The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

Bom Meledak di Lapangan Merdeka Ambon


KOMPAS, Jumat, 6 September 2002

Bom Meledak di Lapangan Merdeka Ambon

* Tiga Atlet Pelajar Tewas

Ambon, Kompas - Tiga atlet pelajar Kota Ambon tewas setelah bom dengan daya ledak tinggi meledak di tribun Lapangan Merdeka Ambon, Kamis (5/9) petang pukul 17.40. Korban tewas semuanya pelajar, masing-masing bernama Carla Personay (14), Joke Siahaya (14), dan Dewi Soplantila (17). Delapan pelajar lainnya mengalami luka berat dan ringan, kini dirawat di rumah sakit terdekat.

Sampai pukul 19.20, tim penjinak bahan peledak (Jihandak) Brimob Organik Polda Maluku masih melakukan penyelidikan di tribun kiri Lapangan Merdeka. Ledakan bom merusak bagian duduk tribun tersebut sehingga bolong sepanjang satu meter. Di atas tribun berserakan potongan kaus olahraga, delapan pasang sepatu dan ransel yang tercabik-cabik. Pada beberapa tempat, darah tercecer dan kaca yang diduga berasal dari bahan peledak tersebut bertebaran. Polisi langsung memasang police line sesaat sebelum tim Jihandak melaksanakan tugasnya.

Kepala Polres Pulau Ambon Ajun Komisaris Besar Noviantoro yang ditemui di lokasi membenarkan adanya tiga korban tewas. Namun demikian, dia belum bersedia menyebut secara rinci identitas korban. "Masih harus dicek lagi," katanya.

 Seluruh korban diangkut ke rumah sakit yang berbeda, yakni RS Al Fatah 4 orang, RS GPM 3 orang, RS Bakti Rahayu 3 orang, dan seorang di RS Haulusi. Korban yang meninggal dari RS GPM (Carla dan Joke) dan RS Bakti Rahayu (Dewi).

 Menurut saksi mata yang tidak bersedia disebutkan identitasnya, korban yang seluruhnya atlet pelajar itu tengah melakukan latihan atletik sebagai persiapan Popnas (Pekan Olahraga Pelajar Nasional). Namun, di antara mereka ada juga atlet mahasiswa yang melakukan pelatihan kepada para pelajar tersebut. Saat itu korban tengah melakukan pelemasan di dua tribun kiri dan kanan. Namun bom meledak di bagian tribun kiri, tempat para pelajar menyimpan pakaian dan ranselnya.

Di Kota Ambon sendiri, terdapat sekolah-sekolah unggulan model Ragunan untuk cabang tinju, atletik, dayung, dan sepak bola. Mereka dipersiapkan untuk menghadapi Popnas dan melakukan latihan secara intensif di Lapangan Merdeka yang tribunnya menghadap puing-puing Kantor Gubernur Maluku. Dua korban tewas, yakni Carla dan Joke, adalah pelajar SLTP unggulan untuk cabang atletik, khususnya lari.

Sampai berita ini diturunkan pukul 20.15 waktu setempat, tim Jihandak Brimob berhasil mengambil sampel ledakan berupa ransel, beberapa pasang sepatu olahraga, potongan kaus, dan potongan kaca dan semen yang pecah berkeping-keping akibat ledakan tersebut.

 Lapangan Merdeka sendiri yang merupakan "kawasan netral" di Kota Ambon, yakni tempat bertemunya dua komunitas yang selama ini bertikai, dijadikan latihan atletik atau sepak bola setiap harinya. Setiap pagi dan terutama sore hari, lapangan tersebut dipenuhi, baik oleh para atlet yang menekuni cabang-cabang olahraga tertentu, maupun penduduk biasa yang akan berolahraga.

Peristiwa ledakan bom itu tidak mengubah suasana Kota Ambon. Aktivitas berjalan sebagaimana hari-hari sebelumnya. Hanya saja, peristiwa itu begitu cepat menyebar dari mulut ke mulut, sehingga warga masyarakat di dua komunitas masing-masing berbicara soal ledakan yang terjadi di Lapangan Merdeka itu.
 
 

Suksesi gubernur

 Sebelum peristiwa itu terjadi, Panglima Kodam Pattimura, Mayjen Djoko Santoso di Ambon, Kamis kemarin pagi mengemukakan, kerawanan sosial di Kota Ambon masih harus terus diwaspadai, khususnya menjelang suksesi Gubernur Maluku Oktober 2002 mendatang.

"Antisipasi adalah kewajiban kami bersama Polri yakni melakukan pengamanan menjelang suksesi gubernur. Yang jelas suksesi mengandung sejumlah kerawanan," kata Djoko.

Ia menambahkan, tidak tertutup kemungkinan adanya penambahan aparat keamanan jika hal itu diperlukan untuk mengantisipasi kerawanan. Untuk seluruh Kota Ambon, misalnya, jam malam sampai saat ini tetap diberlakukan. Ini dimaksudkan untuk mendisiplinkan masyarakat.

Ditanya tentang indikasi kerawanan menjelang suksesi gubernur, Djoko menjelaskan, saat ini ada kerawanan sosial yang paradoksal. Di satu sisi rakyat ingin melakukan rekonsiliasi, tetapi di sisi lain dalam hal suksesi gubernur, pendapat masyarakat sudah terkotak-kotak apakah dalam suksesi gubernur nanti dilaksanakan tepat waktu, diundur waktunya, atau dipilih caretaker. (PEP)

Copyright © 2002 PT. Kompas Cyber Media
 


Copyright © 1999-2001 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/unpatti67
Send your comments to
alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044