Home | Renungan

 

Warta-warta yang Tertinggal

 

“Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” (Kolose 3:23)

 

Tahun 1999, saya menjadi pengurus warta sebuah gereja kecil di Malang. Warta itu digarap dengan komputer sederhana yang saya punya, lalu di-print di sebuah rental komputer.

 

Suatu malam Minggu di bulan Desember, disket yang saya pakai untuk menyimpan file warta tak bisa dibuka di komputer rental. Saat itu hujan deras, namun mau tak mau warta harus selesai malam itu, karena esoknya harus dibagikan kepada jemaat. Akhirnya saya membeli disket baru, pulang kembali ke rumah, pergi lagi ke rental. Untunglah berhasil.

 

Namun, persoalan lain datang! Motor saya waktu itu adalah CB-100 tahun 1978. Bila karburator-nya kena hujan, mogok! Esoknya, jemaat yang datang cuma 6 orang termasuk saya dan setelah ibadah, 3 warta tertinggal di ruang ibadah. Jadi, hanya dua orang selain saya yang membawa warta yang telah dikerjakan susah-payah itu. Itu juga belum tentu dibaca. Saya membatin, mungkin yang saya kerjakan selama ini tak menarik. Saya hampir putus asa. Disket rusak, kehujanan, motor mogok, lalu... warta-warta itu ditinggalkan. Untunglah Tuhan menghibur saya lewat firman di atas.

 

Enam tahun berlalu sejak kejadian itu. Kini, saya dapat mengucap syukur kepada Tuhan. Sejauh ini karya-karya saya yang lain ada yang dimuat di media massa dan memenangkan perlombaan, bahkan terjual di toko buku. Selama ini, jika mungkin kita menganggap bahwa pelayanan yang dipercayakan pada kita sia-sia, baiklah kita belajar setia untuk melakukannya. Tuhan memiliki rencana yang indah untuk mengganjar kesetiaan kita.

 

Doa: Tuhan, ajar aku untuk setia dengan apapun yang dipercayakan kepadaku; aku percaya Engkau memiliki rencana atas semua itu.

 

© Sidik Nugroho, 2006