Bantah-membantah
Tanggapan-tanggapan Joshua Lainnya
Salam Sejahtera!
Saudara-saudara semuanya,
Saya salut pada usaha Republika untuk manggali dan mencari kebenaran dan
keadialan di Poso, walaupun kebenaran dan keadilan itu akhirnya muncul terbalik.
Begitupun, saya harus berterima kasih, karena tayangan Republika membantu saya
untuk juga mengungkapkan suatu kebenaran, yang semoga tidak muncul terbalik.
Di dalam tayangan Republika, Selasa, 03 September 2002 [Bara Konflik Poso (1) -
Tentara Asing Memasuki Poso?], dikatakan bahwa "Munculnya keterlibatan pihak
luar di konflik ini juga dianggap sebagai pemicu hingga konflik ini tak kunjung reda.
Bahkan pihak Muslim mensinyalir adanya sekelompok orang asing yang membantu
kelompok Kristen di konflik tersebut"
Setelah mengatakan adanya pihak luar yang dianggap sebagai pemicu hingga konflik
ini tak kunjung reda, Republika hanya mengomentari satu sisi, yaitu sisi Kristen,
itupun dengan menggunakan istilah "mensinyalir", yang tidak berisikan kepastian
berdasarkan bukti. Sayangnya pula, Republika tidak mengungkapkan kemungkinan
adanya "kamp pelatihan Jihad binaan Al Qaeda", seperti yang dilaporkan banyak
media, termasuk Masariku Network. Tetapi coba kita lihat "sinyalir" Republika ini dari
sisi lain.
Menurut Republika pula, Kasatserse Polres Poso, AKP M Yusuf, mengatakan bahwa
"Berdasarkan laporan intelijen, hingga kini informasi itu tidak benar. Bahkan Danrem
Tandulako, Kolonel Suwahyu, menilai kabar itu sebagai ''cerita lama.'' (kabar bahwa
adanya pesawat ringan Cessna atau helikopter yang menurunkan senjata atau
logistik di kawasan Tentena. Pernyataan-pernyataan ini menarik, sebab baik Polisi
maupun TNI, berdasarkan laporan intelijen, membantah adanya pasukan asing di
Poso, untuk membantu pihak Kristen.
Yang paling menarik adalah kenyataan bahwa Mebas TNI di Cilangkap, Jakarta,
kemudian mengirimkan pasukan Kopasus untuk menyelidiki keberadaan pasukan
asing di Poso, dan sampai sekarang, tidak ada kabar resmi dari pasukan Kopasus
tersebut, entah sudah ditarik, masih ada, atau sudah lenyap menjadi pasukan
misterius ninja hijau.
Pengakuan Polisi dan TNI setempat tidak memberikan alasan untuk mengirimkan
pasukan TNI Kopasus ke Poso. Artinya, pengiriman pasukan TNI Kopasus hanya
berdasarkan "sinyalemen" yang dikatakan Republika, berasal dari pihak Muslim
Poso. Lalu apa kekuatan "sinyalemen warga Muslim Poso terhadap kebijaksanaan
Mabes TNI?" "Apa hubungan "sinyelemen warga Muslim Poso" dengan kemunculan
"pasukahn ninja hijau ala Ambon" di antara warga Kristen Poso? Apapun jawabannya,
sekali lagi saya sampaikan terima kasih saya kepada Republika, untuk mengungkit
masalah ini.
Kebiasaan bantah-membantah aparat TNI/POLRI yang akhirnya memperlihatkan
kejanggalan kebijaksanaan Mabes TNI, ternyata memang diwarisi dari Mabes
masing-masing. Saya masih ingat ketika para Jenderal TNI di Jakarta, baik yang aktif
maupun yang purnawirawan, membantah keterlibatan Kopasus di dalam kasus
pembunuhan Bpk. Theys H. Eluay. Pejabat TNI Maluku membantah keterlibatan
Kospasus di dalam kasus penyerangan dan pembantaian di desa Kristen Soya,
Ambon, dan kasus pembongkaran rumah milik Ketua FKM dan warga Kristen
Kudamati, serta kasus perebutan Berty Coker dengan Polda Maluku.
Sekarang, muncul lagi bantahan dari Panglima TNI, Jenderal Endriartono Sutarto,
bahwa "Kopassus tidak terlibat penyerangan di Timika, Papua yang menyebabkan 3
karyawan PT Freeport yang 2 di antaranya adalah warga Amerika Serikat (AS)." Apa
dasar bantahannya? Cuma masalah seragam! Lalu, supaya bantahannya bisa lebih
kuat, mumpung bersenjata, sang Panlima TNI lalu sesumbar, "LSM yang ngomong
begitu tabokin saja!" Wah…wah…wah….. Bukankah prajurid itu penegak hukum,
keadilan di dalam tanggung jawab untuk melindungi rakyat? Jangan asal bicara pak
panglima. Apa dasar bapak menuduh GPK? Seragam lagi kan? Walau AS sudah
menyatakan terima kasih, jangan rakyat ditipu pula, bahwa AS itu pandai dan harus
basa-basi. Kopsus tidak sampai harus ikut menyerang dan cukup memberikan jalan
juga kan?
Mengapa saya berkata demikian Pak Panglima TNI? Karena sudah "terlalu banyak
kasus", mulai dari Aceh sampai Papua, dan Mabes TNI beserta jajarannya di seluruh
daerah sudah terlalu sering "membantah seadanya!". Jangankan "menabok" Pak,
hilang kendali dan bicara mau main tabok/pukul saja, sudah memperlihatkan apa dan
siapa yang ada di balik kebijakan Mabes TNI. Bapak heran masih ada penduduk
illegal di Poso, tetapi tidak heran kalau ada pasukan asing di sana, dan karena itu
mengirim pasukan Kopasus ke Poso? Lihat! Apa akibatnya? Mau bantah lagi Pak?
Silahkan terus bantah-membantah, sebab kami rakyat kecil sudah tahu belangnya
Pak.
Tuhan Yesus kiranya mengampuni Bapak dan TNI.
Salam Sejahtera!
JL.
|