia melihat Wangkeng. Seharusnya
dia adalah Wangkeng katanya didalam hati.
Tamiang
benar-benar langsung jatuh cinta pada pandangan pertama dia melihat. Kemudian dia meminta
kepada pengawalnya untuk merencanakan suatu pertemuan rahasia.
Kemudian
pengawalnya memperkenalkan Muning kepada tuannya, Tamiang.
Apa
khabar, senang sekali bertemu dengan anda kata Tamiang.
Apa
khabar juga, semua orang disini membicarakan anda, saya juga senang bertemu dengan anda
Tamiang memberi
kode kepada pengawalnya untuk pergi meninggalkan dia bersama Wangkuni.
Setelah mereka
berbicara masalah bisnis, kemudian percakapan beralih kepada masalah pribadi.
Bagaimanapun sepintas lalu anda mirip dengan suami saya, Wangkeng
Apa yang
anda katakan ?, Wangkeng ?
Tamiang menjadi
pusing, bagaimana bisa terjadi bahwa perempuan yang dicintai ini adalah ibunya sendiri. Ya
dewa
Hai
kenapa kamu, sakitkah ?
Ah tidak,
saya ingin mengatakan bahwa kamu sebenarnya adalah ibuku sendiri, tetapi kenyataan ini
tidak ingin aku menerimanya. Karena aku mencintaimu,
Kamu seharusnya menjadi kekasihku, aku mencintaimu sungguh, seperti seorang pemuda
mencintai seorang gadis.
Sekarang giliran
Muning pusing, bagaimana mungkin pemuda didepannya adalah anaknya sendiri
Tamiang
aku juga mencintaimu, kamu seharusnya Wangkeng, kamu seharusnya menjadi suamiku. Aku telah
lama menunggu kehadiranmu . Jadi bagaimana
selanjutnya.
Masalah
ini menjadi rahasia yang tertutup, selama orang-orang tidak ada yang tahu, kita akan
selamat. Mulai sekarang kita berjanji antara
aku dan engkau bahwa engkau bukan ibuku lagi. Marilah
kita mengganti identitas kita masing-masing. Gantilah
namamu menjadi Ratna dan halnya Bujang Munang, dia sudah meninggal dunia. Dan rahasiakan masalah ini, OK ?
Kedua kekasih
sudah mengadakan perjanjian rahasia, tetapi rahasia itu sudah diketahui oleh para dewa di
kayangan. Namanya dewa ya dewa, maha
mengetahui.
Kemudian mereka
merencanakan suatu perayaan perkawinan. Juga masyarakat gembira dan senang akan hal itu.
Sementara itu
khabar telah sampai dan menjadi pembicaraan para dewa dan dewi di Kayangan
Sehinnga
Tsianyang perlu memanggil para stafnya untuk mengadakan rapat guna membicarakan masalah
perkawinan itu. Mereka sampai pada kesimpulan
bahwa perkawinan tersebut melanggar hukum surga.
Tiba-tiba
Wangkeng menghadap ayahnya, melaporkan bahwa Tamiang adalah anaknya sendiri
Ayah
izinkan saya turun kedunia untuk menyelesaikan masalah ini, karena Tamiang adalah anakku
sendiri
Apa, jadi
kamu sudah kawin, mengapa tidak pernah bilang-bilang sama kita disini. Jadi Tamiang adalah cucuku.
Nampaknya
Tsianyang tidak marah seperti dulu, karena Wangkeng sudah kawin, jadi dengan demikian
Wangkuni selamat sekarang.
Narada dan
Wangkeng turunlah kamu berdua kedunia dan misi kamu adalah menegakkan hukum surga. Kamu diberi wewenang untuk mejatuhkan hukuman bagi
siapa saja yang melanggar hukum, sekalipun itu adalah familiku atau famili kamu.
Narada dan
Wangkeng turun kedunia untuk menjalankan perintah.
Sementara itu di
Sintang sedang dilaksanakan perhelatan besar , perkawinan antara Ratna dengan Tamiang. Semua orang bahagia dan gembira.
Tiba-tiba di
langit ada halilintar yang menakutkan disertai turunnya dewa Batara Narada dengan dewa
Wangkeng.
Wahai
cucuku Tamiang dan menantuku Muning, kami adalah delegasi dari surga, kami ingin agar kamu
menghentikan perkawinan ini, karena melanggar hukum surga. Tamiang bukankah engkau sudah
tahu bahwa Muning adalah ibumu sendiri, mengapa engkau masih meneruskan perkawinan
ini
Oh dewa
Batara, kami berdua saling mencintai, berikanlah kepada hamba kekecualian dalam masalah
ini. Selain itu juga kita sudah sepakat
untuk mengganti identitas kita masing-masing, hubungan kita bukan lagi sebagai anak dan
ibu.
Sementara itu
Muning telah melihat Wangkeng hadir bersama Batara Narada.
Kemudian Wangkeng mendekati Muning dan meminta Muning untuk mengikuti dia ke surga.
Walaupun Tamiang
sangat mirip dengan Wangkeng, tetapi yang ini adalah Wangkeng yang sesungguhnya, maka
sirnalah cintanya kepada Tamiang dalam semenit.
Tak lama
kemudian Muning menghilang bersama Wangkeng.
Para tamu
ketakutan, ada yang bersembunyi dan ada yang berlarian.
Tamiang menjadi
marah dan malu kepada para undangan yang hadir. Dia
mengamuk sejadi-jadinya, menendang dan meninju siapa-siapa yang didekatnya.
Kemudian dia
mendekati kapalnya kemudian kapal ditendang,
Menakjubkan, kapal melayang
sejauh dua kilometer dan jatuh ke bumi menjadi bukit.
Stop
jangan mengamuk cucuku, engkau masih mempunyai kesempatan untuk kawin dengan perempuan
lain, bersifatlah tenang kata Narada.
Tidak,
saya akan terus mengamuk, karena tindakan kamu tidak adil, saya akan hancurkan dunia ini
Jika kamu
tidak mau berhenti, kami akan menjatuhkan hukuman, apakah engakau mau
Hukumlah,
saya siap menerima hukuman
Maka seketika
Tamiang berubah menjadi ikan.
Pada akhir
cerita, seperti biasa nenek memberikan beberapa komentar.
Jika kamu
bepergian ke Sintang, sebuah kota di tengah Kalimantan, engkau akan melihat suatu bukit
hitam, itulah kapalnya Tamiang. Orang-orang
menamakan Bukit Kelam
Pernahkah engkau melihat
ikan Arwana, ikan yang sangat indah dari Kalimantan, harganya tentu mahal, itulah Tamiang.