Home | Renungan

 

Puisi Rindu Bagi yang Dicinta

 

“Tetapi kami, saudara-saudara, yang seketika terpisah dari kamu, jauh di mata, tapi tak jauh di hati, sungguh-sungguh, dengan rindu yang besar, telah berusaha datang untuk menjenguk kamu.” (1 Tesalonika 2:17)

 

I shall look into your faces

And hear to what you say

And be often very near you

When you think I’m far away

 

Aku akan memandang wajah kalian / Dan mendengarkan apa yang kalian katakan / Dan seringkali aku ada di dekat kalian / Ketika kalian berpikir aku berada jauh. Romantis nian. Puisi rindu sipakah gerangan di atas? Pujangga siapa yang mengarangnya? Ternyata seorang misionaris yang sedang kesepian di pedalaman Afrika. David Livingstone.

 

David Livingstone adalah pria yang hidupnya terkisah dengan berani. Ia adalah man of vision, pria bervisi, untuk meluaskan Kerajaan Allah. Ia rela kehilangan kedekatan dengan keluarga demi melakukan apa yang ia yakini sebagai kehendak Allah di hidupnya.

 

Kita mungkin tak seperti Livingstone yang menjadi misionaris. Kita mungkin seorang pebisnis yang sering bepergian ke luar kota. Atau kita seorang eksekutif yang sibuk sehingga jarang bertemu dengan keluarga di rumah. Nah, kejarangan pertemuan itulah yang membuat kita semestinya tetap mempertahankan cinta kita bagi keluarga. Karena saat kita jauh, godaan untuk berbuat dosa kian besar.

 

Seberapa sering kita bersyukur untuk kepercayaan yang Tuhan berikan lewat profesi kita sehingga Dia memberikan banyak pekerjaan buat kita? Kesibukan kita adalah anugerah Tuhan. Saat kita sibuk, jangan lupakan anugerah-Nya yang lain buat kita: keluarga. Bersyukurlah pula untuk keluarga yang Tuhan telah berikan. Saat kita mampu bersyukur untuk hal ini, maka kita dapat memiliki rindu di dalam hati kita bagi mereka. 

 

© Sidik Nugroho, 2006