Memilah Harapan-harapan Kita
“Harapan yang tertunda menyedihkan hati, tetapi keinginan yang terpenuhi adalah pohon kehidupan.” (Amsal 13:12)
Jhumpa Lahiri, pengarang India pemenang Pulitzer tahun 2000, menyatakan bahwa saat beranjak dewasa, beliau merasa ada pertarungan sejumlah harapan dalam dirinya. Ini terjadi karena Lahiri adalah seorang India yang tumbuh-besar di Amerika. Sebagai warga Amerika, beliau ingin memiliki kehidupan dan pemikiran layaknya orang Amerika; namun sebagai orang India beliau ingin mempertahankan kulturnya. Pada akhirnya, Lahiri menemukan jati dirinya lewat penerjemahan dan kepenulisan fiksi.
Buku-buku motivasi kerap menggunakan kata-kata klise seperti: “Gantungkan cita-cita Anda setinggi bintang di langit”; atau “Anda dapat menjadi apa saja yang Anda inginkan.” Karenanya, kadang kita berpikir bahwa kita sanggup menjadi segala-galanya.
Kita perlu berhikmat terhadap pernyataan-pernyataan seperti di atas. Pertanyaannya: bagaimana jikalau kita menginginkan diri kita menjadi presiden, sekaligus pendeta, aktor, sutradara, astronot, penulis, musisi, pembalap, dan dokter? Benarkah kita sanggup? Tampaknya mustahil – tanpa bermaksud membatasi kuasa Tuhan.
Kaum muda, terutama, perlu memilah harapan-harapannya. Tak ada salahnya berharap menjadi besar suatu saat.Untuk mencapainya, kita perlu berjuang dan memiliki prioritas yang tersusun baik, selain menyadari dengan baik karunia yang Ia berikan kepada kita. Sadari pula kebiasaan hidup kita setiap hari: adakah selama ini merupakan kebiasaan yang akhirnya menuntun kita pada tercapainya harapan-harapan itu? Semoga.
Doa: Tuhan, ajarlah aku agar dapat menjadi orang yang tahu bagaimana memilah harapan-harapan yang ada di dalam diriku. Tuntun aku agar berharap sesuai kehendak-Mu.
© Sidik Nugroho, 2006