The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

Polisi Tolak Kaitkan dengan Isu Terorisme


KOMPAS, Selasa, 24 September 2002

Ledakan Granat di Dekat Mess Kedubes AS
Polisi Tolak Kaitkan dengan Isu Terorisme

Jakarta, Kompas - Sebuah ledakan berasal dari granat nanas terjadi di dalam mobil Toyota Kijang warna biru metalik bernomor polisi B 8602 SD di Jalan Teluk Betung, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (23/9) pukul 03.30. Polisi menduga granat yang menewaskan Abdul Azis (28), salah seorang penumpang Toyota Kijang, akan dilemparkan ke mess kosong milik Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS). Namun, pihak Kepolisian RI (Polri) menolak mengaitkan kejadian tersebut dengan isu Indonesia sebagai tempat teroris seperti dituduhkan negara-negara tertentu.

"Hal ini sedang kita dalami secara intensif, apakah memang ada satu kelompok khusus yang melakukan ini, atau orang per orang, atau ada hal-hal yang lain. Kebetulan mereka ini dari identitasnya adalah orang-orang Maluku. Tetapi, bagaimana hubungannya, dengan siapa hubungannya, ini sedang dalam pemeriksaan intensif," kata Kepala Polri Jenderal (Pol) Da'i Bachtiar menjawab pers usai rapat koordinasi dengan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) Susilo Bambang Yudhoyono, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono, dan Wakil Ketua DPR Soetardjo Soerjoguritno di Markas Besar Polri, Jakarta, Senin.

Pertemuan itu dilakukan mendadak menyusul terjadinya ledakan karena dalam agenda Kepala Polri tidak teragendakan acara tersebut. Namun, Menko Polkam Yudhoyono mengatakan, "Pertemuan itu hanya merupakan koordinasi dengan Kepala Polri dan Kepala BIN menyangkut masalah keamanan, yaitu masalah Aceh, Papua, dan hal lain yang sifatnya mempertahankan kedaulatan negara."

Yudhoyono tidak bersedia memberikan keterangan lebih lanjut soal ledakan granat di Jalan Teluk Betung, yang diperkirakan akan dilemparkan ke mess Kedutaan Besar AS. "Tanya saja ke Kepala Polri," ujarnya, sambil bergegas memasuki mobilnya.

Kepala BIN Hendropriyono, yang sebelumnya bersama-sama dengan Menko Polkam Yudhoyono dan Kepala Polri Da'i Bachtiar menemui wartawan di teras Mabes Polri, juga buru-buru pergi meninggalkan teras Mabes Polri.

Belum diketahui

Da'i Bachtiar mengatakan, pihaknya belum bisa menduga-duga kejadian itu karena satu peristiwa harus dihubungkan dengan fakta yang lain. "Bersabarlah, setiap kali ada perkembangan yang bisa kita informasikan, kita sampaikan," ujarnya.

Ketika didesak wartawan, Kepala Polri menjawab, "Nantilah, hasilnya sedang dalam proses penyelidikan dan penyidikan. Kami tidak bisa menduga-duga apakah ada suatu perbuatan rekayasa, dan sebagainya. Kita akan buktikan melalui suatu pemeriksaan ilmiah."

Selain Abdul Azis yang tewas, dari tiga penumpang Toyota Kijang lainnya hanya seorang yang tertangkap oleh warga setempat, yakni M Yusuf G Taul (26). Baik Abdul Azis maupun M Yusuf G Taul adalah warga Gunung Putri, Bogor. Sementara dua penumpang lain, Ali dan Taheb melarikan diri.

Dari lokasi peristiwa ledakan, polisi menyita mobil mereka yang rusak berat pada jendela kiri dan lantai depan kiri mobil. Polisi juga menyita sebuah telepon seluler yang diduga milik Aziz, serta serpihan baja, pin, dan pengumpil yang diduga kuat berasal dari sebuah granat nanas.

Polisi kemudian menggerebek rumah Azis dan Yusuf. Dari kedua rumah tersebut, polisi menyita 19 butir peluru kaliber 9, satu butir perlu hampa, dua granat gas air mata, dua pipa besi masing-masing berdiameter 5 sentimeter (cm) dengan panjang 25 cm yang berisi bahan peledak TNT (trinitrotoluene) dan memiliki sumbu. Keterangan lain menambahkan, ditemukan pula dua pucuk pistol dan 100 butir pelurunya.

Siangnya di Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya, Da'i Bachtiar menegaskan, ledakan di Jalan Teluk Betung itu berasal dari sebuah granat. "Rencananya dilemparkan ke arah mess milik Kedutaan AS. Tetapi granat itu meledak di mobil itu sendiri dan meminta korban. Mess itu sendiri dalam keadaan kosong," kata Da'i. Mess yang dimaksudnya adalah rumah nomor 8, yang tampak tengah direnovasi.

Kepala Polda Metro Jaya Irjen Makbul Padmanagara mengatakan, "Kami masih harus melakukan penyelidikan lebih mendalam, namun faktanya adalah granat itu granat nanas, pelakunya empat orang. Dan, rumah nomor delapan itu kosong atau gudang kosong, karena itu pihak kedutaan tidak meminta pengamanan atas rumah itu," ujarnya.

Kepala Polri menegaskan, pihaknya belum mengetahui pasti motif pelaku. Demikian juga, kemungkinan adanya pelaku lainnya di luar empat orang tersebut, atau kemungkinan adanya jaringan yang lebih luas.

Baik Da'i maupun Makbul menolak mengaitkan kasus ledakan tersebut dengan isu Indonesia sebagai sarang teroris, yang dituduhkan beberapa negara tertentu. Walaupun mengatakan bahwa granat tersebut akan dilemparkan pelaku ke mess milik Kedutaan Amerika, Da'i dengan tegas menolak kasus tersebut sebagai pembenaran sinyalemen tersebut.

Makbul menambahkan, dari keterangan tersangka Yusuf, para pelaku memang kelahiran Ambon. Namun, terlalu dini kalau segera mengaitkan kasus ledakan tersebut dengan masalah konflik di Ambon atau orang Ambon secara keseluruhan.

"Ya, nantilah itu. Semua kemungkinan akan kami lihat. Nanti kalau bisa kami buktikan, itu nantilah," kata Da'i. Sedangkan Makbul menambahkan, "(Dugaan-Red) yang itu disimpan dululah. Namun, terserah kalau media massa mau menganalisa itu. Kalau kami akan berbicara berdasarkan fakta saya. Faktanya ada ledakan di Jalan Teluk Betung dan makan korban pelakunya sendiri."

Beberapa sumber kepolisian sebaliknya, malah yakin kemungkinan adanya pihak tertentu yang "bermain" dalam kasus ledakan di Jalan Teluk Betung itu.

Enam saksi

Sejauh ini Kepolisian Resor (Polres) Metro Jakarta Pusat yang menangani kasus tersebut telah memeriksa enam saksi. Tiga dari lokasi kejadian yakni Sugiarto (63), Johan Wentuk (52), dan Willy Arisnal (35), yang menyaksikan peristiwa ledakan itu, melihat para pelaku yang kabur, atau menangkap seorang pelakunya. Tiga lagi yang diciduk dari rumah Azis, yakni Fahriah Nahumaruri (27) - istri Azis, Rian Lestaluhu (28), dan Hasan Nahumaruri (22).

"Penyelidikan kasus ini tetap ada di Polres, Polda Metro hanya mem-back up saja. Anggota saya masih membawa pelaku yang tertangkap untuk pengembangan lebih lanjut," kata Kepala Polres Metro Jakarta Pusat Komisaris Besar Edmon Ilyas, Senin sore.

Sementara itu, Yos Tatontos dan Leonard, kepala dan anggota satuan keamanan lingkungan setempat, mengatakan, tersangka Yusuf ditangkap warga di depan pompa bensin di Jalan Sumenep, atau sekitar satu kilometer dari lokasi ledakan. "Ada sekitar 50 orang yang mengepungnya. Kalau tidak dirangkul Leo dan beberapa orang lainnya, mati dia. Warga sudah banyak yang teriak bakar saja," tutur Yos.

Menurut Leonard, keduanya tidak sempat bertanya banyak pada Yusuf karena sibuk mengamankan tersangka dari amukan warga. Begitu polisi datang, keduanya meminta agar polisi segera membawa tersangka karena takut tidak bisa mengendalikan warga yang makin banyak berdatangan.

Setelah diotopsi, korban peledakan di Jalan Teluk Betung, Menteng, Jakarta Pusat, dipastikan tewas karena pendarahan. Pasalnya, kondisi limpa yang mengkerut menunjukkan bahwa korban sempat mengalami pendarahan dalam waktu lama. "Korban memang juga mengalami luka cukup dalam pada bagian kepala akibat pecahan proyektil. Namun, saya melihat luka tersebut baru akan membuat korban tewas dalam waktu yang lebih panjang daripada yang diakibatkan oleh pendarahan," ujar staf pengajar Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran UI, dr Djaja S Atmadja.

Parahnya pendarahan, menurut Djaja, bukan saja terjadi akibat kaki kanan korban yang hancur, melainkan juga tejadi akibat urat nadi di tangan kanan korban yang terluka. Urat nadi tersebut terkena pecahan logam.

Namun, demikian otopsi itu gagal menemukan proyektil di dalam tubuh korban. Dugaan sementara, proyektil tersebut berjatuhan di tempat kejadian.

Sementara dari Surabaya dilaporkan, pengamanan fasilitas AS di sekitar Konsulat Jenderal Amerika Serikat yang teletak di Jalan Raya Dr Soetomo, Surabaya, nampak diperketat, Senin. Meskipun sebenarnya jumlah polisi dari Polda Jawa Timur dan Kepolisian Wilayah Kota Besar Surabaya yang berjaga tidak ditambah.

Jika sebelumnya hanya terdapat dua pos siaga, yaitu di depan pagar dan di sisi barat Konsulat Jenderal AS, dalam dua hari terakhir polisi bersenjata lengkap juga terlihat siaga di trotoar pembatas jalan. "Sejak dua hari lalu pengamanan diperketat meskipun jumlah personel yang berjaga tetap, yaitu dua SSK (satuan setingkat kompi-Red)," ujar Joko Tri Laksono, personel polisi yang bertugas di sana.(RTS/ATO/LOK/NIC/INU)

Copyright © 2002 PT. Kompas Cyber Media
 


Copyright © 1999-2001 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/soija2002
Send your comments to
alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044