[INDONESIA-VIEW] Untuk Dimuat

From: "Bujang Prihatin" <bujang_prihatin@hotmail.com>
To: check@bimamail.com, indonesia_view@hotmail.com
Subject: untuk dimuat
Date: Tue, 23 Jun 1998 01:27:47 PDT

 Memahami Paradigma Ekonomi melalui Politik.

 Telah terbukti bahwa:
 1. Ekonomi Indonesia belum atau tidak dapat berjalan tanpa adanya
 "PUTARAN MATA UANG ASING (DEVISA)".
 2. Tidak akan ada masukan devisa jika tidak ada perdagangan antar
 negara.
 3. Tidak akan ada perdagangan antar negara jika tidak ada "JARINGAN
    PEDAGANG ANTAR NEGARA".
 4. Jaringan pedagang antar negara hanya bisa berjalan jika:
         - Keamanan modalnya tidak terganggu.
         - Keamanan berusaha terjamin.

 Dari empat bukti di atas mari kita lihat apa hubungannya dengan situasi
 di Indonesia.

 Kenyataan di Indonesia adalah:
 Jaringan pedagang di Indonesia untuk sementara ini (atau sampai kapan)
 memang sedang mati suri. Jaringan utama atau arterinya telah terputus.
 Kalaupun ada itu hanyalah saluran kecil saja.

 Mengapa hal ini terjadi?.

 Karena para pelakunya yang notabene adalah saudara - saudara kita orang
 Tionghoa tidak atau belum mau memutar kembali jaringan usahanya.

 Merekalah yang sesungguhnya (bukan dominasi, tapi terbanyak) membangun
 jaringan perdagangan antar negara tersebut untuk Indonesia. Sehingga
 putaran devisa mengalir dengan deras ke Indonesia.
 Merekalah yang memutar uang mondar-mandir
 Jakarta-Singapur-Taipeh-Hongkong-
 Bangkok-Los Angeles-San Fransisco-Tokyo-Jakarta.

 Bukan karena mereka cinta Indonesia, tetapi karena mereka lahir dan
 tinggal di Indonesia, dan mereka adalah pengusaha betulan (bukan jadi-
 jadian).

 Jadi sebetulnya tanpa perlu gembar-gembor himbauan dari pemerintah pun
 secara otomatis mereka akan berusaha di Indonesia, karena di sinilah
 rumah dan tempat usaha mereka.

 Mereka telah menjadi warganegara Indonesia tanpa perlu dihimbau untuk
 ganti nama, dan punya bukti WNI.
 

 Mengapa belum mau berusaha lagi?.

 Karena alasan atau bukti nomor 4 (empat) di atas tidak terpenuhi.

 Entah mengapa sampai sekarang sampai sekarang saya hanya mempunyai kesan
 yang mengundang mereka pulang kok cuma Amin Rais.

 Habibi hanya setengah hati, Wiranto belum pernah (minta maaf aja nggak).
 Adi Sasono (wah ini sih tidak perlu. saya ini kan mentri koperasi
 pribumi).
 Ginanjar terlalu pendek mulutnya untuk berucap butuh, saat ini dia hanya
 berlindung dengan kesibukan yang tidak sibuk dari IMF.

 Jadi saya himbau orang-orang inilah yang harus bicara dan bertindak
 untuk
 memenuhi syarat nomor empat tadi.

 Tapi sebelum mereka ini memenuhi anjuran saya, maka dengan malu hati
 saya terpaksa ngomong duluan lah. Moga-moga netter lain terutama yang
 ngaku Melayu dan tidak "bahlul" punya pikiran yang sama.

 Ucapan saya untuk saudaraku orang tionghoa penghuni dan bagian
 Indonesia:
 "Saya hanya bisa mewakili diri saya sendiri untuk mengucapkan
 MAAFKAN SAYA, DAN KEMBALILAH TANPA RASA TAKUT UNTUK KITA BERUSAHA
 BERSAMA
 LAGI MEMBANGUN BISNIS KITA".

 Tapi memangnya saya ini apa?, apa saya yang menjamin?...
 Untuk temen-temen yang tahu alamat email saudara-saudara tionghoa kita
 atau situs-situsnya, tolonglah di forward gitu.

 Untuk bapak ADI SASONO & RAHARDI RAMELAN, aku iki pengen weruh njero
 utekmu iku opo.

 thanks.
 Bujang Prihatin