MASARIKU UPDATE 18 Sept 02
Dear All,
Siatuasi Maluku secara umum, dan kota Ambon khususnya dalam beberapa hari
terakhir ini cenderung terlihat tenang-tegang. Disatu sisi masyarakat nampak
semakin kritis untuk menyikapi berbagai upaya provokatif untuk membenturkan
kembali kedua kelompok, melalui serangkaian aksi teror bom. Namun di lain sisi
ketenangan masyarakat diakibatkan oleh suatu kondisi psikososial yang sakit.
Masyarakat telah tergiring untuk menghadapi fenomena kekerasan dan realitas
korban sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Menerima diri sebagai korban
merupakan sikap fatalis, yang telah terinternalisasi jauh kedalam karakter
masyarakat Maluku saat ini. Orang cenderung kehilangan emosi dan menjadi dingin
ketika berhadapan dengan tragedi dan kematian akibat berbagai teror bom
belakangan ini. Kalaupun ada kemarahan, maka tak lagi bertahan lama dan
meledak-ledak. Satu hal yang secara positif berkembang, bahwa pada puncak
kejenuhan mulai tumbuh kesadaran untuk memposisikan diri bersama sebagai korban
dari suatu permainan yang tidak pernah kelihatan. Karenanya interaksi sosial yang
mulai berkembang tidak lalu terputus akibat teror bom dan kematian di kedua belah
pihak. Beberapa segmen berita yang dapat dikemas dalam kaitan dengan situasi
terakhir ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Kelanjutan kasus pembantaian di Negeri Kulur:
Sebagaimana dikemukakan dalam Masariku Update tgl.08/09 yang lalu, kasus
pembantaian biadab di Negeri Kulur tidak berkembang menjadi konflik masa secara
meluas. Sekalipun kasus tersebut lalu berakibat pada penghadangan dan
pembantaian biadab terhadap seorang supir mobil di daerah Galunggung. Beberapa
respon dari pihak Muslim lokal yang dipublikasikan lewat berbagai media lokal,
dengan jelas memberi gambaran bahwa kecurigaan mereka bertumpu pada
keterlibatan aparat dalam peristiwa naas itu. Melalui rekan-rekan Muslim lokal
Masariku Network Ambon malah memperoleh informasi, bahwa setelah peristiwa
penghadangan di Galunggung terjadi konflik internal di kalangan Muslim di
Batumerah. Masyarakat Muslim Batumerah bersama kelompok Muslim Banda Eli
terlibat bentrok fisik dengan kelompok asal negeri Kulur yang menetap di Batumerah.
Alasannya karena warga Kulur di Batumerah terprovokasi untuk mempersiapkan
pembalasan secara membabi buta terhadap pembantaian yang terjadi di negeri Kulur.
Menyikapi hal itu aparat keamanan lalu menambah jumlah pos pengamanan di daerah
Galunggung menjadi 10 buah pos.
2. Konflik Negeri Kalilolo dan Negeri Pelau Merembet ke Ambon
Ketenangan selama beberapa hari kembali berubah menjadi ketegangan sepanjang
sore hingga malam ini. Hal ini dipicu oleh konflik internal yang terjadi di Pulau Haruku
antara Negeri Pelau dan Negeri Kailolo. Belum diperoleh keterangan yang pasti
mengenai penyebab konflik yang telah berkembang menjadi pembakaran rumah
tersebut. Demikian pula belum diketahui persis jumlah rumah yang terbakar, maupun
korban jiwa diantara kedua Negeri Muslim ini. Ironisnya konflik tersebut lalu merembet
ke Ambon. Komunitas asal Pelau dan Kailolo terpicu untuk baku hantam di daerah
Galunggung sejak sore tadi. Masariku Network Ambon yang memantau frekwensi
koordinasi radio Polisi dan TNI merekam informasi mengenai terbakarnya 5 rumah
warga Pelau di daerah Galunggung akibat konflik internal tersebut. Demikian pula
diketahui bahwa salah seorang warga bermarga Latupono mengalami luka serius dan
sementara dirawat di RSU Alfatah. Belum dapat dipastikan apakah konflik ini
berkaitan dengan proses pra suksesi Maluku I yang sementara bergulir. Selama ini
diketahui bahwa dua putra daerah asal kedua negeri ini sama-sama maju ke proses
suksesi. Masing-masing mereka: Saleh Latukonsina asal Negeri Pelau, dan Suaedy
Marasabessy asal Negeri Kailolo.
3. Pertemuan Leihitu & Baguala
Jaringan 'Baku Bae' menggelar pertemuan antara masyarakat Lei Hitu dan Baguala
pada hari Selasa, 17 September 2002 di lantai VI Hotel Amboina. Pertemuan sehari
ini melibatkan kurang lebih 150 peserta dari kedua kawasan tersebut, ditambah
peserta dari Negeri Waai, Benteng Karang, Galala, dan Hative Kecil. Pertemuan yang
telah disiapkan sejak setahun yang lalu tersebut berlangsung dalam suasana akrab
dan penuh haru. Menurut joint comite Baku Bae pertemuan ini bisa digelar setelah
melalui berbagai tahap persiapan yang dilakukan secara tertutup. Antara lain
pertemuan internal Leihitu sebanyak 5 kali. Demikian pula pertemuan internal di
Baguala sebanyak 4 kali. Selain itu pertemuan ini bisa berlangsung setelah dilakukan
jajak di kedua kawasan. Karenanya pertemuan sehari ini tidak lagi menjadi ajang
debat, karena pertemuan difokuskan pada keinginan-keinginan bersama masyarakat
di kedua kawasan untuk kembali memulai proses interaksi. Menariknya dalam
pertemuan ini masyarakat jazirah Leihitu telah kembali melibatkan ketiga Negeri
Kristen sebagai bagian utuh dari kesatuan negeri-negeri di Leihitu. Masing-masing:
Negeri Hatu, Alang, dan Liliboy. Menurut Raja Mamala, belakangan ini ketiga negeri
adat tadi telah dilihat sebagai kesatuan yang tak dapat dipisahkan dengan squadron
Leihitu. Pertemuan yang dipandu oleh beberapa fasilitator lokal, antara lain: Raja
Passo, Ibu Th. Maitimu; Raja Seith, Bpk Mahfud Nukuhehe; Hj. Yusuf Ely; dan
Pdt.Jack.Manuputty, menghasilkan sebuah pernyataan bersama sbb:
PERNYATAAN BERSAMA
MASYARAKAT LEIHITU DAN BAGUALA
SERTA
WAAI, BENTENG KARANG, GALALA, HATIVE KECIL
Menyadari sungguh bahwa konflik yang berkepanjangan telah merusak tatanan Negeri
Seribu Pulau, meluluh-lantakan infra/supra struktur dan menelan korban yang sia-sia,
maka pada hari ini Selasa, 17 September 2002 telah berlangsung pertemuan para
Raja/Latupati, tokoh-tokoh agama, tokoh adat, pemuda dan masyarakat se-Baguala
dan Leihitu, serta utusan dari Negeri Waai, Benteng Karang, Galala, dan Hative Kecil
yang berlangsung di Amboina Hotel – Kota Ambon. Pertemuan ini diselenggarakan
berdasarkan latar belakang budaya dan kekeluargaan, yang didorong oleh semangat
Patasiwa-Patalima sebagai akar budaya dalam kehidupan masyarakat Maluku,
teristimewa masyarakat Leihitu dan Baguala.
- Bertolak dari realitas di atas, maka dalam pertemuan ini kami mengaku bahwa
konflik yang sudah berlangsung kurang lebih 4 tahun ini tidak menghasilkan hal-hal
positif yang bisa diterima oleh masyarakat Maluku.
- Oleh karena itu maka kami bertekad untuk tidak lagi terbawa dalam konflik antara
kami Masyarakat Leihitu dan Baguala. Untuk maksud itu kami bersepakat bilamana
terjadi konflik internal maupun eksternal, maka perlu ada sanksi yang tegas, baik
berupa hukum adat maupun hukum positif dengan melibatkan aparat penegak hukum.
- Selanjutnya kami bertekad untuk melakukan aktivitas yang mendukung
kesepakatan tersebut di atas dengan cara:
1. Membangun sistem keamanan bersama
2. Membangun zona netral di Nania
3. Bersama-sama mengupayakan pengadaan perpustakaan keliling dan puskesmas
keliling
4. Memperlancar arus lalu lintas bila kondisi mendukung
5. Menjalin kembali tali persaudaraan, khususnya Pela Gandong
6. Meminimalisasi faktor-faktor yang dapat memicu konflik (miras, penyebaran issu,
provokasi) baik internal maupun eksternal.
7. Sweeping senjata tajam, rakitan, dan senjata organik secara kontinu.
Demikian pernyataan ini kami buat berdasarkan kesadaran diri sebagai kesatuan
anak-anak adat Maluku, yang bertanggung jawab terhadap pemulihan dan perbaikan
Maluku ke depan.
Ambon, 17 September 2002
Yang Membuat Pernyataan
Para Raja/Latupati, Tokoh-tokoh Agama, Tokoh Adat, Pemuda, dan Masyarakat
Leihitu dan Baguala, serta Waai, Benteng Karang, Galala, dan Hative Kecil.
Pernyataan yang ditandatangani oleh semua peserta pertemuan ini kemudian
dipublikasikan melalui jumpa pers pada hari Rabu, 18 September 2002, bertempat di
Maluku Media Center. Proses pertemuan selama sehari tersebut bersifat tertutup dari
liputan pers. Sikap ini diambil berdasarkan kesepakatan seluruh peserta, untuk
menghindari kemungkinan terjadinya pembiasan pemberitaan berkaitan dengan
proses suksesi Maluku I. Hal ini mengingat beberapa Raja yang menghadiri
pertemuan ini, juga terlibat sebagai tim sukses dari salah satu bakal calon di dalam
proses suksesi mendatang. Untuk mengimplementasikan kesepakatan pertemuan ini,
maka dalam waktu dekat akan segera dibentuk tim pengamanan bersama yang
direkrut dari kedua kawasan, untuk mengamankan kelancaran jalur jalan dari airport
sampai ke daerah Galala. Sementara itu untuk daerah Galunggung yang selama ini
dianggap rawan, disepakati bahwa pasca pertemuan ini maka beberapa raja akan
segera menemui Raja Negeri Batumerah dan Saniri Negerinya, untuk membicarakan
kemungkinan pengamanan daerah Galunggung dan sekitarnya.
4. Prosesi Menuju Suksesi Maluku I
Energi masyarakat Maluku umumnya dan Pulau Ambon khususnya minggu-minggu
belakangan ini mulai terkuras, dengan bergulirnya prosesi menuju suksesi Maluku I.
Berbagai tim sukses mulai melakukan gerilya politik secara transparan pada berbagai
segmen masyarakat. Menariknya bahwa track sosio kultural cenderung dipilih
sebagai strategi dominan untuk menggalang dukungan publik. Masariku Network
Ambon memantau gerilya beberapa tim sukses yang sementara ini sedang berproses
di Ambon sbb:
Saleh Latukonsina
Nyata di lapangan bahwa tim sukses abang Le yang terlihat sangat dinamis
melakukan gerilya politik untuk memperoleh dukungan publik. Pendekatan yang
dipilih adalah pendekatan kultural, dengan memanfaatkan dukungan para raja.
Squadron raja-raja yang dipimpin oleh Raja Seith dan Raja Suli ini membuka posko
utamanya di hotel Wijaya II, setelah sebelumnya mengambil tempat di Hotel Amans.
Kelompok yang mengklaim telah memperoleh dukungan 90 orang raja di pulau
Ambon, Lease, Seram, dan Buru telah beberapa kali mendatangi DPRD Maluku untuk
menyuarakan dukungannya terhadap abang Le. Menariknya bahwa dalam squad para
raja ini, terlihat pula raja Negeri Kailolo yang turut memberi tanda tangan
dukungannya kepada abang Le. Dalam percakapan Masariku Network Ambon dengan
beberapa anggota tim sukses ini, diketahui bahwa abang Le ternyata belum memiliki
pendamping untuk maju dalam paket pemilihan nanti. Selain itu diinformasikan pula
bahwa dalam minggu ini direncanakan keberangkatan 'Tim 11' menuju Jakarta, untuk
melakukan lobby dengan pemerintah pusat menyangkut posisi dukungan mereka
terhadap abang Le tercinta. Tim 11 yang direkrut dari kelompok para raja ini akan
dipimpin oleh Raja Seith, Mahfud Nukuhehe dengan beranggotakan antara lain: Raja
Suli, Raja Oma, Raja Mamala, Raja Tiouw, Raja Hulaliu, dan beberapa raja lainnya.
Satu hal menarik bahwa untuk memberi legitimasi adat terhadap kelompok ini, maka
dibuat 'stempel raja' secara bagi masing-masing raja pendukung kelompok ini.
Menurut Mahfud Nukuhehe mereka tidak lagi menggunakan 'stempel kepala desa',
karena tak sesuai dengan pendekatan yang mereka pilih. Tidak jelas benar mengapa
kelompok yang awalnya menginginkan ditundanya proses suksesi ini, sekarang
malah yang pertama menyodorkan nama Saleh pada panitia pemilihan di DPRD
Maluku. Dalam kaitan dengan abang Le maka hari ini dipublikasikan juga bahwa
dukungan terhadap abang Le mengalir dari kelompok Aliansi Mahasiswa dan Pemuda
Maluku Tenggara dan MTB yang berdomisili di Ambon maupun se-Jabotabek.
Kelompok yang disebut terakhir ini menyandingkan Paula Renyaan sebagai pasangan
Saleh dalam proses suksesi kali ini.
Zeth Sahuburua
Tak mau ketinggalan dengan abang Le, maka dukungan kepada Bung Ety juga
dikumandangkan dari garis segmen adat di Seram Barat. Publikasi media lokal
menyebutkan bahwa masyarakat adat di seluruh pesisir Seram Barat telah memberi
dukungan terhadap Bung Ety, untuk maju ke proses suksesi Maluku I. Dibanding
abang Le yang telah mengantongi 6 surat dukungan maka, sampai hari kemarin
posisi dukungan yang masuk ke panitia pemilihan untuk mendukung Bung Ety
sebanyak 56 buah surat dukungan. Untuk sementara ini merupakan jumlah terbanyak
dibanding para kandidat lainnya. Sementara itu masih belum jelas benar sikap fraksi
dan DPD Golkar Maluku menentukan kandidat mereka untuk proses suksesi kali ini.
Mus Huliselan
Rektor Unpatti yang satu ini ternyata menangguk surat dukungan terbanyak kedua,
setelah Zeth Sahuburua. Dengan mengantongi 54 surat dukungan sampai hari
kemarin, maka Pak Mus memastikan langkahnya untuk bergabung dalam proses
suksesi Maluku I. Tim sukses Pak Mus untuk sementara nampak berasal dari
kalangan lingkaran dekat Pak Mus di kampus Unpatti. Selain itu beliau di dukung
pula oleh beberapa politisi senior, seperti Bung Thos Lailossa dan Bung Evert
Karmite.
Frans Dewana
Dalam sepekan ini terlihat mantan Danrem Manokwari-Biak telah memasuki Ambon
bersama tim suksesnya. Awalnya kelompok yang telah mengantongi 15 surat
dukungan ini bermarkas di hotel Amans. Namun entah karena alasan apa, mereka
kemudian berpindah ke Hotel Amboina. Di hotel milik salah satu konstituen PKP ini,
tim sukses Frans meracik strategi pertarungan. Tim yang dipimpin oleh Bung Samuel
Samson ini sementara bergiat melakukan berbagai lobby dengan segmen-segmen
masyarakat yang ada. Masariku Network Ambon memperoleh informasi bahwa tim ini
bahkan mencoba mendekati kelompok alumni SMA Neg.II Ambon untuk menggalang
dukungan, mengingat Frans merupakan salah satu alumnus sekolah tersebut. Head
line koran lokal Siwalima terbitan tanggal 17 September 2002 menekankan
pentingnya mempertimbangkan dipilihnya salah seorang putra asal Pulau Ambon
untuk menduduki kursi Maluku I periode berikut. Tak sulit menduga bahwa diantara
para kandidat hanya dua orang yang memenuhi kriteria tersebut, yakni: Frans
Dewana dan Karel Ralahalu. Tim sukses Frans sendiri untuk sementara masih
terfokus melakukan penggarapan lintas fraksi di DPRD Maluku, selain penggalangan
terbatas segmen lainnya.
Selain tim sukses dari ke-empat kandidat di atas, belum terlihat adanya gerilya
terbuka di Ambon, yang dilakukan oleh tim dari berbagai kandidat lainnya, seperti:
Fredy Latumahina, Karel Ralahalu, Nono Maspaitella, Suaedy Marasabessy.
Perkecualian diberikan kepada Bpk. Frans Matruty, yang dalam sepekan terakhir ini
memberanikan diri untuk maju, dengan bermodalkan keyakinan diri sebagai pejuang
senior PDIP. Dalam wawancara yang dilakukan oleh TVRI Station Ambon, tokoh gaek
penuh vitalitas ini menekankan pentingnya fraksi PDIP di DPRD Maluku
mengakomodir pencalonan dirinya dalam proses suksesi kali ini, mengingat yang
bersangkutan merupakan seorang pejuang yang telah jatuh bangun bersama partai
berlambang kepala banteng itu. Belum diketahui siapa tim sukses dari Om Pede,
namun terlihat ia sangat meyakini dirinya untur memasuki arena pertarungan.
(bersambung)
MASARIKU NETWORK AMBON
|