Dengan terlihatnya kenyataan bahwa reformasi menjadi terlalu
mendetail dan menjadi lambat, maka kiranya saya ingin memberikan
suatu masukan kepada para pemimpin kita sbb:
1. Untuk Presiden Habibie.
Rakyat telah melihat kemauan anda untuk menghapus image bahwa
anda
hanyalah seorang "Anak Suharto".
Namun yang terpenting harus dijaga adalah image anda bahwa anda
tidak
mengiginkan negara akan jatuh kedalam pelukan orang yang bukan
reformis.
Jangan membiarkan mimpi lama GOLKAR yang ingin mendapat fasilitas
"hidup enak" dengan mendompleng anda (dulu Suharto). Kalau perlu
anda
harus menyatakan diri keluar dari "partai" GOLKAR, karena pada
ke-
nyataannya tak mungkin GOLKAR akan menang pemilu (jujur) pada
masa
datang.
Saya yakin jika anda dengan secepatnya memberikan tongkat estafet
yang
kian terasa panas ini kepada seorang pemimpin reformis yang bisa
anda
percaya (diluar GOLKAR, tapi nasionalis murni), maka Indonesia
akan
selamat lahir batin. Selain itu anda tetap menjadi Presiden yang
ter-
hormat karena mundur pada saat masih dipercaya, bukan karena
terpaksa.
Reformasi akan tetap berlanjut jika dipegang oleh orang yang benar
-
benar jujur terhadap nuraninya yang memang menginginkan kemerdekaan
jiwa kita yang telah terbelenggu selama 32 tahun.
Kesimpulan:
Pemilu secepatnya, jangan menunggu tahun depan, jangan sampai
terlambat.
2. Untuk Wiranto.
Saya memahami dilema anda untuk menjaga kesatuan ABRI yang anda
pimpin.
Namun tentunya kita tidak dapat menyimpan bau busuk didalam lingkungan
segar. Karena bau itu tentunya tetap akan mengganggu. Keberanian
anda
haruslah tetap konsisten melakukan perombakan ABRI hinga tahap
yang
paling optimal untuk mendukung profesionalisme ABRI sesungguhnya.
Oportunis dalam ABRI harus jelas - jelas diharamkan dan disingkirkan.
Namun yang perlu diingat adalah ancaman anda bukan dari golongan
sipil,
namun dari oportunis ABRI sendiri yang membina "pasukan liar"
di luar.
Jangan sampai anda kecolongan seperti Medan, Jakarta, Solo kembali.
Gejala mencuri kelengahan anda mulai tumbuh lagi. Walau bagaimanapun
rakyat tetap merasa tenang jika sosok ABRI (loyal) muncul ditengah
rakyat, bawa senjata namun ramah.
Karena rakyat tidak mau jika ABRI membuat suasana seolah aman,
tidak
perlu ditongkrongi namun masih diintip terus pergolakannya. Insting
keamanan rakyat tak dapat dimanipulasi hanya dengan pemandangan.
3. Untuk Amin Rais.
Rakyat telah melihat kesungguhan anda untuk mendampingi bangsa
ini
keluar dari belenggu 32 tahun.
Jika anda dijegal kanan-kiri, itu hanyalah suatu kesirikan orang
lain
yang memang mengakui bahwa andalah yang layak dapat bintang.
Anda tahu mana lawan, dan mana kawan. Tahu juga mana emas, mana
loyang.
Dan saya yakin anda tak akan berkolusi dengan loyang, karena
kemurnian
emas hanya bisa didapat dengan mencampur, namun dengan bakaran.
Tentunya anda tahu emas mana yang telah mengalami pembakaran yang
terlama, namun masih tetap menunjukan keemasannya.
Jangan takut dan ragu untuk menunjukan siapa diri anda, doa orang
beriman dan bertaqwa selalu menyertai orang - orang yang tulus
hati.
4. Untuk Ulama.
Kita harus menyadari bahwa ALLAH tidak berpolitik apalagi berpartai.
Oleh karena itu janganlah kita mencampur adukan ajaran Kanjeng
Nabi
dengan politik Indonesia yang sedang termanipulasi.
Kemenangan suatu parpol tidak menjamin umat untuk masuk surga.
Jangan sampai ucapan suci "Allahu Akbar" menjadi ucapan manusia
bejad
biadab yang tidak mengenal syahadat.
5. Untuk para pemimpin "Partai".
Ikutilah hati nurani anda yang paling dalam, dimana anda telah
mening-
galkannya terlalu lama oleh sebab manipulasi ORBA.
Anda semua tak perlu jadi pemimpin (partai) jika memang sinar
pemimpin
tersirat dari hati anda yang bermuara pada tindakan dan ucapan.
Oleh karena itu barang siapa yang meninggikan dirinya sebagai
pemimpin,
pastilah dia bukan orangnya. Pemimpin akan terangkat secara alami,
bukan meninggikan dirinya sendiri.
Wassalam,
Bujang Prihatin.