Jawa Pos, Sabtu, 19 Okt 2002
Gelbard Beber Dana Laskar Jihad
SYDNEY - Mantan Dubes AS di Indonesia Robert S. Gelbard mengaku sangat paham
dengan gerakan militan di Indonesia. Semasa bertugas di Jakarta sebelum digantikan
Ralph L. Boyce, Gelbard bahkan sudah menaruh perhatian serius terhadap
keberadaan Laskar Jihad (LJ) sebelum pekan ini membubarkan diri.
Dalam wawancara yang dimuat situs The Sydney Morning Herald kemarin, Gelbard
menuturkan, semasa bertugas di Jakarta, dirinya merasa "terganggu" melihat
hubungan LJ dengan oknum-oknum petinggi di TNI. Ini terjadi saat konflik Ambon
memuncak.
Disebutkan pula, seorang jenderal di TNI -yakni mantan Pangkostrad- telah
mengalihkan jutaan dolar dana TNI-AD, lantas memberikan sekitar USD 7 juta (sekitar
Rp 63 miliar) ke LJ. Gelbard tidak menyebutkan bagaimana LJ memanfaatkan dana
sebesar itu.
Selain itu, Gelbard yakin mantan Panglima TNI Jenderal Wiranto juga
mendukung LJ, baik dalam pendanaan maupun kelengkapan senjata. "Kami
yakin Wiranto juga memberi mereka uang. Ketika saya masih di Indonesia,
televisi AP menayangkan, TNI di Ambon membagi-bagikan senjata kepada
Laskar Jihad. Kami melihatnya. Saya lantas mengatakan masalah ini kepada
pemerintah (Indonesia). Lagi-lagi, mereka tidak tertarik," paparnya.
Gelbard tidak menyebutkan kemungkinan pembubaran LJ itu disebabkan mereka kini
tidak lagi didukung orang-orang yang punya pengaruh di TNI. Juga, apakah
pembubaran LJ itu disebabkan mereka sudah tidak lagi menerima pasokan uang dari
para oknum pejabat di TNI.
Benarkah tuduhan Gelbard itu? Mantan Panglima Laskar Jihad dan Pimpinan Forum
Komunikasi Ahlussunnah Wal Jamaah (FKAWJ) Ustad Ja'far Umar Thalib tegas
membantah. Sembari berkelakar, dia membayangkan, dirinya sudah kaya raya jika
benar menerima duit Rp 63 miliar.
"Kalau dapat duit sebanyak itu, ya Laskar Jihad tidak mungkin lagi nyari duit di
perempatan jalan," ujar Ja'far saat dihubungi Jawa Pos tadi malam.
Tokoh yang kini memilih berkonsentrasi memimpin pondok pesantrennya di Desa
Dogelan Sleman, Jogjakarta, itu lebih jauh membayangkan, jika ada uang sebanyak
itu, tidak mungkin para santrinya berada pada kondisi yang mengenaskan, seperti
kelaparan dan sebagainya.
Ja'far lantas menjelaskan, untuk menunaikan misi jihadnya ke Maluku, LJ memilih
mencari dana mandiri. Yakni, menyebarkan para santrinya ke sejumlah perempatan
jalan di berbagai pelosok tanah air. Seperti di Jakarta, Bandung, dan Solo. Dari
situlah, LJ mendapatkan dana yang cukup untuk membiayai perjuangannya.
Ustad Ja'far juga menjawab tegas bahwa pembentukan LJ tidak dimaksudkan untuk
melayani kepentingan orang tertentu atau petinggi di TNI. Untuk meyakinkan jawaban
ini, dia pun menyatakan sama sekali tidak pernah ketemu, telepon, ataupun titip
salam kepada kedua jenderal yang dimaksud. Pembubaran LJ juga tak berkaitan
dengan dana atau kepentingan para jenderal yang tak lagi punya posisi strategis di
TNI.
"Bagaimana dikatakan bahwa saya mempunyai hubungan dengan keduanya?"
tanyanya balik.
Lantas, bagaimana dengan jenderal-jenderal yang dimaksud Gelbard? Ketika Jawa
Pos mencoba mengonfirmasi tudingan Gelbard itu, Wiranto tidak bisa dihubungi.
Menurut ajudannya, dia sedang ke luar kota. Sangat mungkin, mantan Pangkostrad
yang dimaksud Boyce itu sudah beristirahat. (lex)
All Rights Reserved © Jawa Pos 2002 , Design by Jawa Pos DotCom
|