KOMPAS, Jumat, 13 September 2002, 15:30 WIB
Kapolri: Pengganggu Keamanan di Ambon Teridentifikasi
Laporan : Lily Bertha Kartika
Jakarta, KCM
Kepala Kepolisian RI Jenderal (Pol) Dai Bachtiar menjelaskan, Polri telah
memperoleh identitas para preman yang menjadi bagian dari kelompok pengganggu
keamanan di Ambon, beberapa waktu belakangan ini. Saat ini Polri tinggal mencari
fakta-fakta hukum agar dapat mengambil tindakan pada para preman tersebut.
Ditemui wartawan usai menunaikan ibadah shalat Jumat (13/9) di Markas Besar Polri,
Jakarta, Dai menyatakan kelompok yang teridentifikasi ini bukan kelompok baru.
Kelompok ini terdiri dari campuran anggota komunitas di Ambon, yang sejak awal
tidak menginginkan perdamaian.
Tentang adanya sisa desertir TNI/Polri, Dai tidak menutup kemungkinan itu dan
menyebut mereka dengan sebutan adventurir. "Dan mungkin di dalamnya ada juga
preman dan juga sisa desertir TNI, yang walaupun kecil tapi bisa saja bercampur.
Itulah makanya kami sedang menginventarisir dan melakukan penyelidikan, sampai
kami mendapatkan fakta hukum untuk bisa menindak mereka," kata Dai.
Untuk jajaran Polri, hingga saat ini tercatat 19 orang desertir yang juga memiliki
kemungkinan bergabung dengan kelompok pengacau keamanan tersebut. "Kalau dari
Polri desertir yang kita tahu ada 19 orang, kalau mereka tidak semuanya kembali,
bisa saja ada yang bergabung di kelompok itu," lanjut Dai.
Kapolri menilai, beberapa kasus peledakan yang sudah terjadi di Ambon
membuktikan kelompok tadi sengaja melakukan aksi, semata-mata untuk
menimbulkan kekacauan keamanan. Namun diyakini, masyarakat pada dua
komunitas di Ambon tidak akan terpancing dengan aksi tersebut.
Dai menegaskan, dari hasil kunjungan terakhirnya kemarin (Kamis, 12/9) kondisi
Ambon secara umum telah mulai pulih, termasuk masyarakat yang telah saling bantu
membersihkan sisa-sisa bekas kerusuhan.
"Di lingkungan Polri sendiri (di Ambon), asrama Tantui sudah sebagian besar
terbangun dan sekarang sudah mulai ditempati. Selain itu Sekolah Polisi Negara
Paso yang dulu di sana digunakan sebagai tempat pengungsi Polri dan keluarganya,
sekarang sudah kembali bersih dan sudah kita fungsikan lagi sebagai tempat
pendidikan," paparnya.
Timika
Pada bagian lain, Dai juga menjelaskan tentang kelanjutan penanganan kasus
penyerangan bersenjata oleh kelompok tak dikenal di Timika, Papua yang
menewaskan dua warga negara Amerika Serikat (AS) dan seorang warga negera
Indonesia (WNI) beberapa waktu lalu.
Kapolri mengaku telah bertemu dengan salah satu pejabat Kedutaan Besar AS
berkaitan dengan kasus kasus tersebut. Dai menyatakan Indoenesia menghargai jika
ada tawaran dari AS untuk membantu penyelidikan Polri secara profesional. "Tapi
waktu itu saya katakan pada mereka, saat ini kita belum membutuhkan bantuan itu,
sebab sekarang kita sedang memproses kasus ini," ujar Dai.
Dai juga menyebutkan, Biro Penyelidik Federal (FBI) sempat menawarkan bantuan
penyelidikan gabungan bersama Polri, tetapi sampai saat ini bantuan tersebut lebih
diposisikan sebagai bantuan asistensi. (glo)
Copyright © 2002 PT. Kompas Cyber Media
|