Memahami Paradigma Ekonomi melalui Politik.
Telah terbukti bahwa:
1. Ekonomi Indonesia belum atau tidak dapat berjalan tanpa adanya
"PUTARAN MATA UANG ASING (DEVISA)".
2. Tidak akan ada masukan devisa jika tidak ada perdagangan antar
negara.
3. Tidak akan ada perdagangan antar negara jika tidak ada "JARINGAN
PEDAGANG ANTAR NEGARA".
4. Jaringan pedagang antar negara hanya bisa berjalan jika:
- Keamanan modalnya
tidak terganggu.
- Keamanan berusaha
terjamin.
Dari empat bukti di atas mari kita lihat apa hubungannya dengan
situasi
di Indonesia.
Kenyataan di Indonesia adalah:
Jaringan pedagang di Indonesia untuk sementara ini (atau sampai
kapan)
memang sedang mati suri. Jaringan utama atau arterinya telah
terputus.
Kalaupun ada itu hanyalah saluran kecil saja.
Mengapa hal ini terjadi?.
Karena para pelakunya yang notabene adalah saudara - saudara kita
orang
Tionghoa tidak atau belum mau memutar kembali jaringan usahanya.
Merekalah yang sesungguhnya (bukan dominasi, tapi terbanyak) membangun
jaringan perdagangan antar negara tersebut untuk Indonesia. Sehingga
putaran devisa mengalir dengan deras ke Indonesia.
Merekalah yang memutar uang mondar-mandir
Jakarta-Singapur-Taipeh-Hongkong-
Bangkok-Los Angeles-San Fransisco-Tokyo-Jakarta.
Bukan karena mereka cinta Indonesia, tetapi karena mereka lahir
dan
tinggal di Indonesia, dan mereka adalah pengusaha betulan (bukan
jadi-
jadian).
Jadi sebetulnya tanpa perlu gembar-gembor himbauan dari pemerintah
pun
secara otomatis mereka akan berusaha di Indonesia, karena di
sinilah
rumah dan tempat usaha mereka.
Mereka telah menjadi warganegara Indonesia tanpa perlu dihimbau
untuk
ganti nama, dan punya bukti WNI.
Mengapa belum mau berusaha lagi?.
Karena alasan atau bukti nomor 4 (empat) di atas tidak terpenuhi.
Entah mengapa sampai sekarang sampai sekarang saya hanya mempunyai
kesan
yang mengundang mereka pulang kok cuma Amin Rais.
Habibi hanya setengah hati, Wiranto belum pernah (minta maaf aja
nggak).
Adi Sasono (wah ini sih tidak perlu. saya ini kan mentri koperasi
pribumi).
Ginanjar terlalu pendek mulutnya untuk berucap butuh, saat ini
dia hanya
berlindung dengan kesibukan yang tidak sibuk dari IMF.
Jadi saya himbau orang-orang inilah yang harus bicara dan bertindak
untuk
memenuhi syarat nomor empat tadi.
Tapi sebelum mereka ini memenuhi anjuran saya, maka dengan malu
hati
saya terpaksa ngomong duluan lah. Moga-moga netter lain terutama
yang
ngaku Melayu dan tidak "bahlul" punya pikiran yang sama.
Ucapan saya untuk saudaraku orang tionghoa penghuni dan bagian
Indonesia:
"Saya hanya bisa mewakili diri saya sendiri untuk mengucapkan
MAAFKAN SAYA, DAN KEMBALILAH TANPA RASA TAKUT UNTUK KITA BERUSAHA
BERSAMA
LAGI MEMBANGUN BISNIS KITA".
Tapi memangnya saya ini apa?, apa saya yang menjamin?...
Untuk temen-temen yang tahu alamat email saudara-saudara tionghoa
kita
atau situs-situsnya, tolonglah di forward gitu.
Untuk bapak ADI SASONO & RAHARDI RAMELAN, aku iki pengen weruh
njero
utekmu iku opo.
thanks.
Bujang Prihatin