Kubilang Juga Apa!
“… jangan ada di antara kamu dengan jalan mengutamakan yang satu daripada yang lain.” (1 Korintus 4:6)
Dalam Pangeran Caspian, C.S. Lewis mengisahkan keempat bersaudara yang masuk kembali ke dunia lain bernama Narnia. Di dalam perjalanan di negeri Narnia itu, suatu ketika mereka menemui dua pilihan jalan di tepi sebuah jurang.
Lucy, salah satu dari keempat bersaudara itu menyatakan bahwa mereka harus berjalan mendaki ke atas, menuju sebuah gunung karena ia melihat Sang Singa samar-samar – sang penguasa Narnia, yang kerap ditafsirkan sebagai Kristus – di atas gunung itu. Semua yang lain tak melihatnya. Hanya Lucy. Ketiga saudaranya yang lain, kali ini bersama seorang kurcaci menyatakan bahwa jalan yang mereka tempuh adalah jalan bawah, menuruni jurang. Lucy kalah kuat. Ia mengikuti dengan sedih.
Lucy ternyata lebih benar kemudian daripada ketiga mereka. Jalanan itu berbahaya. Beberapa waktu kemudian Peter, saudara tertuanya menyatakan kepadanya, “Kau hebat, Lu. Kau sama sekali tak mengatakan kubilang juga apa.”
Mungkin selama ini kita tak seperti Lucy jika telah berhasil membuktikan sebuah kebenaran. Kita jadi sombong, bahkan tak jarang menganggap semua orang lebih bodoh daripada kita. “Kubilang juga apa!” kata kita. Tuhan ingin kita rendah hati. Karena semua manusia dapat berbuat salah, demikian pula dengan kita. Suatu ketika, orang lain dapat berbuat benar kala kita salah. Dan saat itu, rasanya memang kurang nyaman juga mendengar di telinga kita mereka berkata, “Kubilang juga apa!”
“Kesombongan adalah pikiran yang sepenuhnya anti-Allah.” (C.S. Lewis)
© Sidik Nugroho, 2006