KOMPAS, Jumat, 30 Agustus 2002, 19:15 WIB
Panglima TNI Heran Masih Ada Kelompok Pendatang di Poso
Jakarta, Jumat
Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto menyatakan heran karena masih ada
kelompok pendatang di Poso yang kehadirannya tidak memperbaiki keadaan. "Saya
tidak faham mengapa kelompok-kelompok itu masih harus berada di sana (Poso)
yang justru hanya memperkeruh situasi, bukan memperbaiki," kata Panglima kepada
wartawan di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Jumat.
"Jika Poso tidak ditetapkan dalam keadaan darurat, memang tak ada alasan untuk
melarang warga berkunjung ke sana. Kita tidak ada hak melarang mereka," katanya.
Ditanya siapa kelompok pendatang yang dimaksud itu, Jenderal Endriartono Sutarto
menolak menyebutnya. "Tak usah, kamu sebenarnya sudah tahu," katanya kepada
wartawan.
Belum lama ini, Ketua Komisi I DPR Ibrahim Ambong meminta aparat keamanan
(TNI-Polri) di Poso untuk lebih memfokuskan aksi "sweeping" senjata terhadap para
pendatang, sebab ia yakin bukan penduduk lokal Poso yang melakukan aksi-aksi
penyerangan bersenjata selama ini. "Sweeping senjata oleh aparat keamanan harus
resmi, dan difokuskan kepada para pendatang yang mencurigakan. Kalau sweeping
senjata dilaksanakan serentak di Poso, dikhawatir kan malah justru akan
menimbulkan ketakutan, karena rakyat di sana cinta damai," kata anggota DPR yang
putera Sulawesi itu.
Senada dengan Ibrahim, Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Tanah Poso,
Aranteto, meminta aparat keamanan bertindak tegas terhadap kelompok sipil
bersenjata yang masih melancarkan sweeping KTP dan penyerangan bersenjata
belakangan ini. Memanas lagi Poso yang mulai damai usai ditandatanganinya
Perjanjian Malino I, memanas lagi belakangan ini, seperti terjadinya pemboman bus
dan penyerangan atas sejumlah desa. Pada 4 Agustus 2002, Desa Matako diserang
gerombolan sipil bersenjata yang mengakibatkan enam orang luka dan empat personil
Pam Swakarsa Desa Matako hilang.
Desa Malitu pada 6 Agustus 2002 diserang sipil bersenjata dengan menggunakan
senjata organik. Akibatnya, 21 rumah terbakar, dan penduduk mengungsi ke Desa
Takura dan Lembomawo. Turis asal Italia, Lorenso Taddei (34) juga tewas hari Kamis
(8/8) sekitar pukul 19.35 WITA saat mobil yang ditumpanginya ditembak kelompok
tak dikenal di Desa Mayoa Kecamatan Pamona Selatan, sekitar 200 Km selatan kota
Poso. Sementara itu, Desa Sepe dan Silanca sudah dalam keadaan tegang sejak 6
Agustus, karena adanya konsentrasi massa di Desa Labuan dan Dusun
Buyunkatedo. Hal itu sudah dilaporkan kepada Menko Polkam Susilo Bambang
Yudhoyono dan Menko Kesra Jusuf Kalla.
Meski demikian, aksi penyerangan oleh kelompok orang tak dikenal di Desa Silanca,
Sepe dan Rononuncu, terjadi pada Senin (12/8) malam menyebabkan lima warga
setempat tewas dan dua lainnya mendertita luka berat. Mulai Sabtu hingga Senin
(11/8), dilaporkan telah terjadi aksi "sweeping" KTP di Desa Sajo, Poso Kota, dan
Takur, serta disebutkan ada sejumlah penduduk yang hilang akibat aksi itu.
Pada 15 Agustus, Desa Mayumba, Kecamatan Mori Atas (138 Km, selatan Kota
Poso) diserang dan dibakar massa tak dikenal yang mengakibatkan empat warga
setempat tewas dan seorang luka parah.(Ant/jy)
Copyright © 2002 PT. Kompas Cyber Media
|